Yuk, Waspadai Bullying Pada Anak-anak

By admin on August 22, 2017

ditulis oleh Nia Haryanto – www.niaharyanto.com

Beberapa waktu lalu, lagi-lagi, muncul pemberitaan mengenai bullying pada anak. Sebagai orangtua, siapa pun psti merasa sedih mendengarnya. Apalagi bullying yang terjadi sampai mengakibatkan kematian pada korbannya. Dan, yang paling membuat terkejut, bullying ini terjadi di antara anak-anak SD.

Sebagai orangtua yang anaknya pernah menjadi korban bullying, saya merasakan benar seperti apa kesedihan orangtua korban. Jelas sangat terpukul. Sekaligus juga kehilangan. Iyalah, orangtua mana sih yang tidak sedih saat anaknya meninggal? Terlebih kematiannya karena mendapat bullying dari teman-temannya. Sedih, sangat sangat sedih.

Anak Saya Korban Bullying

Ya benar, Radit, anak ketiga saya pernah menjadi korban bullying. Selama hampir 2 tahun, dia dipalak temannya dengan ancaman. Karena takut ditonjok, dipukul, dan lain sebagainya, dia pun menyerahkan uang jajannya kepada si pemalak.

Awalnya Radit biasa-biasa saja. Tapi karena setiap hari selalu begitu, akhirnya dia kesel, marah. Namun apa daya, rasa takut akan ditonjok dan lain-lain membuat Radit terus menerus menurut kepada si pemalak. Dan jadilah, kemarahannya dia luapkan di rumah.

Saya yang awalnya tak menyadari hal itu, suatu hari cukup terkejut ketika Radit marah-marah gak jelas, saat pulang sekolah. Dia melemparkan sepatunya dan juga tasnya ke kursi. Wajahnya jelas sekali menggambarkan kemarahan yang terpendam.

Setelah dibujuk lama, Radit akhirnya buka suara. Dia menceritakan semuanya. Tentang dia yang dipalak temannya sejak masuk kelas 3. Dan saat dia bercerita, dia duduk di kelas 4. Dia pun menangis dan memeluk saya.

Solusi Bijak Ala Saya

Atas usul bapaknya, penyelesaian masalah bullying pada Radit diserahkan kepada pihak sekolah. Sebab menurutnya, kejadian terjadi di lingkungan sekolah. Guru dan mungkin kepala sekolah lah yang harus menyelesaikannya.

Masalah pun clear. Si anak pemalak ditegur guru kelas dan juga kepala sekolah. Si pemalak diminta berjanji untuk tak lagi mengulangi perbuatannya. Jika terjadi lagi, si pemalak akan dikeluakan dari sekolah.

Alhamdulillah, sejak saat itu bullying pada anak saya tak terjadi lagi. Dan setelah mengalami proses panjang, anak saya dan si mantan pemalak itu akhirnya berteman kembali. Bahkan sampai sekarang ketika mereka ke luar SD dan masuk SMP yang berbeda.

Pesan Saya untuk Para Orangtua

Bullying pada anak sekarang terjadi di mana-mana. Di sekolah, di jalanan, di tempat mengaji, bahkan mungkin di rumah. Bentuknya pun beragam. Dari bullying halus hingga bullying kasar. Sebagai orang tua, kita harus mewaspadainya. Bullying dalam bentuk apa pun. Jangan sampai deh, anak kita kena bullying apalagi menjadi pem-bully.

Supaya bullying tak terjadi, kita bisa mencegahnya. Berikut ini upaya yang saya lakukan sebagai pencegahan bullying:

  • Membiasakan bertanya kepada anak mengenai aktivitasnya di hari itu.
    • Baik di sekolah atau di mana saja saat berada di luar rumah. Saat terbiasa, tanpa perlu ditanya, anak dengan sendirinya akan bercerita tentang apa pun aktivitasnya. Termasuk tindakan temannya yang mungkin menjurus tindakan bullying.
  • Peka terhadap sekecil apa pun perubahan yang terjadi pada anak. Sebelum semuanya menjadi serius.
    • Misalnya saja anak jadi sering murung, sedih, atau malah marah-marah ngak jelas. Pasti ada sesuatu yang menyebabkan itu. Mendekatinya dengan perlahan-lahan, dan lalu bercerita ini itu yang bisa memancing anak untuk mengungkapkan semuanya, bisa menjadi pilihan.
  • Lebih dekat dengan anak.
    • Lebih dekat dengan anak tentu harus dilakukan tak hanya untuk mencegah bullying saja. Tetapi juga memang sudah seharusnya orangtua dekat dengan anaknya. Mendekatkan diri dengan anak akan membuat anak tak segan bercerita segala hal. Baik hal yang membuatnya senang, sedih, marah, dan lain sebagainya. Dekat dengan anak juga membuat anak merasa aman dan nyaman.
  • Menanamkan sikap-sikap positif, termasuk sikap berani jika diperlakukan semena-mena oleh temannya.
    • Untuk yang satu ini, keteladanan lebih utama dibandingkan dengan nasihat. Yuk, kita biasakan diri bersikap positif.
  • Kenali teman-temannya. Termasuk sifat teman-temannya.
    • Dengan mengenal sifat mereka, setidaknya kita bisa memberi arahan kepada anak mengenai bagaimana dia bersikap, berbuat, dan bertindak dengan masing-masing temannya.

