Quarter Life Crisis, Dilema Milenial Usia 20-an

By admin on October 05, 2017

Quarter Life Crisis, ada yang tahu istilah ini?

Rata-rata orang yang menginjak usia 20 ke atas pernah mengalami momen galau hebat, teror yang terlihat simpel, namun bikin mellow sepanjang hari.  Dengar-dengar, biasanya quarter life crisis akan menimpa orang usia 25-35, dan kalau sampai tidak tahan bisa memicu akal untuk melakukan bunuh diri.

Separah apa sih, quarter life crisis itu sampai ingin bunuh diri? Ciri-cirinya apa?

Ini beberapa tanda yang pernah saya alami:

  1. Hopeless, merasa tidak berguna.  Tidak punya arah dan tujuan hidup serta bingung dengan apa yang ingin dilakukan
  2. Beranggapan teman dan sahabat seperti yang menjauh, karena semua kini punya kesibukan masing-masing
  3. Panik melihat hidup orang lain lebih sukses, serta merasakan tekanan sosial  berlebihan (pekerjaan, status, keuangan, passion, dll)
  4. Meski punya bakat atau talenta atau prestasi atau pengalaman, akan punya pikiran “kamu tuh nggak ada apa-apanya dibanding orang lain” , terutama saat orang lain bisa meraih posisi yang kamu inginkan dengan cara yang terlihat “mudah”
  5. Menjadi “what if person” yang sering berandai-andai soal keinginan kembali masa lalu

Bagi saya, tahun 2014 adalah masa terburuk.  Di tahun itu, saya mengalami titik terendah dalam kehidupan.  Setelah meraih gelar sarjana, saya merasa tidak siap memikul beban label “dewasa” yang disematkan pada saya.

Menghadapi kenyataan demi kenyataan yang tidak menyenangkan menjadi “manusia dewasa” adalah  penyebab stres yang berlangsung beberapa bulan.

Bukan berarti saya ingin bunuh diri.  Tapi bagi saya waktu itu, membayangkan diri menodong pistol ke kepala jauh lebih menenangkan dibanding menghadapi pertanyaan menyebalkan macam:

“Udah ada calon?”

“Setelah lulus apply kerja di mana?”

“Semoga kamu segera menikah ya, kasihan orangtuamu ingin segera punya cucu.”

Pertanyaan-pertanyaan ini terdengar sederhana, namun begitu mengusik.

Tekanan sosial akan semakin menjadi begitu kita bertambah umur. Entah itu bicara tentang melanjutkan sekolah vs menikah, bekerja vs menjadi stay home mom, membandingkan gaji atau prestasi masing-masing ketika reuni dengan teman … rasanya semua orang mendesak agar kami yang menjalani kehidupan di usia 20 awal untuk bisa sama seperti mereka.

Saya sendiri termasuk yang stres berat saat menjalani masa-masa setelah lulus kuliah.  Belum ada pekerjaan setelah menjadi pengangguran lebih dari 6 bulan, tidak ada calon, bahkan kekurangan pemasukan karena orangtua menganggap saya sudah dewasa mencari uang sendiri.

Saya pun tidak enak meminta-minta, karena perubahan angka usia 19 menuju 20, sesungguhnya memiliki arti yang besar.  Saya sudah punya pemikiran, “Justru sayalah yang harus memberi uang pada orangtua!”

Sosial media adalah wadah yang begitu menyiksa bagi kami yang belum berpasangan, belum bekerja, dan belum punya anak.

Sejatinya sosial media adalah tempat kita melakukan “pamerisasi”, entah pamer pasangan, pamer tempat libur, pamer anak, atau pamer harta.  Scrolling timeline  itu kegiatan yang menyiksa. Saya sempat hiatus dari semua sosial media dan aplikasi chatting dalam rentang waktu cukup lama karena tidak mau ditanya atau diajak reuni bersama teman-teman yang sukses terlebih dulu.

Stress menjadikan saya menjadi orang lain yang tidak saya kenali.  Saya tidak mau bersosialisasi, karena malu pada keluarga, kerabat, juga teman. Saya membenci karakter saya sebagai INTP, karena karakter yang saya miliki ini membuat saya kesulitan untuk mendapatkan karir cemerlang seperti orang lain.

Setiap hari saya mencari kegiatan untuk melarikan diri, bukannya lebih tekun mencari pekerjaan. Lama-lama saya meledak ketika ada teman laki-laki yang iseng mengusulkan: “Kalau belum kerja, cari jodoh saja.  Perempuan kan lebih mudah.”

Namun emosi seketika itu yang membuat saya mulai mengubah cara pandang.  Setelah akhirnya memberanikan diri curhat ke teman, kutipan yang ia berikan membuat saya kembali memikirkan kegalauan dengan cara yang berbeda:

“Life is not a competition.  Each one is on their own journey.  Live according to your choices, capacity, values, and principles.”

Saya mulai memaafkan diri sendiri, belajar mencintai diri, kembali berjuang dari square one, dan membuat perencanaan hidup yang lebih baik. Saya mulai menatanya dengan membuat blog, karena hanya itulah yang saya tahu pasti sebagai  keahlian yang saya kuasai.  Berbagai cerita tentang hidup melalui tulisan adalah  terapi sekaligus cara bagi saya untuk senantiasa mengingatkan diri untuk berani menghadapi konsekuensi.

Di sini pun, saya mulai belajar sesuatu: Tidak akan ada yang peduli dan mengurus dirimu selain dirimu sendiri.”  Meski kita punya pasangan, keluarga, dan sahabat, mereka tidak akan selalu hadir 100% untuk dirimu.  Ketika terpuruk, berusahalah sendiri, sebelum meminta bantuan orang lain.

Menjadi dewasa sesungguhnya adalah tahu bagaimana cara bertanggungjawab terhadap pilihan masing-masing.  Menjadi dewasa, artinya kita juga siap menjalani segalanya ketika tidak ada pilihan pasti dalam hidup. Kitalah yang akan menciptakan pilihan itu sendiri.

Quarter life crisis sesungguhnya bukanlah momok yang sangat menakutkan.  Itu hanya satu dari bentuk ujian ketika kita mulai menginjakkan kaki di hutan bernama “Kehidupan.” Itu adalah momen penggodokan diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik.  Ketika kita berhasil mengatasinya, berbanggalah.  Ya, karena kisah yang akan kamu ceritakan nanti mungkin bisa menjadi inspirasi bagi orang lain!

***

Quarter Life Crisis, Dilema Milenial Usia 20-an ditulis oleh Azzahra R Kamila sebagai post trigger #KEBloggingCollab untuk kelompok Dee Lestari.

Tulisan-tulisan menarik Mia, demikian panggilan gadis manis berhijab ini bisa ditemui di http://insommia.net

Comments (25)

October 5, 2017

Sebentar lagi digit angka usiaku bertambah maak.. wah aku jadi flashback 10 tahun ke belakang.. gimana dan udah ngapain aja ya. Penggodokan utk jadi lebih baik, semogaaa..


October 5, 2017

Quarter life means 20 years ago…
Yup masa2 galau itu nyata…
Mungkin dulu dunia digital belum semeriau sekarang sehingga masa2 galau terasa sedikit lbh ringan
My second quarter life just began
Seems the same things happened
In different frame…
Tantangan terasa lebih besar status Ibu yg tersandang…
Cemunguth aaah


October 5, 2017

Saya juga pernah merasakannya!! Titik terendah dalam hidup. Syukur Alhamdulillah cepet bangkit dan mendapati rencana Alloh jauh lebih baik dari harapan saya


October 6, 2017

sama banget inih, hihihi! moga semua ikhtiar dalam ridho Allah yaa


October 6, 2017

Apakah saya sedang mengalaminya sekarang? berada pada fase kelelahan setiap hari .. 🙂


October 6, 2017

Yha. Aku lagi ngerasain. Tamat kuliah, mulai diteror pertanyaan “kapan nikah? kapan nikah?” Ckk!
Untunglah kalo soal pekerjaan, aku udah dapet pekerjaan tetap yg lumayan sejak masih semester 5. Tapi tetep sih, soal nikah, rumah, kendaraan, semuanya tuh kayak diuber-uber. Perpindahan fase ini lumayan bikin stress. Fiuuh


October 9, 2017

2014! KENAPA SAMA BANGET NIH TAHUNNYA. Kirain ini saya yang nulis. Lhah, nggak inget kapan nulis ini. Ternyataaaa ada yang senasiiiib *peluk erat, nangis kejer*

Sampai sekarang pun saya masih merasakannya. Terutama poin “what if” yang kamu utarakan di sini. Tapi saya berusaha stay calm walau seringnya sih tetep panik. BAHAHA.

Semoga kita bisa melewati masa ini dengan lebih semangat yaaaa


November 22, 2017

Tuntutan untuk dewasa dari lingkungan memaksa seseorang kadang menjadi stress


September 19, 2018

2013, untuk waktu itu masih bisa pamer karya di Instagram karena lagi ga ngeblog, Alhamdulillah semua kejadian memilukan telah terlewati


August 16, 2021

wait aku usia 20an itu mulai di tahun 2005 2006, quarter life crisis dilema justru dirasakan persis sebelum usia 25 hahahah masa-masa mau ngapain ya sekarang, kapan ya ada yang ngelamar, achievement apa nih yang udah dibuat yang bisa bikin bangga banyak orang terutama keluarga, masa-masa masuk keluar klub demi keeksisan dalam persahabatan hahaha eh di saat melepas dan pasrah akan yang namanya tuntutan hidup termasuk pertanyaan kapan nikah, malah harus operasi kista. Ya namanya hidup ya mak, ada aja


August 16, 2021

Sepertinya setiap orang pasti pernah ya ngerasain Quarter life crisis. Cuma ada yang memang terlihat orang lain dan seringnya nggak. Aku juga pernah ngalamin masa begitu.

Tapi apa ya, yang namanya hidup memang tempatnya kita belajar, tempatnya kita berusaha. Yang aku tahu, ya aku harus berusaha dan belajar dari hidup itu sendiri. Dan sertakan Allah dalam setiap langkah. Eh kok aku jadi curcol ya. Apapun itu semangat terus kita


August 16, 2021

Loh.. berarti saya termasuk telat merasakan quater crisis ya. Saya merasakan semua gejala itu justru di usia 37 – 38. Mungkin karena memang kedewasaan saya yang agak telat krn nama. Nama saya Ade, jadi selalu merasa diri menjadi anak kecil yang dipanggil Ade… xixixi… mungkin ya. Karena saya percaya nama itu adalah doa. Jadi itulah yang saya rasakan. Tapi benar, semua krisis itu akan hilang jika kita mau berdamai dengan diri sendiri.


August 17, 2021

Tulisan ini membuat saya berpikir lama, berusaha mengingat-ingat kapan pernah berada pada masa quarter life crisis. Sayangnya saya tidak berhasil mengingat, atau jangan-jangan tidak/belum pernah mengalaminya? 😀

Cuma bisa bilang bahwa saya sepakat tentang berdamai dengan diri sendiri sama halnya dengan mencintai diri kita sepenuhnya. Mencintai diri sendiri merupakan bagian penting untuk kesehatan mental serta hubungan dengan orang lain.


August 18, 2021

Quarter life crisisku malah usia 27an. Merasa stuck aja disaat teman2 lain berlari, aku ngurus anak. Wkkka. Tapi alhamdulillah terlewati. Salah satunya karena kenal dengan blogging sehingga rasa percaya diriku kembali


August 18, 2021

Hal yang membuatku stres dan terlalu banyak berpikir negatif dulu ketika lama belum mendapatkan pekerjaan yang sesuai, meskipun ada beberapa yang sudah lolos seleksi. Lalu ada juga ketika tiba2 di perut hadir calon anak kedua, padahal suamiku terkena PHK dan menganggur dua tahun. Seperti hidup dalam ilusi apalagi soal ekonomi itu benar2 terpuruk. Namun kini sudah lewat masa2 itu dan meraih kebahagiaan. Ikhtiar itu wajib buat kita sih 🙂


August 18, 2021

Tepat banget poinnya. Saya pernah mengalami fase-fase di semua poin di atas di usia 25-26 tahun. Untung segera move on dengan perlahan menggeluti hobby mendaki gunung sehingga lupa akan hal-hal di atas.


August 18, 2021

Judgemental dari orang lain seringkali memang berpengaruh terhadap perilaku hidup kita. Namun, jika kita bisa lebih mencintai diri sendiri dengan segala kekurangan dan kelebihannya, merasa nyaman dengan diri sendiri dan dapat memegang kendali atas diri sendiri, pendapat buruk orang lain tentang kita tak akan berpengaruh lagi. Karena yang tahu dan menjalani hidup kita adalah kita sendiri, bukan orang lain 🙂


August 18, 2021

Akhir-akhir ini, aku pun merasakan quarter life crisis ini. Oleng, sedih, selalu ingin pergi ke tempat yg sepi, dan banyak lagi.
Tapi, life must go on. Bisa jadi kita lelah. Menepi dulu. Supaya bisa istirahat, lalu kembali melaju lagi dg kondisi yg lebih segar


August 18, 2021

aku pernah mengalami hal ini di usia sekitar 23-24lah saat ingin mneikah, hahaha. apalagi beberapa kali gagal ta’aruf ajdi emnag benaran menguras pikiran, hahaha


August 18, 2021

Baca ini sambil mnegingat-ngingat kira-kira kapan ya aku ngalamin Quarter life crisis . TErnyata akhir-akhir ini pernah berada di fase ini, untungnya cepat sadar. Akhirnya cari kegiatan yang positif, seperti baca, dengerin webinar, kajian,menulis kegiatan harian.


August 18, 2021

pernah mengalami kayak gini terutama pas ibuku meninggal dan berulang bertanya ke diri, aku ngapain? Aku kerja atau menikah? Aku tamat kuliah nati untuk siapa? Untungnya ada kawan dan keluarga yang menguatkan.


August 18, 2021

wah aku pernah mengalami masa masa krisis saat harus resign dan jadi ibu rumah tangga
alhamdulillah sekarang semua sudah terlewati


Pertama2, ya ampuuun mak, kirain ada kolabs lagi lho, ternyata artikel lawas. Kangen masa2 kollabs gtu kasi backlink 😀

BTW ternyata usia 20an dah mengalami krisis juga ya? Kalau kuingat2 lagi usia 20an abis lulus yang aku pikirkan saat itu cari kerja, cari jodoh malah jd list terakhir hehe

Setuju banget bahwa hidup bukan perlombaan, lagipula setiap orang punya garis timeline-nya masing2 yaaa


August 18, 2021

Aku umur dua puluh kayaknya lagi sibuk nyusun skripsi hahaha. Ya Allah udah lama banget ini mah. Sekarang lagi sibuk nyusun tesis di usia hampir 40


August 22, 2021

Dulu jaman2 umur 24-26, konten kayak gini rasanya relaaaattteee banget. Sampe hampir masuk usia 30 pun masih ada beberapa yang relate tapi mungkin aku udah lebih berdamai dengan “sistem” yang memang sudah kadung terbentuk di masyarakat mengenai stigma perempuan umur 20an. Alhamdulillah sekarang jadi lebih santai dan bisa lebih bodo amat dengan slentingan2 nggak enak 😀


    Leave your comment :

  • Name:
  • Email:
  • URL:
  • Comment: