Buat sebagian perempuan, relasi dengan ibu mertua bisa jadi merupakan hal yang cukup menakutkan, dalam artian cukup membuat kita harus ekstra hati-hati bahkan tak jarang agak-agak menegangkan ya, Mak?
Masalahnya, kalau dengan ibu sendiri kan kita bisa ngeles atau mengemukakan argumen kita dengan lebih enak kalau misalnya sedang ada masalah. Sedangkan, dengan ibu mertua, kadang kita lebih sungkan dan segan. Nggak bisa terlalu becandain, ntar dibilang menantu nggak sopan lagi. Bener nggak?
Memang sudah menjadi rahasia umum ya, kalau hubungan antara mertua dan menantu itu memang agak-agak rumit. Kadang ibu mertua suka menilai, menantunya ini kok selalu kurang saja dalam berbagai hal. Masakannya kurang enak, kurang dalam melayani suami, terlalu boros endebre endebre. Sedangkan si menantu suka salah paham juga, “Ih, ibu mertua kok gitu sih. Masa gini disalahin, gitu nggak boleh. Ngatur banget. Jadi serba salah deh!”
Parahnya, relasi yang kurang hangat yang terjalin antara kita dan ibu mertua ini sampai memengaruhi hubungan kita dengan suami. Coba saja bayangin kalau suami sampai membanding-bandingkan kita dengan mamanya. Waduuuh! Bahaya, Mak, kalau sudah begitu!
Makanya, ayo, kalau Emak termasuk menantu yang mengalami kesulitan untuk menjalin hubungan baik dengan ibu mertua, sekarang coba deh kita perbaiki relasi kita dengan beliau. Iya, sebelum si suami ikutan pusing.
5 Hal untuk Menghadapi Ibu Mertua dengan Lebih Baik dan Bijak
1. Ingat, suami adalah anak mereka
Yes, Mak, yang pertama harus kita sadari dan tetap ingat adalah suami pernah dan akan terus menjadi anak mereka.
Dan sebagaimana seorang mama seharusnya, mereka akan selalu terpanggil untuk membantu saat anak mereka mengalami kesulitan atau kekurangan sesuatu. Seperti juga kita kan, Mak, kalau anak-anak membutuhkan sesuatu insting kita pasti akan langsung berbicara kalau kita harus membantunya.
Meski anak-anak sudah dewasa, insting seorang ibu itu tak akan berubah. Tetap menganggap mereka putri/pangeran kecilnya.
Sadarilah hal ini lebih dulu. Posisikan jika kita berada dalam posisi ibu mertua, maka kita pasti akan lebih memahami sikap-sikap ibu mertua.
2. Ibu mertua pernah punya mimpi untuk anak lelakinya
Bagaimanapun, mereka pernah memupuk mimpi untuk anak lelakinya baik disadarinya atau tidak.
Coba deh, jika kita punya anak laki-laki sekarang. Apa saja doa kita untuknya? Menjadi orang yang sukses, menjadi orang yang berguna, menjadi orang besar, yang pastinya akan didampingi oleh perempuan yang terbaik yang bisa mendukungnya saat sedih dan susah, sakit dan sehat, sampai maut memisahkan kan?
Begitu pun dengan ibu mertua, meski mungkin tak semua mimpinya terwujud, namun mereka pernah mendoakannya bagi suami kita. Berarti tak ada salahnya juga kan, kalau kita ikut ambil bagian dalam mimpi tersebut dengan cara menjadi yang terbaik bagi suami?
Jika kita tampak selalu mendukung suami, anaknya, sudah pasti beliau akan melihatnya sebagai hal yang baik bukan? Bentuk dukungannya bisa macam-macam, misalnya mengenali makanan kesukaan suami dan memasakkan untuknya, atau sekadar perhatian-perhatian kecil lainnya.
3. Ibu mertua punya ketakutan-ketakutan dalam dirinya
Begitu kita masuk dalam kehidupan suami, ketahuilah bahwa ada banyak ketakutan-ketakutan menyelip di hati ibu mertua (meski mungkin berusaha tak diperlihatkannya).
Ketakutan seperti, akankah kita bisa “mengurus” suami dengan baik, atau akankah kita bisa mendukung setiap langkah suami, atau akankah mereka akan segera menimang cucu? Atau, apakah mereka harus bersaing dengan kita untuk mendapatkan perhatian dari anak lelakinya?
Ya, ingat ya, bahwa sampai kapan pun suami kita adalah anak lelaki mereka. Biasanya anak lelaki juga lebih dekat pada ibunya kan? Maka tentunya hal ini hal yang wajar ya. Siapa sih yang mau perhatian untuknya ‘dicuri’?
Ah, pokoknya banyak deh, kekhawatiran dan ketakutan ibu mertua itu, Mak. So, jangan dulu antipati terhadap semua kekhawatiran itu. Justru dengan demikian, kita harus memperlihatkan bahwa kita memang adalah perempuan yang tepat untuk mendampingi anaknya.
Bersama kita, anak kesayangannya tak akan kekurangan suatu apa pun, sehingga ibu mertua tinggal menikmati saja saat-saat istirahatnya.
4. Batasi info
Saat ibu mertua mulai ikut mikirin permasalahan yang terjadi dalam keluarga kita, jangan buru-buru menyalahkannya, Mak. Ada kemungkinan bahwa kita juga terlalu banyak menceritakan perihal permasalahan keluarga kita pada mereka.
The less they know, the less they have to throw in your face.
Yah, kasarannya sih begitu.
Ada baiknya bagi kita untuk memilah informasi atau curhatan yang pengin kita share dengan ibu mertua, begitu pun dengan suami. So, sepakatilah dengan suami, hal apa saja yang bisa diceritakan pada beliau, dan mana yang lebih baik disimpan sendiri antara suami istri untuk kemudian diselesaikan sendiri.
5. Beri respek sewajarnya
Tentulah sebagai seorang ibu, beliau berhak mendapatkan penghormatan dan penghargaan yang sewajarnya mereka terima. Betul kan, Mak?
Mereka telah menjadi ibu kita on the day we married her son. Dan mereka akan tetap menjadi ibu kita sampai kapan pun. Maka, perlakukanlah mereka selayaknya ibu kita sendiri. Bukankah sudah kita sadari kan, bahwa begitu kita menikahi seseorang, kita juga telah menikahi seluruh keluarganya?
6. Diam
Ya, inilah yang terbaik, Mak.
Saat kita sedang berada dalam tekanan oleh ibu mertua, lebih baik diam dulu. Tak perlu membangkang setiap perintahnya, tapi juga tak perlu selalu melakukannya juga.
Kitalah yang tahu apa yang baik bagi keluarga kita. Diskusikan saja dengan suami, jelaskan padanya jika memang kita tak bisa melakukan perintah beliau. Because your family is your home kan?
Dengan demikian, tak perlu terlalu tegang kan menghadapi ibu mertua, Mak? Mereka harus dihormati, itu mutlak. Tapi tak perlu selalu dilibatkan dalam setiap permasalahan keluarga kita. We married the whole family, that’s true. Tapi yang menjadi prioritas kita adalah keluarga kita sendiri.