Parenting: Antara Idealita dan Realita

By admin on September 26, 2016

ditulis oleh Ida Tahmidah – www.idatahmidah.com

**

Sudah begitu banyak tersebar tulisan-tulisan baik di buku, majalah, seminar parenting maupun di media online tentang bagaimana cara mengetahui  potensi anak sedini mungkin.  Tiap orang tua pastilah menginginkan yang terbaik untuk anaknya.  Dan sudah banyak para orang tua yang memahami itu dengan mempersiapkan segala sesuatunya karena menginginkan yang terbaik bagi buah hati.

Dalam realita kehidupan sehari-hari, sudah terlihat begitu banyak ibu–ibu muda  yang peduli tentang optimalisasi potensi anak sejak dini ini.  Hal ini terbukti dengan adanya buku referensi parenting di toko-toko buku begitu berlimpah ragamnya, teori ekonomi berlaku di sini ada permintaan ada penawaran.  Penerbit melihat ini sebagai potensi yang luar biasa besar, untuk mendulang profit dari kepedulian para orang tua terhadap tumbuh kembang putra-putrinya.

Sebuah fenomena yang menggembirakan, karena generasi yang cerdas yang akan menjadi penentu peradaban bangsa ini memang harus terlahir dari orang tua yang peduli.  Orang tua yang penuh kasih dan sayang yang bertanggung jawab terhadap amanah buah hati yang dipikulnya.

Tapi apakah itu cukup? Berdasarkan pengalaman melahirkan dan membesarkan lima orang anak serta survey kecil-kecilan terhadap apa yang terjadi di lingkungan sekitar, ternyata persiapan keilmuan saja tidak cukup dalam membesarkan buah hati kita.  Mungkin melalui informasi yang diperolehnya dari berbagai sumber baik itu membaca atau mengikuti pelatihan dan seminar parenting yang mulai marak di awal dekade  tahun 90-an, orang tua banyak mengenal ilmu parenting.

Yang perlu diccermati apakah mengaplikasi ilmu keparentingan itu tidak akan mengalami kendala yang berarti? Ada banyak faktor yang membuat ilmu yang kita miliki tidak bisa kita aplikasikan ketika terjun langsung pada tataran realitanya.

Ternyata menjadi seorang orang tua pun harus mempunyai kematangan mentalitas, dewasa dan bijak dalam berpikir dan bersikap.  Bukan semata hanya berbicara soal umur di sini, karena pada kenyataannya banyak yang mempunyai usia dewasa tetapi mentalitasnya masih belum sedewasa usianya.  Tetapi kita lihat begitu banyak terutama contoh pada zaman Rasulullah, remaja belia tetapi sudah memiliki kedewasaan dalam berpikir dan bersikap.

Ketika seorang memutuskan untuk berumah tangga, yang menyatukan dua individu yang memiliki berbagai macam perbedaan baik itu latar belakang pendidikan, keluarga, suku,  dan sebagainya tentulah akan menemukan berbagai hal di dalam perjalanan mengarungi bahtera rumah tangga.

Menjadi orang tua dibutuhkan juga kecerdasan emosi, kerena hal ini sangat berpengaruh pada saat seorang ibu hamil, menyusui maupun mendidik dan membesarkan anak-anaknya.  Seorang ibu yang ketika hamilnya selalu bersedih akan melahirkan anak yang penyedih, seorang ibu hamil yang bahagia maka itu pun akan berpengaruh pada kondisi bayi yang dikandungnya.  Dukungan dari pasangan pun tentulah sangat besar, seorang calon ayah yang memperhatikan dan peduli pada istrinya akan berimbas juga pada sang janin.

Ketika membesarkan anak pun kondisi psikologis orang tua sangat berpengaruh, terkadang ilmu parenting yang orang tua miliki menguap begitu saja dalam prakteknya.  Hal itu biasanya terjadi karena hal-hal yang sebelumnya tidak pernah terprediksi akan kita hadapi ketika membesarkan anak-anak.

Belum lagi kalau ada masalah ekonomi, konon hal ini menjadi faktor penyumbang yang cukup besar terjadinya perceraian dalam rumah tangga.  Selain itu dalam kondisi ekonomi yang kurang menguntungkan terkadang ada orang tua yang melampiaskan kekesalan dan kemarahan kepada anaknya, karena memang anak objek yang lemah yang tidak bisa melawan kemarahan orang tua. Anak yang dibesarkan oleh orang tua pemarah tentu saja akan menghasilkan individu yang rapuh dan kelak dia akan meniru gaya orang tuanya.

Banyak faktor yang membuat idealita kita atas tumbuh kembang buah hati kita hancur dalam tatanan realita.  Untuk menanggulangi ini semua, kesiapan menjadi orang tua lahir dan batin perlu dimiliki oleh pasangan yang akan menikah.  Dengan kesiapan yang optimal calon orang tua akan memiliki kemampuan maksimal dalam menghadapi kendala di dalam pernikahan.

Tidak menafikan pentingnya ilmu parenting karena itu juga faktor yang penting dalam upaya membentuk generasi yang cerdas dan kokoh.  Tetapi selain dari itu harus didukung pula oleh kesiapan mental spiritual orang tua.

Comments (7)

September 29, 2016

idealita dan realita… biasanya berakhir menjadi sebuaaah… cerita! ilmunya A, niatnya A, prakteknya B… hihi… kadang tergantung situasi dan kondisi juga, teh… tapi kalo menurut aq pribadi sih ya tergantung kesepakatan yang berlaku di dalam rumah itu sendiri. hihi.
Terima kasih artikel inspirasinya, teh Ida… ^_^


September 29, 2016

Itulah banyak kesiapan fisik untuk menikah tidak dibarengi dengan kesiapan mental. Jadi Ortu tidak disiapkan sejak sebelum menikah, hanya kebayang indah2 aja xixixi… Agar tidak mengulang kisah kelam, aku mulai menyiapkan bekal anak2ku agar siap di masa depannya.


September 29, 2016

Ih setuju pisan, teh Ida, saya nggak baca buku parenting sejak melahirkan, baru baca kemarin karena butuh referensi, karena teori dan praktek ternyata tidak begitu Saja sejalan


September 29, 2016

Setuju banged dengan perlunya pelatihan kecerdasan emosi orangtua… Kayak saya misalnya masih labil banget ngadepin anak yg usianya 2 tahun masa dimana mereka aktif banged dan semau2nya . Huhuhu


October 14, 2016

Artikelnya bagus banget mak Ida… Terima kasih, sebagai pengingat menjadi orang tua.. semoga makin banyak calon ortu yang memahami hal ini


October 17, 2016

Setuju mba ida. Tapi menurut saya orang tuabtetap perlu sebuah model “idealita” meskipun hanya dalam imaji untuk menjadi acuan dalam membesarkan anak2.. ahh ngomongin parenting sungguh saya harus belajar banyak dari emak2 kece yang sudah berhasil membesarkan krucils seperti mba ida..


Trackback

    Leave your comment :

  • Name:
  • Email:
  • URL:
  • Comment: