Review Buku: Masa Remaja Hee Ah Lee

By Lianny Hendrawati on April 26, 2016

Pernah dengar nggak nama Hee Ah Lee, a four-fingered pianist?

Sejak Hee Ah lahir, dia hanya punya dua jari di setiap tangannya, selain bentuk kakinya yang hanya sebatas lutut saja. Tetapi, Hee Ah telah diajarkan bermain piano untuk memperkuat jemarinya oleh ayahnya yang seorang tentara nasional Korea Selatan dan ibunya yang berprofesi sebagai perawat. Hasilnya, Hee Ah tumbuh menjadi seorang pianis yang melalui beberapa konser dan recital piano yang diikutinya, akhirnya menjadi terkenal di seluruh dunia.

Pernah bermain bersama pianis Richard Clayderman di Gedung Putih, Washington, Amerika Serikat. Tahun 2007 Hee Ah melakukan konser piano tunggal di Balai Kartini Jakarta, membawakan musik klasik karya composer besar seperti Chopin, Franz Schubert, Mozart, dan beberapa lagu pop seperti My Heart Will Go On, Love Story serta My Way.

**

 

Aku Bertubuh Pendek

 

Pertunjukan sudah dimulai

Lighting panggung mulai menyinariku

Baju yang cantik, dan sambutan uwaaa….

 

Permainan piano klasik memang sulit, tapi …

Semua yang mendengarkannya pasti terdiam sunyi.

Aku bisa bermain piano dengan baik.

Walau tubuhku pendek dan sepertinya tanganku tidak tumbuh selayaknya.

                                                                                                                     

Cobalah Ibu-Ibu lihat ekspresi wajah anak-anakmu.

Cobalah dengar baik-baik.

Apa yang menjadi impian anak-anak,

Pasti bisa Ibu rasakan.

( Hee Ah Lee)

**

Hee Ah dan Ibunya Woo Kap Sun

Review Buku

Kemarin, saat beres-beres rumah, aku melihat kembali buku tentang masa remaja Hee Ah Lee. Ditulis dengan gaya bercerita yang sederhana dan lugas, layaknya kita saat remaja dulu menulis di buku diary.

Buku setebal 153 halaman ini ditulis dengan huruf yang agak besar. Ada 5 bagian dalam buku ini yang tiap bagiannya terbagi menjadi beberapa cerita. Tiap bagian merupakan cerita kehidupan Hee Ah dalam setahun itu, dimulai dari bagian pertama tahun 2000 sampai bagian kelima tahun 2004.

Dimulai dari bagian pertama (Th. 2000) yang menceritakan Hee Ah Lee remaja yang masih terus latihan piano, melakukan operasi kecil pada kelopak matanya, sampai dia juga berkesempatan bertemu dengan Presiden.

Bagian kedua (Th. 2001) Hee Ah Lee sudah banyak melakukan petualangan. Hee Ah masih terus bermain piano dan mencoba meraih mimpi menjadi seorang penulis. Seperti halnya remaja lain yang mulai memperhatikan penampilan, Hee Ah juga mewarnai rambutnya dengan warna cokelat yang lebih terang.

Bagian ketiga (Th. 2002) Hee Ah sudah mulai berubah menjadi gadis yang lebih dewasa. Ada cerita juga tentang laki-laki yang menyayangi Hee Ah bernama Mazno Jin.  Hee Ah juga melakukan pertunjukan ke luar negeri yang akan dimulai di Amerika. Tahun ini juga Hee Ah mendapatkan KTP barunya.

Bagian keempat (Th. 2003) Hee Ah Lee mendapat banyak pengalaman baru. Sambil melakukan pertunjukan keliling di Amerika, Hee Ah juga sempat merasakan menjadi murid di salah satu SMA di Amerika.

Bagian terakhir dalam buku ini (Th. 2004) Hee Ah kini sudah menjadi mahasiswa di Korea National College of Rehabilitation and Welfare, jurusan Digital Music. Hee Ah mulai meninggalkan masa remajanya dan sekarang dalam proses perubahan menjadi seorang wanita dewasa.

 

Buku yang Inspiratif

Tak ada yang mustahil bagi Tuhan, jika Dia berkehendak. Hee Ah Lee yang terlahir cacat bisa menjadi pianis yang terkenal. Tentu semua itu dilaluinya dengan banyak pengorbanan, air mata, perjuangan yang besar serta dukungan dan cinta yang tulus dari Ibunya.

Jika Hee Ah yang terlahir cacat bisa menjadi bintang yang bersinar, kenapa kita yang lahir dengan tubuh sempurna kadang mudah putus asa? *Ini self reminder buatku pribadi :).

Semangat Hee Ah Lee sungguh luar biasa. Andai aku yang mengalami keadaan seperti Hee Ah, aku nggak yakin bisa melakukan hal yang sama sepertinya. Dan Ibu Hee Ah, sungguh seorang wanita yang luar biasa. Jika Ibu Hee Ah menyerah dari dulu, tak akan ada pianis terkenal bernama Hee Ah yang sangat menginspirasi ini.

Kisah Hee Ah Lee ini membuka pikiran kita bahwa dibalik kekurangan yang ada pada diri seseorang, pastilah ada kelebihan tersendiri. Tak peduli orang dengan tubuh yang sempurna ataupun yang terlahir cacat seperti Hee Ah. Yang penting adalah bersyukur kepada Tuhan dalam setiap keadaan dan menjalani hidup dengan ikhlas dan pantang menyerah.

Dan aku… masih harus terus belajar dan belajar untuk itu.

**

Data Buku

Judul Buku : a Four-Fingered Pianist – Masa Remaja Hee Ah

Sumber Cerita : Hee Ah

Editor : Goh Jung Wook

Gambar : Kim Kyung Bok

Penerjemah : Irma Ekawati

Penerbit : PT Elex Media Komputindo

ISBN : 978-979-27-2890-3

Comments (3)

April 26, 2016

sungguh besar semangatmu Hee ah,, 🙂
teruslah tetap seperti itu.
dan untuk kita yang diberi fisik yang sempurna harusnya bisa lebih bersyukur. gunakan untuk kebaikan bukan justru untuk keburkan,,
makasih artikelnya menginspiratif sekali 🙂


April 27, 2016

Inspiratif. Jadi malu punya jari lengkap tapi suka mengeluh. Hmmm, ini bagus dihadiahkan buat tmnku yg guru musik nih. TFS 🙂


August 20, 2017

Sangat menginspirasi.. kisah Hee Ah.. Semoga makin berprestasi di dunia


    Leave your comment :

  • Name:
  • Email:
  • URL:
  • Comment: