Food Photography – Part 2

By admin on October 01, 2015

Mak, sudah siap melanjutkan belajar tentang Food Photography? Sila baca Part 1-nya dulu untuk pengingat ya :). Dan berikut beberapa pertanyaan yang MakMin rangkum dari para emak untuk narsum Mak Vivera Siregar.

1. Apakah memotret makanan harus selalu zoom in, Mak?Ratih Ambarini

Jawab: Detil jelas itu menarik, tapi mungkin bisa jadi lebih cantik kalau properti sekitar jadi kelihatan. Bukannya sekarang lagi “messy season“?

2. Aku masih bingung ngatur efek cahaya, apalagi kalau ada undangan review makan acaranya malam.Efi Fitriyyah

Jawab: Memang itu dia problem memotret dengan kamera ponsel, karena tidak ada pengaturan manual untuk geser-geser cahaya. Yang jelas, sedekat mungkin dengan cahaya deh, makanannya. Efi-nya jangan menghalangi cahaya.

3. Dan apakah dalam memotret makanan perlu faktor pendukung backgroundnya?Titis Ayuningsih

Jawab: Maksudnya perlukah background? Seperti semua bagian fotografi, food juga perlu background yang baik. Jangan lupa, background di sini tergantung view point, kalau diambil dari atas, BG adalah alas makan. Kalau diambil dari sisi/samping, BG adalah benda-benda di belakangnya, jangan sampai benda-benda itu yang lebih menarik dari makanannya.

food photoraphy

Di atas itu BG-nya pintu terbuka dan kebetulan habis hujan, jadinya malah mendukung obyek. Jadi perlu kejelian untuk melihat BG.

4. Printilan apa ya yang simpel tapi bermanfaat saat waktu hanya tersedia 5-10 menit untuk foto-foto?Heni Puspita

Jawab: Motret makanan itu, apalagi di resto, harus cepat, berlatih sekali atau maksimal 2x jepret sudah harus dapet angle bagus.

5. Buat dapat angle yang menarik bagaimana ya? Sepertinya foto saya biasa-biasa saja.Meta Maftuhah

Jawab: Angle? yeay, untuk ini harus 6 SKS nih kuliahnya, hehehehe. Latihan, beib, latihan, jam terbang. Tinggal di Bandung? Kalau iya, yuk ngopi bareng, sambil futu-futu makanan :).

6. Perlu reflektor gak sih, Buk, meski pake kamera hape? Siang malam perlu?Dyah Prameswarie

Jawab: Kalau di rumah, waktu leluasa, ya perlulah, biar bisa mengarahkan cahaya ke tempat lain. Kalau pergi, bisa dibawa juga sih, terutama kalau cahaya hanya dari sisi-sisi tertentu saja. Siang malam kan teuteup ada cahaya sis, bisa cahaya matahari atau cahaya lampu. Kalau gelap, nggak perlu tuh reflektor, ponselnya kan juga nggak keliatan 😛

7. Mak apa bener paling pas mengambil foto makanan dengan kemiringan kamera ponsel 45 derajat? Soalnya saya mau kemiringan berapa pun hasilnya tetap menyedihkan heheKhalida Fitri

Jawab: Mwahaha, eh maaf, tertawa di atas kesedihan orang. Nggak, aku ketawa baca statementnya, kemiringan berapa pun tetap menyedihkan, wkwkwk. Teorinya begitu, tapi sering coba deh dari berbagai angle, dan berbagai jenis makanan, soalnya tiap makanan punya karakter masing-masing.

8. Kalo pas makannya di tempat remang-remang minim cahaya atau ala candlelight dinner itu gimana ya? Padahal bagus makanannya dan sayang kalo nggak difoto 😀Dewi Ratnasari

Jawab: Gimana kalau motret candle-nya aja, heuheu, kan yang keliatan cuma itu kalau redup-redup. Etapi ada sih ponsel dengan kamera mumpuni, coba lihat-lihat yang kelas premium untuk android, atau yang satu itu, yang gambar buah tergigit :).

9. Mak, gimana cara food stylish yang oke, dengan peralatan makan seadanya? Trus angle yang bagus selain flat d ri atas gimana ya? Kebanyakan foto-fotoku flat doang dari atas nih…dan masih minim stylishnya.Noni Rosliani

Kalau property yang digunakan apakah harus mengikuti trend?Seperti talenan barang-barang vintage/klasik. Kalau di resto/cafe property-nya pasti bagus. Kalau di rumah suka seadanya. Apa harus stock property?Meta Maftuhah

Jawab: Peralatan makan seadanya bisa dipakai (percayalah, pasti pingin punya stock properties kalau serius di mobile food photo :D). Coba fokus ke makanannya saja, apalagi kalau itu akan dituliskan resepnya di blog, diperlukan “penampakan” yang jelas.

10. Mak Vivera Siregar gambar kopi di atas, fokusnya bukan di kopi, tapi memang tampak vintage, menurut saya. Yang di blog Vivera Siregar photography itu pakai kamera apa Mak?Titi Alfa Khairia

Jawab: Foto secangkir kopi itu diambil saat saya memberi workshop food photography di kelas inspirasi Bandung, para peserta saya minta untuk memotret itu dari berbagai angle, boleh zoom in atau ambil background-nya yang kebetulan oke banget karena sore, habis hujan, di gedung kuno Indonesia Menggugat :).

Yang di blog wordpress, foto makanan yang di piring biru itu pakai kamera ponsel.

11. Terus kalau mau beli DSLR disarankan yang seperti apa sih?Titi Alfa Khairia

Jawab: Yang mahal, ahahaha. Nggak deng. Sudah saya sebutkan di atas tadi, yang penting “the man behind“. Gear itu menunjang, memang, tapi bukan segalanya. Kuncinya di mata, di sense of art, di rasa. Kalau mau saya beri saran, mendingan beli kamera mirror less daripada DSLR. Berat itu. Eh gimana selera sih, kalau saya suka praktis, makanya hepi dengan kamera saku dan ponsel. Kamera yang gedean kebanyakan dipakai buat event-event yang memang perlu banget kamera itu.

12. Mak Vivera, kalau makanannya bagus difoto juga cakep, nah kalau makanannya biasa ajah difoto tampak luar biasa itu lho yang kadang susehNiar Ningrum

Jawab: Nggak semua makanan bagus difoto, terutama makanan Indonesia, tantangannya lebih besar, cobain aja motret rendang :). Untuk makanan “biasa aja” biar tampak “luar biasa”, coba berbagai angle, dan sering-sering ke warung pinggir jalan atau warung padang ya, buatlatihannya…

***

Fiuh, seru juga pertanyaan-pertanyaannya ya. Jadi gimana nih, Mak? Sudah ada sedikit bekal untuk memotret makanan, kan? Yuk ah kita latihan sama-sama. Pssst, siapa tahu nanti diminta review restoran terkenal kan ya? hihihihi.

Comments (3)

October 27, 2015

Thanks Mak atas share ilmunya berguna banget nih


March 11, 2016

Terima kasih sudah merangkum obrolan singkat seputar Food Photography. Anytime, untuk KEB:)


Trackback

    Leave your comment :

  • Name:
  • Email:
  • URL:
  • Comment: