Ucapan Adalah Do’a

By admin on September 15, 2012

Penulis: Irda Handayani

Tanpa kita sadari atau pun memang kita sadari, ternyata masih banyak orang tua yang selalu mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas kepada anaknya. Apakah karena faktor pendidikan? Apakah karena faktor karakter si anak yang sulit diatur? Apakah karena faktor lingkungan dan pergaulan? Apakah karena faktor kebiasaan?

Apa yang selalu saya lihat, dengar dan rasakan atas kalimat-kalimat tidak pantas itu merupakan perasaan yang sangat tidak nyaman. Memang yang dimarahi atau diomelin itu bukanlah anak atau saudara saya, memang yang memarahi atau yang mengomelin itu bukanlah ibu atau saudara saya, akan tetapi apakah saya harus membiarkan hal itu terus-menerus terjadi?

Saya tahu kalau saya tidak berhak ikut campur dalam urusan orang lain, tetapi alangkah lebih baik bila orang tua juga menyadari bahwa anaknya merupakan generasi penerus yang harus dibina, dibimbing dan diarahkan dengan baik.

Bodoh, malas, jorok, bandel, kurang ajar, dan kata-kata tidak pantas lainnya sudah seharusnya dibuang ke tong sampah dan tidak seharusnya masuk ke dalam rumah. Tidak seharusnya kata-kata negatif seperti itu keluar dari mulut seorang ibu dan tidak seharusnya anak mendengarkan serta menyimpannya. Bukankah dalam setiap ajaran (baik ajaran dalam dunia pendidikan maupun dalam dunia keagamaan) kita selalu dihimbau agar berkata dan bersikap yang baik kepada anak? Meskipun teori selalu terlihat lebih mudah daripada praktek, tapi tidak ada salahnya untuk mencoba menerapkannya.

Karakter dan sifat setiap anak memang berbeda, maka cara menghadapinya juga berbeda, dan itu bukan alasan untuk melontarkan kata-kata negatif kepada anak. Kesal, marah, bête, capek dan lelah, juga seharusnya bukan menjadi alasan untuk memberikan kata-kata negatif itu kepada anak.

Ada sebuah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui dampak dari pengucapan kata-kata negatif dan kata-kata positif. Penelitian ini menggunakan segenggam nasi yang dimasukkan ke dalam toples bening dan ditutup. Setiap hari peneliti melontarkan kata-kata positif kepada toples pertama, sedangkan pada toples kedua peneliti melontarkan kata-kata negatif. Hasilnya selama beberapa hari adalah nasi yang berada pada toples pertama masih tampak putih dan belum membusuk, sedangkan nasi pada toples kedua sudah terlihat menghitam dan membusuk.

Apa yang dapat kita petik dari penelitian itu adalah kata-kata positif memberikan dampak yang sangat baik bagi nasi. Nasi merupakan hasil olahan dari beras, beras berasal dari padi, padi merupakan tanaman dan termasuk kedalam makhluk hidup. Nasi memberikan respon yang sangat baik atas kata-kata positif, maka bayangkan bila anak (yang notabene adalah manusia, makhluk yang lebih baik dibandingkan makhluk hidup lainnya) selalu diberikan kata-kata positif, dan bayangkan juga bila anak selalu diberikan kata-kata yang negatif.

“Kau memang anak bodoh!”, “Kau memang anak pemalas!”, “Kau memang anak yang jorok!”, “Kau memang anak bandel dan kurang ajar!”

Bila seorang ibu melayangkan kata-kata tersebut maka jangan heran bila anaknya mungkin akan menjadi bodoh, pemalas, jorok, bandel dan kurang ajar. Bila begitu adanya, mungkin ada benarnya ungkapan yang mengatakan kalau ucapan adalah do’a. Apa yang kita ucapkan adalah do’a, maka apakah kita masih mau melontarkan do’a yang jelek untuk anak-anak kita? Dan memang sebaiknya kita berpikir dahulu sebelum berkata, sebaiknya kita diam bila emosi sedang mengusik batin, karena lebih baik diam sebentar daripada mengeluarkan semua kata-kata tidak pantas sebagai pelampiasan emosi sekejap.

Pada akhirnya keputusan tetap kembali kepada pribadi kita masing-masing. Bila menginginkan perubahan, maka berusahalah untuk mengubah diri sendiri. Bila menginginkan anak berubah perilaku, maka berusahalah untuk mengubah perilaku juga sesuai dengan yang kita inginkan. Memberi contoh yang baik lewat perilaku lebih bermanfaat daripada memberikan contoh sebatas perintah, karena pada hakikatnya orang tua bukanlah diktator melainkan sahabat dan teman bagi anak.

Semoga para orang tua selalu menyediakan tong sampah di rumahnya, tong sampah yang berfungsi juga untuk tempat kata-kata kotor, kata-kata negatif, dan kata-kata tidak pantas lainnya. 

Save our child, save our nation 🙂

140912

Comments (6)

September 15, 2012

Tanpa kita menyadarinya, kata-kata yang tidak seharusnya bisa terlontar untuk anak kita sendiri. Karna itulah kenapa kita para orang tua terutama ibu harus benar-benar melatih sifat yang namanya sabar dalam menghadapi anak.


September 15, 2012
hana sugiharti

let make better,..


September 15, 2012

Labelling itu kadang dilakukan dengan tak sadar, alasannya kebiasaan. Padahal menanamkan sebuah kebiasaan baik itu hanya perlu 1 bulan, gak nyampe kalo disiplin.

Saran tambahan, atur hukuman yang jelas tapi mendidik untuk menghindari konflik antara orangtua dan anak.


September 19, 2012
Ajeng Leodita Anggarani

benerrrrrr,,,,, kdang ortu suka ngga berfikir panjang ya, berawal dari emosi sesaat jadinya malah dampak buruk jangka panjang,, nice share mba irda (kaga enak manggil mak) kwkwkwkwkwkwk


May 30, 2013

Benar sekali.. seorang Ibu harus membiasakan diri untuk tidak berkata kasar, jorok dll.. karna akan berdampak besar pada keluarga dan lingukngan sekitar.. Salam 🙂


January 8, 2014

Ingat …. mulutmu harimaumu, jadi harus jaga.


    Leave your comment :

  • Name:
  • Email:
  • URL:
  • Comment: