Review Film Kong Skull Island: Ekspedisi Ke Pulau Purbakala

By Efi Fitriyyah on March 15, 2017

Waktu trailer film ini tayang, saya ga begitu memperhatikannya. Ga kepikiran juga buat mencari tahu apakah film Kong Skull Island ini merupakan film remake, reboot atau sequel.

Hanya obrolan sedikit dengan seeorang teman soal rencana film yang ditonton, akhirnya saya masukin ke list nonton.  Bisa dibilang gambling sih, karena akan terasa menyiksa jika menghabiskan waktu sekitar 2 jam nonton eh ternyata kuciwa.  Soal sinematografi sih, film barat udah mumpuni. Tapi kalau alur ga sesuai ekspektasi itu kan lain soal. Lebih ke selera pribadi tepatnya.

 

Alur Cerita Film Kong Skull Island

Poster Film Kong Skull Island.

Image via Kui Cheung Pinterest

Eh, lucky me. Tanpa mantra cap cip cup kembang kuncup, film Kong Skull Island ini bisa dibilang memuaskan saya. Genrenya yang berbau adventure, action dan science fiction plus fantasy ini ternyata dibumbui dengan sentuhan drama. Bikin saya tersentuh jadinya hehehe.

Jadi ceritanya gini. Dengan seting tahun 1973,  sekelompok orang yang terdiri dari eks pasukan perang Vietnam, ditambah beberapa orang dari kalangan profesional menjalani misi rahasia ke sebuah pulau yang belum ada di peta. Pulau ini hanya tertangkap oleh citra satelit saja.

Dengan risiko mempertaruhkan nyawa, bayaran yang besar jadi kompensasi yang disepakati oleh tim yang dipimpin oleh Packard (Samuel L Jackson).  Pulau yang keindahannya mengingatkan kita pada indahnya panorama Raja Ampat itu ternyata hanya memberi waktu sesaat saja untuk terpesona. Di pulau yang lokasi syutingnya di sebuah pulau di Vietnam ini lantas berubah jadi terror nan horor.

 

Teror Mulai Terjadi

Anyway, primata yang menghuni pulau itu ternyata bukan hanya gorila itu sendiri. Masih ada makhluk lain yang penampakan fisiknya lebih mirip primata purba ala Jurassic Park.

Ada kerbau bertanduk dengan tubuh penuh bulu (saya mikirnya malah kayak makhluk mutan gabungan mamut, kerbau dan kudanil), lalu ada semacam kadal pemakan manusia, burung-burung besar mirip kelelawar, sampai semut yang kalau bersuara terdengar kayak cicitan burung.

Rasanya seperti terlempar ribuan tahun ke masa silam.  Keterpanaan, kaget dan deg-degan yang ada dalam film Kong Skull Island ini rasanya seperti ditransferkan ke ruang studio. Beberapa adegan sempat bikin napas saya tertahan.

 

Karakter-karakter yang Berkonflik

Film Kong Skull Island

Image via Detroit Free Press

Ketika sisa anggota ekspedisi semakin sedikit tersisa akibat teror yang terus mengusik,  timbullah perselisihan di antara mereka bagaimana caranya untuk bertahan hidup, syukur-syukur bisa lolos walau entah bagaimana caranya.

Di sini, egoisme dan ambisi tergambar pada karakter Packard.  Kekerasan kepalanya yang  nyebelin berbanding terbalik dengan Weaver–diperankan oleh Brie Larson-seorang fotografer yang tidak menyukai cara ala Packard.

Bersama dengan  Conrad (Tom Hiddleston), Hank Marlow (John C Reilly)–veteran Perang Dunia II yang dicap sinterklas sinting–Weaver  percaya kalau Kong si gorila itu tadi adalah sahabat manusia.

Di sinilah bumbu-bumbu dramanya bermunculan termasuk curhat-curhatan di antara para anggota ekspedisi yang kadang diselingi jokes garing.  Kerinduan seorang ayah pada anaknya juga diceritakan dalam film ini. Bonding yang kuat antara ayah dengan anak pun bisa membuat seorang tentara jadi sosok cemen dan bahan olok-olokan teman-temannya.

 

Ada Banyak Bahasa Kalbu

“Kadang musuh itu datang karena kita mencarinya sendiri.”

Itulah salah satu quote yang masih saya ingat dari film Kong Skull Island ini. Sambil menebak-nebak kenapa sih ekspedisi dengan bayaran mahal penuh risiko ini harus dijalani, mending nikmati saja eksotiknya pulau ini.

Juga simak ‘bahasa kalbu’ antara Hank Marlow dengan suku Iwis di sana,  dan keberanian Weaver membidik momen–momen tertentu lewat kameranya. Yup, kamera tahun 1970 gitulah, ya.Bukan kamera DSLR. Rada aneh bin amaze juga sama si Weaver ini. Dia bawa berapa banyak cadangan rol film dan batre sampai bisa terus motret, ya?

Ngomongin si Weaver ini, dia juga punya cara ‘bahasa kalbu’-nya sendiri untuk membuat si Kong berusaha mati-matian membela manusia cantik itu dari teror maut primate lainya di pulau itu.

Buat penggemar film laga, mungkin adegan drama ini rada mengganggu. Tapi rasanya bisa lain buat yang suka rasa sentimental, karena mampu menurunkan sedikit ketegangan selama film ini diputar.

Ah ya, kalau pernah nonton Great Wall, pasti inget dong dengan karakter Komandan Lin Mae yang dimainkan oleh Jing Tian? Nah, aktris cantik asal Tiongkok itu main juga di film Kong Skull Island ini. Sayangnya di sini dia ga dapet porsi yang layak.  Jadinya ga keliatan perannya apa sih di film itu. Rasanya ga ada dia pun ga ngaruh sama alur film.

Tapi entahlah ya kalau di lanjutan film Godzilla vs Kong yang katanya akan rilis tahun 2020 nanti? Eh, ada lanjutannya? Iya, begitulah.

Karena sesungguhnya film Kong Skull Island ini bukan sequel dari film sejenis, macam King Kong atau Godzila,  jangan khawatir bakal merasa bingung saat nonton nanti. Saya jamin akan menyenangkan untuk menonton film ini.

 

sumber foto: http://www.indiewire.com/

Comments (1)

July 18, 2017

emang seru banget nih film, kingkong nya besar banget, tapi sepertinya endingnya kurang seru, gak ada lanjutannya


    Leave your comment :

  • Name:
  • Email:
  • URL:
  • Comment: