Oleh Mak @yervihesna
Emak kece, masih ingatkah jaman dulu dengan siapa emak berangkat ke sekolah dasar? Diantar orangtua atau pergi bersama-sama dengan teman-teman? Saya pikir mungkin jawaban mayoritasnya adalah emak-emak semua berangkat sekolah dengan teman-teman yang rumahnya berdekatan. Nah, kalau sekarang gimana ya mak? Jawabannya bisa beragam. Ada yang berangkat sendiri, diantar orangtua, dan dijemput mobil sekolah. Namun sangat jarang saya meliha trombongan anak-anak yang berangkat ke sekolah dasar bersama-sama.
Perkara kemandirian merupakan tantangan untuk diajarkan orangtua kepada anak. Kita sebagai orangtua bukannya tidak mau mengajarkan kemandirian, namun terkadang situasilah yang membuat kemandirian itu sulit untuk didapat bagi anak-anak kita. Lihat saja bagaimana faktor rumah dan sekolah memberikan kontribusi terhadap kemandirian anak-anak kita.
Ada banya kalasan dalam pemilihan sekolah anak-anak. Pertama adalah faktor jarak dan yang berikutnya adalah faktor mutu sekolah tujuan. Jarak yang dekat dari rumah merupakan salah satu alasan pemilihan sekolah anak-anak, terutama yang memasuki sekolah dasar. Dengan jarak yang dekat, orangtua dapat dengan mudah mengantarkan anak sehingga tidak terlalu mengganggu waktu untuk aktifitas lain. Jarak yang dekat juga memungkinkan spent time yang lebih lama di rumah, sehingga waktu kebersamaan dengan anggota keluarga lainnya juga lebih panjang. Dengan jarak sekolah yang dekat juga membuat anak-anak tidak terlalu pagi dalam mempersiapkan keberangkatannya ke sekolah.
Sekolah favorit dengan mutu yang bagus dan berada dalam jarak yang relatif dekat dari rumah, itu merupakan kondisi idealnya. Namun bagaimana jika sekolah pilihan berada pada jarak yang jauh? Otomatis anak-anak dikondisikan harus berangkat ke sekolah lebih pagi. Terkadang sekolahan juga tidak berada dalam daerah yang sama dengan tempat aktifitas bekerja orangtuanya. Akibatnya orangtua yang tidak memiliki cukup waktu untuk mengantar anak ke sekolah menggunakan jasa antar jemput dari sekolah.Tak sadar waktu telah berlalu, anak yang tadinya kelas satu sekarang sudah duduk di kelas enam, namun tetap dengan aktifitas yang sama, berangkat dan pulang dengan bus sekolah atau dijemput keluarga. Lalu kapan anak kita bisa mandiri untuk bertransportasi? Atau lebih tepatnya kapan mereka kita ajarkan untuk mandiri bertransportasi?
Faktor lain yang berkontribusi dalam pengembangan kemandirian anak adalah sikap dan perilaku orangtua dalam menumbuhkan kemandirian anak. Saya punya teman yang kebetulan punya anak tunggal. Dari sekolah TK hingga sekarang sudah duduk dikelas 9 masih tetap diantar jemput orangtua, baik untuk kesekolah dan ketempat kursus. Menurut emak-emak sampai kapan praktik seperti ini akan berlangsung? Apakah begitu masuk SMA atau malah kuliah?
Kemandirian bertransportasi merupakan salah satu hal yang musti dipunyai anak-anak. Kemandirian bertansportasi tidak didapat diajarkan dalam semalaman, namun harus diasah melalui praktek langsung bertransportasi mandiri. Ada beberapa dimensi yang terkait dengan kemandirian bertransportasi, yakni :
Mengasah kepercayaan diri
Kepercayaan diri hanya bisa didapat apabila kita yakin dapat mengerjakan sesuatu. Begitu apa yang kita yakini terlaksana dengan baik, maka kepercayaan diri akan terpupuk dengan sendirinya. Proses seperti ini juga diharapkan terjadi terhadap hal-hal lain dalam kehidupan anak-anak kita.
Mengasah kemampuan pengambilan keputusan
Dengan mandiri bertransportasi mampu mengasah kemampuan anak-anak kita dalam membuat pengambilan keputusan. Misalnya saja dalam perjalanan menuju ke sekolah terjadi kemacetan panjang. Nah apa yang harus diperbuat anak-anak supaya mereka tidak terlambat sampai di sekolah. Apakah mereka diamsaja di kendaraan umum sampai menunggu kemacetan terurai, atau mengambil keputusan pergi dan mencari alternatif kendaraan lain yang bisa menjangkau sekolah mereka. Ini contoh lebaynya mak…
Peka terhadap bagaimana cara aman bertransportasi
Aman bertransportasi sangat dituntut apabila anak-anak kita menggunakan trasnportasi umum. Jadi kalau mau aman di jalan, enggak didekati pencopet, anak-anak jangan memakai perhiasan yang mencolok, jangan pamer barang-barang mewah di depan umum (baca: penumpang), bagaimana cara menyeberang jalan yang aman dan bagaimana mengambil keputusan sekarang waktunya menyeberang di tengah keramaian jalan. Semuanya hanya bisa didapat apabila mereka mandiri bertransportasi.
Seterusnya bisa emak-emak tambahkan ya.Yang penting di sela-sela kesibukan kita, jangan lupa untuk membimbing anak-anak kita untuk mendapatkan kemandirian mereka dalam bertransportasi. Setuju, Mak?
Saya masih blm berani membiarkan anak saya ke sekolah sendiri, masih takut 🙁