Serumah Kesepian

By admin on December 26, 2012

Penulis: Lusiana Trisnasari

Jika bukan karena sering kebanjiran, tak hendak kami mencari rumah kontrakan baru, apalagi yang hanya berjarak beberapa gang dari rumah lama. Capek rasanya packing barang-barang, memindahkan, lalu membongkarnya lagi. Namanya rejeki, dalam waktu singkat kami mendapatkan rumah kontrakan yang lebih baru, berukuran dua kali lipat dari sebelumnya, tapi berharga sama! Kami semua bersemangat pindah.

Buat saya, rumah yang lebih besar memungkinkan untuk memajang beberapa sample produk usaha saya dirumah dan mengadakan berbagai acara untuk teman-teman dan kenalan. Bagi anak-anak saya, kamar-kamar yang lebih besar membuat mereka bisa menata lebih bebas, mengundang teman untuk belajar dan mengobrol atau memasang poster-poster.

Namun, baru sehari dirumah kontrakan itu, saya merasa kesepian. Anak-anak asyik berkegiatan di kamar masing-masing. Jarak antara kamar saya dan kamar anak-anak yang berjauhan, membuat saya tidak bisa mendengar suara-suara yang dulu begitu berisik. Jika keluar kamar, kami tak selalu berpapasan seperti dulu yang kemana-mana selalu bertemu karena terbatasnya ruang gerak.

Jadi rumah yang ideal itu yang bagaimana? Saya pernah membaca tentang konsep rumah tumbuh. Tentu saja ini lebih cocok untuk yang memiliki rumah sendiri, bukan rumah kontrakan seperti saya. Konsep rumah tumbuh ini adalah mendesign rumah untuk kebutuhan sampai anak-anak besar nanti, tapi dibangun bertahap mengikuti kebutuhan pertumbuhan anak-anak. Dengan demikian selain memberi waktu pada kita untuk mengumpulkan dana bagi tiap tahap pembangunan, juga memberi peralihan yang mulus mengikuti pertumbuhan anak sehingga kita tidak terlalu terkejut dengan perubahan akibat pertumbuhan anak-anak kita.

Namun bagi yang sering pindah, pilihan tidaklah banyak. Kita dipaksa untuk menyesuaikan diri dengan keadaan, bukannya berusaha menciptakan keadaan yang telah direncanakan. Dan sekarang saya terkaget-kaget dengan rumah yang lebih besar dan anak-anak juga telah sangat besar. Mereka tidak membutuhkan saya setiap saat. Mereka bisa berkegiatan sendiri di kamar, atau di ruang tamu dengan teman-temannya. Mereka juga tidak setiap saat mencari saya dikamar saya.

Time flies, kata orang-orang. Dulu seolah sulit melepaskan diri dari anak-anak. Setelah anak-anak besar, serumah pun mereka tidak terlalu memerlukan saya. Tapi mereka adalah hidup saya. Saya memerlukan mereka. Karena itu siang tadi saya tidur dikamar-kamar mereka bergantian heheheee…..

Comments (4)

December 26, 2012

pindahan cape packingnya ya mbak


December 27, 2012

Mak Lusiana Trisnasari, that’s life — jangan merasa kesepian dengan tidak mendengar suara anak-anak tercinta, berbanggalah bahwa kita sudah mampu membesarkan mereka dan lmenumbuhkan kemandirian pada diri mereka. Fasilitas yang telah mak Lusiana berikan, walaupun sebuah rumah kontrak, namun dihati anak-anak pasti timbul rasa senang dan bahagia bisa memiliki privacy dengan kamar masing-masing. Berbahagialah mak, jangan merasakan kesepian lagi ya. Mereka bukan tidak membutuhkan kita (karena sudah besar dan mungkin dewasa), tapi mereka ingin menata fasilitas yang mak berikan. Suasana kebersamaan pasti-lah ada dan akan tercipta pada saat makan malam atau kesempatan lain. Cheers!


December 27, 2012

Salam kenal…
Iya mba… saya juga kadang membayangkan, bagaimana nanti kalo anak2 sdh besar, mgkn saya akan kesepian. Kalo skrg sih, masih ngekor terus sama ibunya 🙂


March 23, 2013

ini perasaan yg pernah diungkapkan jg oleh anak ketigaku pas kami pindah rumah.
kalau emaknya mah ‘belum’ kesepian, lha masih dikintil anak keempat dan kelima 🙂


    Leave your comment :

  • Name:
  • Email:
  • URL:
  • Comment: