Hola Maks, apa kabar. Bagaimana puasanya bagi teman-teman Muslim? Senang ya sudah masuk bulan Ramadan, bulan puasa, bulan penuh berkah dan kebahagiaan. Katanya, di bulan itu saatnya umat Muslim di seluruh penjuru dunia, berlomba-lomba berbagi kebaikan untuk meningkatkan ketakwaan dan berkah bagi ibadahnya. Segitunya ya. Apa sih keistimewaan bulan ramadan itu?
Nah, beberapa waktu lalu, di Group Facebook Kumpulan Emak Blogger (KEB), ada sharing nih tentang keistimewaan bulan Ramadan ini. Dibaca ya sharingnya 🙂
Keistimewaan Bulan Ramadan ala Emak-Emak Blogger
Bagi Liza Fathiariani, member KEB yang tinggal di Banda Aceh dan juga seorang dokter, menjelang puasa ada tradisi Aceh yang disebut dengan Meugang.
Semua masyarakat Aceh berbondong-bondong ke pasar untuk membeli daging. Harga daging pun jadi fantastis. Naik berlipat-lipat. Pernah mencapai Rp 170 ribu per kilogram.
Tradisi Meugang ini merupakan adat membeli, mengolah, dan menyantap daging tersebut bersama keluarga, mejelang dan selama bulan Ramadan.
Hampir sama dengan di Aceh, di kampung Erin Friyana yang berasal dari suku Sunda, ada tradisi Munggahan dalam menyambut Ramadan.
Orang-orang masak daging ayam atau kambing untuk menyambut hari pertama puasa. Kemudian makan bersama (botram).
Kalau di Bogor, tempat tinggal Mak Dwina, ada parade rebanaan yang dilakukan anak-anak, berkeliling kampung. Walau anak-anak yang parade, namun ibu-ibunya pun ikut berkeliling untuk saling maaf bermaafan. Begitu juga di Depok, tempat tinggal Mak Eni Martini, ada pawai obor anak-anak berkeliling dengan membawa atribut khas Ramadan, berpakaian muslim. Parade obor ini dilakukan sambil sholawatan.
Seru ya!
Apa keistimewaan bulan Ramadan lainnya? Kuliner!
Mayoritas member Emak Blogger merasakan kalau kuliner di bulan Ramadan itu istimewa. Makanan atau minuman yang di hari-hari biasa, jarang ada atau jarang dijual, pada bulan puasa ini, bermunculan. Berlomba-lomba orang menyajikan kuliner unggulannya.
Seperti yang diceritakan Langit Amaravati, Nia Haryanto dan Ida Tahmidah yang tinggal di Bandung, Jawa Barat, banyak pedagang musiman yang berjualan makanan dan minuman yang hanya ada pada bulan puasa atau bulan ramadan. Begitu pun di tempat tinggal Ratna Amalia di Bogor. Pada bulan puasa, makanan seperti mie golosor dan risol kampung yang isinya bihun dan rajangan wortel, dijual sebagai menu buka puasa oleh para pedagang musiman.
Pedagang musiman di bulan ramadan ini memang banyak ditemui. Hampir di semua tempat di Indonesia ini ada yang namanya pasar kaget, bazar ramadan atau pasar takjil.
Seperti yang diceritakan Nabila Desyalika Putri, Hetty Sukma, dan Gita Siwi. “Di tempatku ada semacam pasar kaget yang asyik didatangi sebelum buka puasa. Tapi sudah tiga tahun ini aku jarang ke sana karena nggak bisa full puasa, karena hamil dan menyusui,” ungkap Nabila.
“Di masjid kampungku ada pengajian tiap pukul 5 sore. Menu buka puasa sudah tersedia di sana. Tapi, paling seru itu berburu kuliner ramadan, yang banyak penjual dadakannya,” cerita Hetty.
“Jelang jam-jam buka puasa, semua sibuk cari bukaan. Nggak heran, dari sekitar Ciganjur, yang banyak pedagang kuliner dadakan, macet tak terkira jalanannya,” tutur Gita Siwi.
Keistimewaan bulan ramadan lainnya versi Evi Indrawanto adalah jalan-jalan ke Pasar Takjil. “Tiap ramadan, di sekitar Serpong banyak banget pasar dadakan. Makanannya beragam, yang paling utama adalah makanan rumahan atau makanan tradisional.
Yang tak kalah istimewa adalah kegiatan di tempat tinggal Mak Rach Alida Bahawares, Lusi Tris, Farichatul Jannah, Utie Adnu, Dian Suryawan dan Iis HM Zwan.
Di tempat tinggal mak Nchie dan Farichatul Jannah, para warga saling bergantian membuat takjil (makanan pembuka puasa) yang lalu dikumpulkan di musholla untuk dimakan bersama-sama para warga saat berbuka puasa. Setiap hari seperti itu selama bulan puasa.
Begitu pun dengan di tempat tinggal Mak Rach Alida Bahawares dan Utie Adnu, di daerah Depok dan Sawangan, ada jadwal setiap hari siapa saja yang mendapat giliran untuk memberikan makanan dan minuman berbuka puasa di musholla atau masjid.
Biasanya sih berkelompok, tiga atau empat rumah yang urunan untuk menyiapkan menu buka puasanya.
Beda lagi di kampung Mak Lusitris. Di tempat tinggalnya, tahun ini bulan ramadan memakai tema: Cinta Bersemi di Bulan Ramadan. Menarik ya.
Menurut mak Lusi, meski masjid kampung dan berbahasa Jawa, tapi pengurusnya profesional. Jadwal dan kegiatan selama bulan ramadan dibuat bookletnya. Termasuk jadwal penyedia takjil. Malah, ada siaran langsung sholat Jumat di RRI Yogyakarta, dengan basa Jowo.
Di Jombang, keistimewaan bulan ramadan menurut Mak Iis HM Zwan, setiap pagi, setelah subuh adan pengajian di mushola atau masjid. Begitu pun setelah teraweh, yang ada mengaji. Kadang sampai malam. “Para warga bergiliran membawa makanan minuman ke musholla saat teraweh, yang dimakan bersama-sama setelah teraweh. 10 hari terakhir, pada jam 1 dini hari, warga berbondong-bondong ke masjid untuk sholat malam dan Lailatul Qadar berjamaah,” papar Iis.
“Kalau di Sumenep, Madura, suasana lebih hidup setelah mahgrib sampai pukul 9 malam. Warga pada teraweh dan tadarusan,” cerita Dian Suryaman, emak blogger yang tinggal di ujung timur Jawa Timur, Pulau Sumenep.
Meski tidak melaksanakan ibadah puasa, mak Betty yang tinggal di Yogyakarta dan Mak Lisdha yang tinggal di Medan, Sumatera Utara, selalu bersemangat dan menikmati keseruan di bulan ramadan, bulan penuh berkah. “Bulan ramadan itu bisa jadi ajang pembelajaran untuk anak-anak tentang perbedaan dan bertoleransi. Buat orang tuanya, jadi ajang kulineran,” pungkasnya.
Di bulan ramadan ini, keistimewaan lainnya adalah berbagi kebaikan dan kebahagiaan bagi sesama, terutama untuk anak-anak yatim piatu dan kaum dhuafa.
Karena itu, banyak orang, instansi atau kalangan yang mengadakan berbagai program berbagi kebaikan. Seperti buka puasa bersama anak yatim piatu dan kaum dhuafa, atau seperti yang dilakukan salah satu brand pasta gigi terkenal, berupa sahur amal untuk anak yatim piatu di ratusan panti asuhan. Launching program ini mengundang member Emak Blogger.
Tradisi Meugang bener-bener worth it banget. Kebetulan saya berada di lingkungan perumahan (heterogen). Jadi orang-orang sekitar masih belum guyub sama tetangganya sendiri. Anyway, salam kenal ya mbak