Itu adalah poin-poin pencegahan. Adapun poin-poin solusi jika bullying sudah terjadi, berikut ini hal yang saya lakukan dan pendapat saya:

  1. Selesaikan secara bijak. Misalnya dengan menghubungi gurunya jika kejadian terjadi di sekolah. Mendatangi orangtua pem-bully atau memarahi anak yang mem-bully hanya akan menambah panas suasana. Bisa saja kan orangtuanya gak terima dan gak mau tahu dengan pem-bully-an yang sudah terjadi.
  2. Jangan mengikuti emosi. Ya, meski gemas dan marah, kepala dingin tetap harus dikedepankan. Jika masih emosi akan lebih baik jika penyelesaian dilakukan besoknya atau saat kita sudah tenang. Emosi akan membuat kita susah untuk berpikir objektif.
  3. Jika bullying sudah parah, apalagi sifatnya bullying fisik yang berisiko mencederai atau bahkan merenggut nyawa, memindahkan anak dari lingkungan tersebut adalah pilihan terbaik. Misalnya dengan minta gurunya menjauhkan tempat duduk, atau juga mungkin pindah sekolah.
  4. Jika bullying fisik sudah terjadi, berdasarkan urutan keseriusan, yang pertama kita lakukan adalah lapor kepada gurunya. Jika dirasa perlu, lapor juga kepada orang tuanya. Dan bahkan jika sangat serius, kita bisa lapor polisi.

Well…

Oke teman-teman, segitu dulu curhatan saya tentang bullying kali ini. Yuk kita waspadai bullying pada anak dari sekarang. Jika punya pendapat berbeda, atau mau menambahkan cara pencegahan dan solusi mengenai bullying, yuk sharing yuk. Biar semua yang membaca mendapat pengetahuan yang lebih lengkap. Sampai jumpa!

****

Yuk, Waspadai Bullying Pada Anak-anak ditulis oleh Nia Haryanto sebagai blogpost pertama #KEBBloggingCollab Kelompok Yohana Susana.

 

Nia Haryanto adalah ibu dari empat orang anak, yang berprofesi sebagai penulis lepas di bidang kepenulisan dan blogger yang tinggal di Bandung.

Comments (12)

August 22, 2017

Peluk radit, akhirnya selesai juga ya mak, untunglah mak nia dan suami cepat tanggap.


August 22, 2017

Anak saya juga pernah di bully oleh temannya. Suka dipalak uang jajannya dan kadang dimusuhi oleh temannya itu. Meskipun beberapa orangtua sudah mengadukan hal tersebut ke wali kelasnya dan anak itu telah ditegur oleh wali kelasnya, namun kelakuan anak tersebut tidak berubah.

Akhirnya saya yang mempersiapkan mental anak saya. Saya ajarkan untuk lebih berani dan lebih baik berteman dengan teman yang lainnya saja. Alhamdulilah, kini anak saya bisa lebih tenang di sekolahnya.


August 22, 2017

untung aja sudah selesai ya.. moga moga gak terjadi lagi


August 23, 2017

Serem yaa, teh Nia…
Alhamdulillah…anak-anak saya masih kecil dan rasanya belum kenal bullying.
Ini fenomena di hutan banget yaa…siapa yang berkuasa, dia yang menang.
Sedih juga melihat anak kecil sudah bisa menyakiti, mengancam bahkan sampai jatuh korban.

Semoga pendidikan keluarga yang lebih baik, bisa menjauhkan anak kita dari korban bullying atau bahkan menjadi pembully.
Naudzubillahi min dzalik…


August 23, 2017

Alhamdulillah, masalahnya bisa terselesaikan ya, Mak. Anakku Moses juga pernah dibully temannya. Dijorokin ke selokan dan ditendang kena kelaminnya. Langsung besoknya aku lapor ke guru wali kelasnya dan Alhamdulillah langsung diselesaikan. Memang orangtua harus selalu aware sama perubahan pada anak, yang kadang2 sulit karena si anak menutupi karena takut, misalnya. Semoga anak2 kita semua selalu dalam lindungan Allah SWT.


August 23, 2017

Alhamdulillah, orang tua memang muati kerja sama dengan pihak sekolah supaya guru2 juga aware .
Punya pengalaman yang hampir sama mbak


August 23, 2017

Puji Tuhan masalahnya dapat diselesaikan. Saya pernah di bully saat masih sekolah dulu, dan waktu itu semua masalah hanya saya pendam sendiri. berat sekali untuk saya hingga bertahun-tahun rasa sakit hati itu masih ada. untungnya ada orang yang mendengerkan keluh kesah saya dan kemudian dia menguatkan saya.


August 23, 2017

Saya selalu gak tega lihat kekerasan baik anak-anak maupun orang dewasa. Terus terbayanglalu memosisikan seandainya itu anak saya dan orang terdekat lainnya


August 24, 2017
Hastira

kadang bully itu ada yg sederhana dan anak suak gak merasa kl di bully dan kl berlanjut bahaya juga


August 24, 2017

Kesabaran adalah kebajikan, dan saya belajar kesabaran. Ini adalah pelajaran yang sulit.

Elon Musk


September 6, 2017

Anak saya juga pernah di bully mak nia, pas waktu dia pulang naek angkot dan di keplak kepalanya dan yg pembully tersebut dari anak sekolah lain yang lebih besar dari dia dan gara2 cuma minta kapur saja, anak saya hanya diam saja takut, tapi pas dia sampai di rumah langsung menceritakan kejadiannya dan langsung nangis, rasanya saya kesel dan emosi pada saat itu, dan pencegahannya sih mulai saat itu saya jemput anak saya pulang sekolah


Trackback

    Leave your comment :

  • Name:
  • Email:
  • URL:
  • Comment: