Pesan Dari Film Laa Tahzan

By admin on October 21, 2014

film laa tahzan

Direview oleh: mak Kanianingsih

Viona (diperankan Atikah Hasiholan) dan Hasan (diperankan Ario Bayu) sudah kenal sekian lama. Hubungan mereka bisa dibilang Teman Tapi Mesra (TTM). Tak sekalipun ada pernyataan cinta dari keduanya. Mereka sama-sama punya cita-cita sekolah S2 dan bekerja di Jepang.
Walau status mereka TTM, ternyata Hasan tidak sepenuhnya terbuka pada Viona. Hasan ternyata memiliki hutang besar karena ia pernah meminjam sejumpah uang untuk pengobatan ibunya. Bengkel yang ia kelola dihargai murah oleh si pemberi hutang. Setengah mengejek, bodyguard yang mendampingi si pemberi hutang mengusulkan untuk, menjual Viona agar mendapat uang banyak. Tentu saja Hasan kesal dan spontan meninju si bodyguard.

Tanpa sepengetahuan Viona, Hasan pergi ke Jepang untuk bekerja dan mendapatkan banyak uang. Ternyata Viona juga berhasil pergi ke Jepang berkat sebuah program dari tempat kursusnya. Di Jepang, Viona berkenalan dengan seorang pemuda blasteran Jepang-indonesia, bernama Yamada (diperankan Joe Taslim). Yamada tertarik pada Viona dan seringkali mengajaknya jalan-jalan. Berkat Yamada pula, Viona berhasil bertemu dengan Hasan.

Pada suatu hari, Yamada melamar Viona dan bersedia masuk Islam. Tak lama setelah itu, Hasan memberikan sebuah cincin pada Viona. Cincin yang memang diimpikan Viona untuk pernikahannya kelak. Yamada yang melihat cincin itu, seketika sadar bahwa keputusannya berpindah agama salah. Ia berpindah agama hanya karena agar Viona mau menikah dengannya.

***

Film ini diproduksi oleh Falcon Pictures. Film ini diadaptasi dari sebuah cerpen karya Ellnoviyanty Nine, dalam antologi buku best seller Kisah Inspiratif Para Pelajar Indonesia di Jepang berjudul Laa Tahzan For Students, terbitan Noura Books. Ellnoviyanty Nine atau dikenal juga Novi Mudakhir, anggota Kumpulan Emak Blogger (KEB) juga loh. Walau film ini diproduksi tahun lalu, tapi film ini masih asyik disimak.

Jepang dikenal sebagai macan Asia. Siapa yang tak ingin pergi ke sana, bekerja dan menghasilkan banyak uang. Tapi, ternyata Viona dan Hasan yang notebene sarjana mengerjakan pekerjaan kuli di sana. Viona bekerja sebagai pelayan restoran dan Hasan bekerja sebagai petugas cleaning service. Jepang seperti Orenji (jeruk di sebuah perkebunan Orenji di Jepang), rupanya cantik tapi asam rasanya.
Karakter Onah (panggilan akrab Viona) itu sepertinya lugu, tapi ternyata dia pintar loh. Terbukti dia bisa lolos program ke Jepang dari tempat kursusnya. Cara bicaranya seperti gadis Sunda kebanyakan, penuh dengan kosakata teh, mah, dan sebagainya. Sedangkan Hasan cenderung kalem. Yamada, pemuda yang cukup baik dan punya minat besar di bidang fotografi. Kata Yamada, kebanyakan orang Jepang dilahirkan beragama Sinto, menikah di gereja, dan meninggal secara Budha.

Ber-setting 80 % di Jepang (Kyoto, Osaka, dan lain-lain), film ini terasa nyata. Apalagi para pemainnya pun fasih berbahasa Jepang. Takjub rasanya melihat orang yang begitu pandai membaca huruf kanji yang bagi saya membingungkan. Tentu saja, karena saya hampir tak pernah mempelajari bahasa dan huruf Jepang, hanya sekilas saja membaca dari buku. Orang dari bangsa lain pun mungkin akan takjub ketika melihat orang Islam bisa membaca huruf Arab yang bagi mereka asing. Ternyata, setiap bangsa punya keunikan dan ciri khas sendiri. Perbedaan jangan membuat kita menjauh terlebih dulu. Perbedaan membuat kita penasaran dan ingin belajar. Bahkan, perbedaan adalah rahmat karena kita terdorong saling memahami.

Soundtrack film ini adalah lagunya Uje (Ustadz Jeffry Al Buchorry, almarhum) berjudul Bidadari Cinta. Sangat menyentuh, istri mana yang tak ingin jadi bidadari untuk suaminya. Tapi, jadi bidadari suami itu ada syaratnya. Tentu saja, dengan berbuat baik pada suami sebagaimana suami pun berusaha berbuat baik pada istri.

Pesan dari film ini sangat jelas, bahwa beragama jangan karena cinta pada manusia. Beragama harus karena cinta pada Tuhan. Pantas saja, Yamada sempat ragu-ragu ketika akan masuk Islam. Karena ia memang masuk Islam agar bisa menikahi Viona. Manusia itu tak ada yang sempurna. Ketika ketidaksempurnaannya terbuka, tak ada yang menjamin bahwa orang yang berpindah agama itu akan berpaling pada agamanya semula atau agama lainnya. Sedangkan Tuhan, Allah SWT, adalah Yang Maha Sempurna.

Sumber referensi tulisan dan foto: http://japanworkstudy.blogspot.com/2013/07/gala-premier-film-la-tahzan-penuh-sesak.html

Comments (3)

October 21, 2014

Keren sangat review Mak Kanianingsih, jadi pengin nonton filmnya juga nih.


October 21, 2014

Ayo nonton mak, ga nyesel..di YouTube udah bisa loh full bisa download…:)


October 22, 2014
miranita

udah pernah nonton film ini, menurut saya singkat, sederhana, tapi bikin penasaran 🙂


    Leave your comment :

  • Name:
  • Email:
  • URL:
  • Comment: