Category: Cerpen

Home » Life Style » Cerpen
Demi Sari
Post

Demi Sari [Cerpen]

Rupanya Midah tidak main-main. Pagi-pagi dia sudah datang ke rumah petakku. Langsung meminum teh hangat yang tinggal setengahnya, lantas memberiku sebuah kaos bergambar pria yang sering aku lihat di TV dari tasnya. Demi Sari! “Sana ganti baju dulu!” ujarnya seraya mengambil Sari dari gendonganku, “aku tunggu,” lanjutnya lagi. Aku bergeming, ragu. “Dah? Ini…” “Kemarin katanya...

[Cerpen] Impian Simin
Post

[Cerpen] Impian Simin

Naik kapal pesiar?? Ide itu tidak pernah terpikirkan oleh Simin sebelumnya. Dia hanya seorang supir, keajaiban hanya menjadi satu-satunya alasan yang memungkinkan lelaki seperti dirinya bisa berlayar dengan kapal pesiar semacam itu. Tapi entah kenapa dia menginginkannya, boleh-boleh saja dia bermimpi, bukan? Kembali Simin mengamati diam-diam sebuah artikel yang tengah dibaca wanita di sampingnya di...

[Cerpen] Sekardus Nostalgi
Post

[Cerpen] Sekardus Nostalgi

Kipas batik berwarna marun. Pensil kayu bertuliskan Ernest Hemmingway di ujungnya. Flash Disk berbentuk kamera SLR. Cincin emas putih bermata besar. Gantungan kunci berbentuk gajah khas Thailand. Gelang akar bahar hitam. Novel Karena Cinta Itu Sempurna karya Indi. Hanya ada tujuh benda dalam kotak segi empat kecil itu. Tidak banyak, meski tidak juga bisa dibilang sedikit. Yang...

[Cerpen] Mengejar Andromeda
Post

[Cerpen] Mengejar Andromeda

Aku tidak pernah percaya akan sebuah kebetulan. Mungkin aku memang pelacur, tapi aku masih percaya Tuhan. Bahwa daun yang terjatuh karena embusan angin sudah ada yang mengatur. Bahwa ulat yang menjadi kepompong kelak akan menjelma kupu-kup pada saat yang sudah ditentukan. Bahwa aku menjadi penjaja seks adalah sebuah ketetapan. Semacam itulah. Maka perkenalanku dengan sosok...

[Cerpen] Pada Suatu Senja
Post

[Cerpen] Pada Suatu Senja

“Assalamu’alaikum,” salamku parau setelah menghela napas dalam-dalam. Tidak seperti biasanya, kuputuskan pulang sebelum malam terlanjur pekat. Mungkin, menghabiskan senja di rumah bisa membuatku jauh lebih tenang. Jantungku memang masih sering berdegup kencang mengingat pengejaran tadi siang, hampir saja aku menjadi abu, sedikit lagi saja aku mati. Maka aku ingin menikmati senja selagi bisa. Jawaban salam yang...

[Cerpen] Bapak
Post

[Cerpen] Bapak

“Nung, Bapak Jumatan dulu, ya.” Lelaki renta itu menatap bayangannya di cermin, memperbaiki kopiah di kepalanya yang baik-baik saja, merapikan baju koko dan sarungnya, lantas meminum air putih yang selalu kusediakan di atas meja makan. Aku mendesah diam-diam, sebelum akhirnya, dengan terpaksa, memberitahunya sebuah fakta. “Pak, Jumatannya besok, yah. Hari ini kan masih Kamis,” ujarku...

[Cerpen] Misteri Kamar 306
Post

[Cerpen] Misteri Kamar 306

Siska mengumpat dalam hati saat lift beranjak naik dalam kecepatan siput. Seharusnya tadi aku naik tangga saja, rutuknya murka entah pada siapa. Lift berhenti di lantai satu, membuat Siska memencet kesal si tombol untuk memaksa kotak sialan itu kembali menutup. Tapi terlambat, seorang lelaki paruh baya tanpa sehelai pun rambut di kepalanya terlanjur masuk, lantas menekan...

[Cerpen] Hujan Malam Ini
Post

[Cerpen] Hujan Malam Ini

Hujan tiba-tiba saja turun ke bumi setelah siang yang terik. Tanpa aba-aba mendung, nyaris tanpa suara gelegar petir. Syahdu, seolah sang hujan ingin menyapa semesta sebagai dirinya sendiri, bahwa dia adalah bulir rintik air penyejuk jiwa. Hei, kenapa aku mendadak menjadi pujangga semacam ini? Ha ha! Aku tertawa sendiri. Sebelum bajuku terlampau basah, aku beranjak...

[Cerpen] Lebaran Sebentar Lagi
Post

[Cerpen] Lebaran Sebentar Lagi

“Pak, jadi pulang kan kita Lebaran nanti?” Ming termenung. Dia sudah lama berhenti menghitung, dia tak lagi bisa ingat kapan terakhir kali dia pulang ke kampung. Bertahun lalu, dia tak bisa ikut menguburkan jasad Bapak saat lelaki itu tewas tertimbun tanah longsor. Meski kini sering sakit-sakitan, Ibunya masih hidup, entah sampai kapan. Dan Ming tak...

Post

Bakso Untuk Ibu

Siang itu terik sekali, matahari seakan membakar bumi . Dua orang anak berjalan dengan langkah gontai.  Keringat sudah berlelehan di dahi mereka. “Kak, tidak ada yang mau memberi kita uang hari ini.” “Iya, Dik. Mungkin karena suara Kakak jelek karena batuk ini.” “Enggak, masih bagus kok. “ “Ah, mungkin orang-orang itu takut memberi kita uang....