[Review] Setia Bersamamu

By Efi Fitriyyah on October 17, 2016

Dear Mak, beberapa waktu belakang ini istilah move on atau baper (bawa perasaan) rasanya sering banget kita baca atau dengar. Entah itu di lini masa, chat obrolan ringan offline atau ketika chit chat santai dengan teman. By the way, Emak pernah ngalamin ga sih semacam perasaan terjebak nostalgia? Eh ini  mah kayak judul lagunya Raisa  sih :).

Kali ini postingan saya bukan mau bercerita tentang pengalaman saya. Bukan, Mak. Bukan mau curcol 🙂 Yang terjebak nostalgia dalam tulisan yang diceritakan kali ini adalah Diyuna, tokoh dalam novel Setia Bersamamu yang bakal saya ceritakan.

Judul Novel: Setia Bersamamu

Penulis:  Qonita Musa

Tebal: 224 halaman

Penerbit : Gramedia 2015

ISBN: 978-602-03-2393-5

Novel ini udah cukup lama saya baca. Baru kesampaian diceritain sekarang nih. Ga apa-apa, ya.  Masih cukup gress juga, kok.

Ceritanya, Diyuna adalah seorang wanita cantik  yang semasa mudanya hidup seenaknya. Jauh dari agama. Saking  bebasnya kehidupan Diyuna di masa lalu, Diyuna sempat mengalami hidup kumpul kebo. Tinggal serumah dengan seorang pria  bernama Harry, tanpa ikatan perkawinan yang resmi.

Lalu roda kehidupan pun berputar.  Tidak selamanya seseorang terus berkubang dalam dunianya yang gelap. Lewat perjodohan yang diatur kakaknya, Diyuna akhirnya menikah dengan Hamzah. Berbeda dengan Harry, Hamzah adalah sosok pria yang soleh, ga kalah ganteng  dan punya karir cemerlang. Yang terpenting, Hamzah tidak memedulikan masa lalu Diyuna. Ini salah satu faktor yang membuat Diyuna klepek-klepek tidak bisa menolak kehadiran Hamzah.

Tanpa disangka, saat Diyuna  pindah ke Yordania, menemani Hamzah yang bekerja sebagai staf kedutaan Indonesia di Aman. Perasaan Diyuna jadi tidak karuan sejak pertama kali beradu tatapan mata  dengan Harry di sebuah persimpangan jalan. Kebetulan itu kemudian  berlanjut dengan pertemuan demi pertemuan yang semakin sering.

Entahlah,  takdir apa  yang diatur langit. Ribuan kilometer yang terbentang mempertemukan lagi Diyuna dengan Harry, membuka lipatan masa lalu yang berusaha dikubur dalam-dalam. Diyuna jadi galau. Lalu mempertanyakan pada dirinya sendiri, siapa yang harus ia pilih?

What? Dipilih?  Kan udah nikah? Gimana ini? Selingkuh? Mintai cerai sama Hamzah? Tapi gimana anak-anak? Hati Diyuna Semakin sering dibuat kebat-kebit ga karuan. Hamzah, suaminya kini malah santai saja.  Ia tidak meyadari ada sesuatu yang mengusik Diyuna, istrinya yang cantik itu.

Bertemu dengan mantan atau  mantan gebetan, rasanya Emak pernah juga ya mengalami (ish, sok tau saya). Masih mending kalau  masih merdeka alias lajang. Lah gimana dengan Diyuna? Kan sudah terikat janji suci dalam mahligai pernikahan.  Buah cintanya dengan Hamzah juga menghadirkan anak-anaknya yang lucu. Ga segampang itu dong seperti kita menukar atau mengganti pakaian yang kita kenakan.

Sebentar. Ngomong-ngomong soal pakaian, meski sudah menjadi seorang muslimah yang salehah, Diyuna masih punya hobi ngemall. Seperti juga kebanyakan cita-cita kita semua, Maks. Diyuna ini seorang wanita yang cantik, modis suka makan, hobi belanja, duitnya banyak dan badannya tetap langsing. Siapa coba yang tidak nolak bisa kayak gini?

Kembali ke cerita, ya. Masalah soal hati mah ga bisa damai dengan ceteknya.  Ga segampang itu. Kehadiran Harry  bikin Diyuna mulai banyak ngelamun. Membandingkan antara Hamzah dan Harry. Hamzah mah gini, eh tapi Harry gitu bla bla bla… Segitu galaunya, tergambar dalam novel ini kita banyak menemukan monolog, semacam kontemplasi Diyuna dengan alam pikiran dan hatinya.

Harry  sungguh-sungguh menarik hati Diyuna… Dulu. Dan itu sudah berakhir. Tepatnya Diyuna sudah  mengakhirinya. (halaman 114)

Harry tak akan pernah sama dengan Hamzah…(halaman 114)

Novel ini bukan cuma membahas soal love melulu, kok. Dengan seting negeri Yordania yang eksotik, Yordania, kita juga sedikit banyak jadi tahu makanan khas negeri jazirah arab ini. Dan seenak apapun racikan koki yang mengolah, semewah apapun gemerlap kehidupan yang dialami, darah Diyuna masih merah, hatinya masih putih. Diyuna masih cinta Indonesia dengan segala kebudayaannya, termasuk makanan khasnya yang selalu bikin baper. Baper yang juga berarti bawaan laper. Ah kalau udah dasarnya lidah Indonesia mah, sejauh apapun pergi, tetep aja ya masakan Indonesia bakal dikangenin.

Emak pasti penasaran dong, gimana  dan apa yang Diyuna rasakan saat hatinya kebat-kebit ketemu dengan Harry? Dan sebenarnya, gimana sih perasaan Harry sama Diyuna setelah sekian lama berpisah dan ketemu lagi? Kalau ternyata Diyuna terusik kenangan masa lalunya, masa Harry enggak?   Harry ini masih ada rasa ga sama Diyuna? Kira-kira kenapa ya, Harry bilang gini:

Kalau kamu letting go, kamu nggak harus mengurusi hidupku dong!  (halaman 144)

Aku ga ngerti cara berpikirmu, Diyuna. Kamu ribet. Terserah kamu saja (halaman 145)

Katanya Miyosi, sahabat  yang dicurhati Diyuna, perselingkuhan cuma bakalan menghadirkan  intuisi yang sudah lama tenggelam.   Wajah suami, pelukan suami,  jadi terseret karena adanya debaran baru debaran yang dihadirkan oleh orang lain.

Jadi gimana dramanya tentang sang mantan ini? Yuk, baca aja bukunya ya.

 

 

Comments (2)

October 17, 2016

Mksh inf ny Mak, jd kepingin baca,,


October 24, 2016

Ayo mak. Cari bukunya di Gramedia atau toko buku lainnya.


    Leave your comment :

  • Name:
  • Email:
  • URL:
  • Comment: