Melihat beberapa berita di tanah air akhir-akhir ini sedikit membuat saya gusar, sedih, risih atau apalah itu namanya. Yang pasti konotasinya negatif dan sangat mengecewakan. Beberapa berita menayangkan tentang kemerosotan nilai-nilai dan norma yang menyangkut tentang harga diri seorang perempuan, baik perempuan yang memamsuki usia remaja bahkan perempuan di usia matang.
Pada perempuan usia remaja, banyak sekali kasus-kasus yang terjadi dimana perempuan seperti kehilangan kendali. Berbagai jalan ditempuh untuk mencapai keinginan mereka dengan menghalalkan segala cara. Beberapa dari mereka bahkan sudah berfikir untuk keluar dari jalur tatakrama yang selama ini dipegang kuat oleh perempuan-perempuan timur. Apakah mungkin saya yang terlalu kuno dan tidak modern?
Dalam hal pergaulan misalnya, mereka seperti sudah terbiasa dengan pergaulan bebas yang menghawatirkan. Mungkinkah faktor ketidak tahuan atau memang itulah jalan yang dipilih. Remaja seakan berlomba-lomba menjadi yang tereksis, terkeren dan tergaul dikalangannya. Sehingga mereka tak lagi mengindahkan beberapa batas yang selama ini telah digariskan turun temurun sebagai bangsa timur. Maraknya perkosaan pada anak remaja, terkadang berawal dari mereka yang terjerat dengan ambisi mereka sendiri untuk hidup layak. Kebahagiaan mereka ukur dengan jumlah uang yang dimiliki. Saya sangat sedih ketika melihat sebuah berita yang menerangkan bahka, seorang remaja (masih SMP) diperkosa dengan diiming-imingi uang sebesar Rp.300.000,- rupiah. Fenomena apa yang terjadi?
Lalu pada perempuan matang, banyak terungkap kasus beberapa dari perempuan menerima dan bekerjasama dalam mengelabui negara. Jumlahnya tak tanggung-tanggung bahkan mencapai milyaran. Memang tidak semua perempuan berperilaku sama, tetapi beberapa contoh sudah cukup membuktikan bahwa kemerosotan moral perempuan Indonesia sudah makin memprihatinkan. Janganlah sampai menunggu semua menjadi hancur. Cukuplah contoh-contoh yang bertebaran ini menjadi pelajaran untuk kita.
Sepertinya tugas kita sebagai Emak akan semakin berat. Menanamkan pada anak-anak bahwa bukan jumlah harta yang membuat kita bahagia. Ada banyak cara agar hidup kita mulia dan dihargai orang banyak. Ada banyak lahan pekerjaan yang terhormat untuk dijadikan sandaran. Memberi pondasi yang kuat dalam hal agama menjadi modal dalam membesarkan anak-anak kita.
Sejatinya, bukankah kemajuan suatu bangsa terletak pada tangan-tangan perempuan dinegara tersebut.
Turut prihatin dengan keadaan seperti ini, tugas kita memang semakin berat Mak, tapi Bismillah…:) Semoga Allah SWT menjaga kita semua. Aamiin