Lunch date with Dee Lestari adalah pengalaman yang luar biasa bagi saya. Ini berawal dari sebuah undangan di grup KEB membuat Saya bisa hadir di acara Dee’s Coaching Clinic yang diselenggarakan oleh Penerbit Bentang Pustaka. Untuk kota Solo acara DCC ini berlangsung di Sunan Hotel pada pukul 08.00- 13.00 WIB. Saya senang sekali mendapat kesempatan berharga ini, maklum kegiatan yang melibatkan emak blogger di Solo jarang ada. Kesempatan yang tidak Saya sia-siakan tentunya.
Pukul 07.30 WIB, Saya telah berada di lokasi. Sengaja datang lebih awal karena tidak ingin ketinggalan sedikitpun momen ini. Datang lebih awal juga membuat Saya leluasa memilih tempat duduk. Niat ingin fokus belajar maka Sayapun memilih tempat duduk di deretan paling depan. Dua seat lainnya Saya pilihkan buat Mak Ika Koentjoro dan Mak Ardiba Sefrinda yang datang dari Jogya.
Di undangan disebut acara mulai pukul 08.00 WIB, ternyata itu waktu untuk registrasi ulang peserta. Tak apalah, harus menunggu agak lama untuk bisa mendengarkan cerita dari Dewi Lestari (Dee) penulis novel Supernova yang best seller itu. Disaat menunggu inilah, Saya mulai mengambil gambar dan ngetweet. Sebelumnya dalam email dari pihak Bentang Pustaka memang menyebutkan agar blogger yang diundang bisa menyebarkan acara ini ke media sosial yang ada.
Teng, teng, acara yang ditunggu-tunggu akhirnya dimulai juga. Deg, degan sih awalnya, melihat peserta yang hadir itu muda-muda dan die hard fans nya Dee Lestari. Rasa grogi sempat hilang waktu mendengar Dee Lestari membuka obrolan. Wah, asyik nih orangnya humble dan nyantai. Tapi, begitu Dee meminta peserta memperkenalkan diri satu persatu, mulai deh demam panggung. Saya deg-degan, dan gemeteran sewaktu harus memperkenalkan diri.
Oh ya para peserta yang hadir adalah para reviewer terbaik yang dipilih oleh penerbit Bentang Pustaka dan para blogger. Peserta tidak hanya dari kota Solo, mereka datang dari Jogya, Semarang, Demak, Magelang, Bandung dan Bogor. Jauh-jauh datang, pastilah mereka fans berat Dee Lestari.
Usai saling berkenalan, acara sesi pertama pun dimulai Dee membuka obrolan dengan mengungkapkan minatnya menulis tentang hubungan manusia dengan alam, manusia dengan manusia serta manusia dengan Tuhan. Menurutnya saat itu, belum ada novel yang mengangkat tema tersebut sekaligus padahal Dee ingin sekali membaca novel seperti itu.
Salah satu tip dari Dee buat penulis pemula yang masih bingung mau menulis tema apa, katanya tulislah buku yang ingin kamu baca. Dee ingin membaca buku bertema cinta dan spiritualitas maka ia menulis Supernova.
Dalam sesi ini lima orang peserta mendapat kesempatan bertanya termasuk Saya. Pertanyaan yang diajukan diantaranya tentang motivasi menulis Dee, metode menulisnya, cara mencari ide dan tentang klimaks dalam satu cerita serta pentingnya riset dan cara melakukan riset.
Setelah diselingi Coffe Break, acarapun berlanjut ke sesi kedua, masih dengan format yang sama. Peserta lain yang belum bertanya mendapat kesempatan bertanya. Kali ini pertanyaan yang diajukan seputar riset, cara menghidupkan karakter, soal editing, sumber ide dan membuat bagian kedua suatu cerita itu bisa panjang.
Acara seru ini berlangsung hingga pukul 13.00 lewat, ditutup dengan book signing, kuis dan foto bersama. Diakhir acara diumumkanlah pemenang live tweet. Selamat buat Mak Dewi Rieka yang mendapat kaos gelombang. Dan yang membuat Saya speechless itu ketika MC mengumumkan pemenang lunch date bersama Dee adalah Saya. Huwaa, kaget, senang campur grogi.
Usai acara, Saya pun dan Dee menuju restoran di Hotel Sunan. Saat menunggu makanan datang mengalirlah obrolah kami seputar kesukaan Dee membaca buku-buku bertema popular sains, filsafat dan spiritualitas. Ternyata, Dee jarang membaca fiksi meskipun dia adalah penulis novel. Dee menyebutkan, untuk fiksi dia suka membaca karya Sapardi Djoko Darmono dan Ayu Utami.
Diawal kehadiran Supernova, Dee sempat mengalami masa-masa dimana karyanya dikritik habis-habisan. Saya pun menanyakan bagaimana Dee menyikapi kritik-kritik itu. Dee sempat merasa kaget dengan respon negatif yang diterimanya, disisi lain tak sedikit pula yang memberi respon positif pada Supernova. Hingga pada satu titik ia melihat antara yang memberikan respon negatif dan positif itu sama besarnya. Disitulah ia menyadari bahwa ini adalah bentuk keseimbangan alam. Dee pun menerimanya dan kini pujian atau cacian itu rasanya sama saja.
Disela-sela menikmati makanan yang disajikan, Saya bertanya bedanya klimaks di satu novel dengan novel yang berseri. Dee menyebutkan klimaks pada satu novel itu ada dibagian kedua cerita sementara jika novel berseri maka ada di seri terakhir. Tak lupa Saya menanyakan kapan seri terakhir Supernova akan terbit, Dee menargetkan tahun depan seri Intelegensi Embun Pagi akan menjadi penutup novel Supernova.
Sayang, waktu berlalu amat cepat. Kami harus mengakhiri obrolan karena Dee harus segera menuju Bandara. Makasih banget buat Dee Lestari atas waktunya. Tak lupa buat penerbit Bentang Pustaka, terimakasih atas kesempatannya.
Buat emak-emak yang berminat mengikuti Dee’s Coaching Clinic, pantau terus grup KEB, agar tak ketinggalan acara ini mengingat undangan yang terbatas. Dee’s Coaching Clinic akan berlangsung di kota Medan, Makasar, Surabaya dan Jakarta. Siapa tahu bisa lunch date bareng Dee Lestari seperti Saya.
Reportase mak Ety Handayaningsih
Uwaaa keren banget bias lunch bare Dee…..plus bisa ngobrol^^