Serangan itu selalu datang dinihari ketika saya asik mengetik, entah untuk mengurus administrasi usaha saya (maklum belum mampu membayar tenaga administrasi) atau untuk menuruti kegemaran saya menulis. Serangan terakhir datang tiga hari menjelang puasa Ramadhan. Bagian tubuh saya bagian tengah sekeliling sakit luar biasa. Saking sakitnya, berdiri tidak bisa, duduk sesak, tiduran malah perih. Rasanya jika bagian itu dipotong-pun saya tidak akan keberatan.
Paginya, saya dibawa ke UGD sebuah rumah sakit internasional terbaik dikota saya. Oleh dokter jaga yang meski masih muda tapi berpembawaan sangat meyakinkan, saya diperiksa. Diputuskan saya menjalani rekam jantung. Haduh! Kok jantung? Bukannya selama ini sakit saya itu karena asam lambung? Lagipula bukan pertama kali itu saya terdeteksi kelainan jantung dan ternyata salah. Sebelumnya sampai di USG macam-macam, ternyata bukan sakit jantung melainkan ketambahan jantung lain alias sedang hamil. Heheheee…. Tapi saya masih berpikir positif karena menurut saya tidak mungkin dokter di rumah sakit sehebat ini bisa salah.
Untuk menjalani rekam jantung kali ini, beberapa bagian tubuh saya diberi jell dan dijapit pakai capitan besar, termasuk payudara saya (maaf). Kesimpulannya detak saya memang agak pelan tapi itu bisa dikarenakan berbagai sebab, benar-benar gangguan atau karena menahan sakit yang luar biasa itu. Lalu saya diberi obat lewat nadi. Sejam kemudian sakit saya reda.
Tiga hari kemudian, saya puasa seperti biasa dan sampai hari ini tidak kambuh. Artinya, frekuensi sakit saya berjarak agak jauh dari biasanya. Saya heran meski sangat bersyukur. Suatu siang saya mendengarkan tanya jawab dengan dokter di radio. Dokter perempuan itu ngotot bahwa asam lambung atau maag itu sebabnya cuma satu, yaitu stress. Sedangkan makanan asam atau pedas hanya pemicu untuk menyegerakan kambuhnya sakit itu.
Banyak orang yang mengaku tidak kambuh maag-nya juga selama puasa. Dokter tersebut meyakinkan bahwa itu bukanlah suatu keajaiban. Katanya, jika kita benar-benar mampu menjalankan puasa dengan baik, kita bisa terhindar dari kambuhnya maag. Karena puasa yang benar tidak hanya menahan nafsu makan, tapi juga nafsu untuk marah, ambisius, egois, iri dan sebagainya. Jika nafsu-nafsu itu berhasil dikendalikan, maka hati akan tentram dan terhindar dari stress. Di bulan Ramadhan, banyak faktor yang membantu kita untuk mengendalikan emosi, apalagi jika berada dalam lingkungan orang puasa juga. Perasaan ikhlas akan membuat rohani nyaman sehingga maag tidak kambuh.
Saya senang mendengar penjelasan medis seperti itu. Kadang kita susah percaya pada penyembuhan rohaniah dan lebih percaya obat. Padahal banyak dokter senior yang justru menyarankan untuk sedapat mungkin menghindari obat. Lebaran tahun lalu saya terpaksa masuk UGD sebuah rumah sakit Kristen di Jogja karena kelelahan dan terserang flu. Yak, saya memang langganan UGD dimana-mana heheheee…. Meski saya hampir-hampir tidak bisa berjalan, dokter itu hanya memberi saya vitamin. Obat flu-nya? Dokter itu hanya menyarankan untuk menguapi hidung saya diatas air panas. Kata beliau, “Tidak usah kebanyakan obat, bu.”
Kalo Ω̶̣̣̥̇̊ќυ suka seseg mbak. Apalagi kalo telat makan n stres. Ni Ω̶̣̣̥̇̊ќυ jųğα terapi puasa Daud. Makasih sharingnya