Perempuan Diharapkan Kritis dalam Menelaah Isu Tentang Perempuan

By admin on February 03, 2014

Oleh: mak Mugniar

Workshop kedua ini pengupasannya lebih mendalam. Saya kembali mewakili KEB dalam workshop ini. Judulnya worksop Analisis Media untuk komunitas perempuan. Keren ya.

Berlangsung tanggal 18 – 19 Januari 2014, di sebuah hotel di Makassar. Tema yang diusung pun keren sekali kedegarannya: TELAAH KRITIS ISU PEREMPUAN DI MEDIA. Lalu bagaimana isinya? Wow deh, teman-teman. Keren abis.

Jadi ceritanya, 78% pemegang keuangan keluarga adalah emak-emak. Makanya wajar bila di media mana pun, perempuan dijadikan target. Lalu yang kemudian menjadi persoalan adalah, bagaimana sesungguhnya media menempatkan perempuan?

Well, mari kita pelototi data mengenai isu perempuan dalam media ini:

  • Masih banyak berisi kekerasan seksual
  • 1/3 dari 295.836 kasus adalah kekerasan terhadap perempuan (tahun 2000)
  • Setiap hari ada 28 korban kekerasan seksual

Miris ya?

Belum lagi hal-hal ini yang kerap diekspos media: diskriminasi dan kekerasan terhadap perempuan terkait politisasi identitas, diskriminasi perempuan pekerja migran, dan eksploitasi yang menempatkan perempuan sebagai obyek.

Seharusnya media melakukan prinsip check and balance atas konten dari suatu tayangan atau berita yang berobyek perempuan. Tetapi pada kenyataannya tak semua menjalankannya.

Misalnya saja pada berita tentang kasus perkosaan, yang sering dimintai keterangan dan dimasukkan ke media adalah polisi sementara keterangan dari pihak korban tidak dimuat. Yah, bisa saja karena memang sang korban belum bisa dimintai keterangannya tetapi jadinya kan pemberitaan tak seimbang. Maka diharapkan perempuan untuk bisa kritis dalam memaknai pemberitaan terkait isu gender di media.

Pelatihan ini membuka wawasan para peserta mengenai macam-macam berita yang ternyata masih banyak yang tidak “berpihak” terhadap perempuan sementara banyak korban pemberitaan yang tak dapat membela diri.

Satu lagi contoh ketakberpihakan media pada perempuan adalah sebuah berita yang pernah diturunkan oleh sebuah media selama beberapa hari berturut-turut.

Yaitu mengenai perempuan bercadar yang dengan sekonyong-konyong dituduh sebagai teroris tanpa bukti. Selama beberapa hari perempuan bercadar dan berjilbab panjang itu dijelek-jelekkan hanya karena pakaiannya sering diidentikkan sebagai “warna teroris”, dilengakapi pula dengan ilustrasi yang tak ada hubungannya dengan kejadian yang diceritakan. Padahal pada akhirnya, pemeriksaan polisi membuktikan ia merupakan perempuan baik-baik yang hendak mendaftar program pasca sarjana di sebuah universitas negeri.

Sayangnya, korban tak melaporkan pencemaran nama baik yang diterimanya kepada Dewan Pers, juga tak menggunakan hak jawabnya. Padahal bila ia melaporkannya, wartawan, editor, dan media dari berita-berita asal-asalan itu bisa dikenai sanksi berat.

Perlunya pelatihan ini bukan untuk semata-mata menuntut kesetaraan yang berlebihan sehingga perempuan dapat melebihi laki-laki. Melainkan dimaksudkan agar perempuan bisa kritis dalam menelaah media. Beberapa metode analisis media diperkenalkan kepada para peserta. Ada yang namanya Analisis Isi, Analisis Framing, dan Analisis Wacana.

Bersyukur menjadi bagian dari Kumpulan Emak-Emak Blogger, di mana banyak di antaranya yang sudah terlihat kritis dalam menulis di blog masing-masing. Semoga emak-emak semua senantiasa menuliskan hal-hal yang bermanfaat untuk kebaikan bersama dan makin kritis dalam menanggapi media. Tetap ngeblog ya Mak, sampai selama mungkin yang kalian sanggupi.

1425774_10201997211884439_510033110_n

Comments (16)

February 3, 2014

Menjadi seorang perempuan dan emak, memang diharapkan kritis dlm melihat, mendengar suatu berita ataupun cerita.


February 4, 2014

Iya Mak ….
Media masih banyak yang menurunkan berita tak memihak karena kebanyakan kan ditulis oleh laki2. Sudut pandang mereka berbeda.


February 4, 2014

setujuuu mak…ini yang namanya pemberdayaan…dengen melek terhadap substansi maupun penyajiannya di media, kita bisa kritis, peka dan berkontribusi pada kehidupan nyata. Bukan apa-apa mak, seringkali kita sendiri tidak mengerti tentang hak kita, sehingga tidak tahu apa yang bisa dan perlu kita lakukan. Thanks for sharing it mak…keep blogging…


February 10, 2014

Iya Mak .. padahal sebenarnya kita bisa menuntut ya kalo mendapatkan perlakuan seenaknya 😐
Makasih ya dah mampir 🙂


February 4, 2014

Saya bukan feminis -merasanya begitu_ ^_^
Dan setuju bahwa yang membela perempuan itu memang harus perempuan sendiri. Semoga dengan menjadi perempuan yang melek teknologi, berpengetahuan dan berpikir cerdas (sama dengan kritis ga tuh ?) adalah upaya kita untuk menciptakan kondisi perempuan Indonesia lebih baik lagi *hadeuuh, serius sekali komentarnya kali ini* :))


February 10, 2014

Kalo melek teknologi, berpengetahuan dan berpikir cerdas —> sudah cerdas itu Mak 🙂
Mudah2an kita bisa membela diri atau saling membela ya Mak …


February 5, 2014

persatuan emak2 yg banyak insyaAllah mampun membangkitkan motivasi dan spirit bagi kaum perempuan lainnya untuk berpikir tegas dan maju 🙂
makasih pencerahannya ya mak, keep spirit 😀


February 10, 2014

Insya Allah … dan keep blogging, Mak 🙂


December 26, 2016

Emak-emak hebat 🙂


December 29, 2019

Sekarang sudah banyak kelompok-kelompok masyarakat yang fokus terhadap perlindungan perempuan.


September 29, 2020

padahal sebenarnya kita bisa menuntut ya kalo mendapatkan perlakuan seenaknya
Makasih ya dah mampir


February 23, 2021

setuju bahwa yang membela perempuan itu memang harus perempuan sendiri. Semoga dengan menjadi perempuan yang melek teknologi


April 22, 2021

emak emang hebat, kita harus bangga


June 9, 2021

makasih infonya yah


March 8, 2023

Untuk emak emak milenial mungkin sudah bisa menelaah informasi dgn baik tapi kalo emak2 jaman dulu yg gak kenal media sosial mudah termakan isu hoax karena kurangnya pengetahuan tentang teknologi


January 27, 2024

Thanks mak.. sangat membantu saya skali..


    Leave your comment :

  • Name:
  • Email:
  • URL:
  • Comment: