Review Eternals Marvel – Karakter Baru Superhero Abadi Marvel

By Ranny Afandi on November 18, 2021

Akhirnya Eternals Marvel rilis juga setelah menunda kurang lebih setahun ya karena pandemi Covid-19. Sebagai pecinta film-film Marvel, saya nggak mau melewatkan kesempatan ini untuk nonton dan tentunya menuliskan review Eternals marvel.

Ini adalah kali pertama saya sejak pandemi nonton di bioskop. Semua juga nggak ada perencanaan sebelumnya. Hanya karena saya melihat trailer Eternals Marvel lalu ngecek di aplikasi XXI ternyata sudah tayang di bioskop kota Solo. Saya pun langsung ngajak suami untuk ngedate bareng nonton film ke-26 dari Marvel Cinematic Universe (MCU) ini.

Untuk keadaan bioskop XXI, masuk harus scan app Pedulilindungi terlebih dulu. Dan di XXI Solo Square masih tertutup untuk anak-anak di bawah 12 tahun. Posisi duduk juga ada jeda, untuk deretan kami yang berisikan 5 kursi formatnya 2-1(dikosongkan)-2.

Jika sebelumnya kafe di XXI tutup, kali ini sudah dibuka. So, udah bisa beli kembali popcorn asin-manis terfavorit dan juga sistagor! Hehe …

Okay biar nggak kelamaan, here’s the review Eternals Marvel.

Review Eternals Marvel : Superhero Abadi ala Marvel 

Film Eternals disutradarai oleh Chloé Zhao, perempuan hebat di balik film Nomadland yang berhasil meraih Academy Award kategori Best Picture dan beberapa nominasi lainnya. Juga ditulis oleh Ryan dan Kaz Firpo.

Kali ini film fase empat MCU, menampilkan makhluk-makhluk abadi dengan kekuatan masing-masing dan beberapa di antaranya sudah familier bagi kita karena dimiliki oleh karakter Marvel lainnya.

Eternals Marvel dibuka dengan cerita turunnya sepuluh Eternals ke bumi yang diperintah oleh Arishem. Mereka adalah Ajak, Ikaris, Sersi, Phastos, Thena, Gilgamesh, Druig, Makkari, Sprite dan Kingo. Di antara kesepuluh Eternals, Ajak adalah pemimpin mereka yang disebut Prime Eternal.

Mereka turun ke bumi 5000 tahun yang lalu dengan misi membasmi Deviant. Deviant adalah sosok makhluk berwujud binatang empat kaki yang sering memangsa manusia.

review eternals

Sumber foto : Marvel

Adegan berganti dengan kekacauan di bumi yang ditimbulkan oleh Deviant. Di mana mereka mulai menyerang manusia yang tengah memancing. Layaknya film superhero, para Eternals muncul dan mulai membunuh Deviant dengan kekuatan yang dimiliki.

Makkari dengan kekuatan speedster menyelamatkan manusia. Ikaris kekuatan laser di mata, Gilgamesh kekuatan tangan yang mampu membunuh, Sersi kekuatan bisa mengubah benda, Kingo memiliki senjata di jari tangan dan Thena dengan tameng juga tombak bersatu melawan Deviant.

Yes seperti biasa (lagi) Deviant bisa dimusnahkan dengan mudah. Setelahnya, Ajak mengambil sebuah pisau dan memberikan pada seorang anak.

Lalu adegan berganti ke masa lain di mana mereka pun membasmi Deviant. Dan beralih ke masa kini.

Di masa kini, hanya muncul Sersi dan juga Sprite. Sersi bekerja sebagai profesor. Ketika tengah mengajar, terjadi gempa besar. Ternyata ini adalah pertanda bahwa Deviant telah muncul lagi.

Di sini Ikaris pun muncul lagi setelah sekian ratus tahun menghilang. Dan ketiganya pun sepakat untuk mencari anggota Eternals yang sudah berpencar ke seluruh penjuru dunia. Yes, saya suka part di film-film superhero ini : mengumpulkan tim.

Nah, agar tidak kepanjangan dan mata agak lelah, saya bikin poin-poin ya untuk review Eternals Marvel.

  1. Alur maju mundur

Eternals Marvel memiliki alur maju mundur. Jadi, pastikan kamu dalam keadaan tidak ngantuk, pastikan sudah ke toilet sebelum masuk studio dan tidak terdistraksi dengan ponsel ya. Karena seperti film-film MCU akan ada potongan-potongan adegan yang saling berkaitan.

Dan sudah jadi kebiasaan para sutradara MCU suka banget membuat kita nggak bisa ke mana-mana agar bisa duduk manis nonton karena ninggalin film ke toilet, ada aja scene terlewat. Sehingga agak sulit melengkapi ‘puzzle’.

Alur maju mundur di sini bagi saya tidak mengganggu karena menjelaskan dengan runut.

  1. Eternals berpisah

Di tahun 1521 mereka semua berpisah.

Ini dipicu oleh protes Druig terhadap kalimat Ajak, “Kita tidak boleh mencampuri urusan manusia!”

Sedangkan perang terjadi di depan mata mereka. Manusia saling bunuh tapi mereka mesti diam saja. Ini menimbulkan rasa tidak tega di diri mereka. Dan Druig adalah yang menyuarakan.

Druig juga yang memutuskan untuk membantu manusia. Ajak pun dalam keadaan emosi meminta para Eternals untuk berpisah, menjalani hidup dan berbaur dengan manusia. Dan mereka akan kembali lagi untuk satu misi.

  1. Eternals memiliki bagian dalam peradaban manusia

Eternals memang dilarang untuk mencampuri urusan manusia namun dalam urusan peradaban, mereka sangat menolong manusia dalam berkembang. Mereka membantu dengan membuatkan teknologi.

Tapi, sekali lagi Ajak melarang Phastos untuk membuat teknologi yang terlalu canggih di masa lampau. Ajak meminta agar teknologinya disesuaikan dengan zaman.

  1. Deviant semakin kuat

Tak disangka, Deviant yang hadir di masa kini semakin kuat. Sekelas Ikaris yang memiliki kekuatan laser mata seperti Steve di X-Men nggak bisa membunuh Deviant.

Para Deviant ini bisa beregenerasi dengan cepat seperti kekuatan Ajak. Dan ini tentunya membuat tanda tanya.

  1. Para Eternals tersebar di berbagai negara

Digambarkan bahwa Ajak tinggal di Amerika pun dengan Phastos, Druig di hutan Amazon, Thena dan Gilgamesh di pedalaman Australia sedangkan Makkari tetap tinggal di kapal mereka yang berlokasi di Irak, Kingo di India.

Dan di sini juga ada beberapa Eternals yang akan mati dibunuh oleh Deviant. Iyes, sekuat itulah Deviant sekarang ini.

  1. Sarkas dan humor ala Marvel

Saya harus mengacungkan empat jempol untuk karakter Karun, asisten Kingo, yang menghidupkan film ini melalui tindakan juga celutukannya.

“Iya, anggaplah seperti Alfred di Batman.”

LOL.

Belum lagi humor di percakapan antara Ikaris dan Phastos.

“Saya yakin meja ini pun sudah kamu buat dengan menggunakan kekuatanmu,” ujar Ikaris lalu dengan setengah tenaga menghancurkan meja tersebut.

“Itu IKEA, IKEA,” teriak Phastos.

LOL.

Namun tak kalah sarkas bagi saya adalah adegan di mana Karun selalu on cam setiap saat. Dan bikin beberapa Eternals gerah, sampai Sprite pun membanting kameranya.

“Ada berapa banyak kamera-mu?”

Inilah wajah kita saat ini sebagai masyarakat digital, di mana pun harus ada konten walau membuat orang lain tidak nyaman. Setuju? Setuju lah yaa.

  1. Sisi kemanusiaan yang mulai muncul di diri Eternals

“Dulu saya berpikir bahwa manusia itu hanya ingin saling menghancurkan. Namun, setelah saya tinggal dengan mereka ternyata manusia juga memiliki sisi penyayang dan cinta.”

Kurang lebih seperti itu kalimat Phastos yang menyentuh. Yang menjadi alasan utamanya untuk tinggal dengan manusia.

Dan ada juga bagian Ajak di mana dia mulai merasakan sisi humanis dari manusia. Dari itulah dia menyadari apa sebenarnya tujuan Arishem.

  1. Karakter LBGTQ dan tunawicara

Yes, di Eternals salah satu karakternya adalah LGBTQ. Namun karena melalui sensor, adegan kissingnya dicut.

Bagi saya tidak mengganggu sih adegan tersebut disensor. Malah interaksi Phastos dengan pasangannya dalam batas kewajaran.

Terlepas ya dari karakter Phastos itu LGBTQ, tapi saya menyukai sang tech savvy ini dalam merancang teknologi, berpikir di sisi kemanusiaan dan bagaimana dia melindungi anaknya.

Salah satu karakter lainnya adalah Makkari yang tunawicara. Walaupun dengan kekuarangannya itu tapi dia bisa ‘menyuarakan’ pemikirannya dengan baik.

  1. Adegan pertarungan yang memukau

Well, no debat yes kalau film-film MCU itu sangat memukau ketika bertarung melawan musuh. Begitu pun di Eternals. CGI-nya oke menurutku ditambah dengan pakaian perang mereka yang memiliki warna masing-masing nampak elegan.

  1. Visual memesona tanpa CGI

Ketika menonton Eternals, Emak akan dimanja dengan pemandangan pantai, hutan hingga gurun pasir. Sungguh memanjakan mata!

Ini tak lepas dari usulan sang sutradara Chloé Zhao yang pengin melakukan syuting di lokasi yang sebenarnya. Jadi, sebagian besar film ini syuting di tempat asli.

Chloé Zhao mengatakan penting untuk menambahkan “level of realism” di dalam film. Dia juga menambahkan bahwa ini akan membantu hubungan karakter dengan planet di mana mereka digambarkan telah berjalan ribuan tahun di bumi.

  1. Benang merah dan clue

Ada benang merah yang akan ditemui di film ini seperti alasan Eternals tidak membantu Avengers lalu kehadiran Celestial yang pernah dibahas di Thor dan Dr. Strange.

Emak juga akan merasa familier kekuatan-kekuatan para Eternals. Seperti Makkari akan related dengan Quick Silver, Gilgamesh mirip Thor, permainan jari Phastos mengingatkan akan Dr. Strange.

Nah, clue di film ini ada di bagian awal dan akhir. Jadi pastinya nyimak bener, ya.

Bagaimana dengan karakter masing-masing?

Film ini dibintangi oleh sejumlah aktor dan aktris papan atas Hollywood. Sebut saja Angelina Jolie, Salma Hayek, aktor dari Game of Thrones Kit Harrington, Richard Madden, Gemma Chan, Kumail Nanjiani, Don Lee, Lauren Ridloff, Bryan Tyree, Lia McHugh.

Namun dari sepuluh Eternals, bagi saya karakter Sersi agak kurang emosinya. Berbeda dengan Jolie dengan aura misteriusnya (seperti di Maleficient) yang tanpa ekspresi tapi ada kesedihan di matanya, atau Dane diperankan oleh Kit yang menggebu-gebu.

Eternals Marvel Tidak Seburuk Rating IMdb dan Rotten Tomatoes

eternals marvel

Sumber foto : Marvel

Setelah penundaan yang cukup lama ternyata kemunculan Eternals ini diwarnai dengan rating yang jelek di dua website rating film terkenal dan sering menjadi rujukan yaitu Imdb dan Rotten Tomates. Tak hanya itu juga, banyak kritikus yang mengkritik film ini.

Well, menurut saya tidak seburuk itu kok. Saya memang bukanlah kritikus film, hanya seorang penikmat film yang berusaha menikmati karya.

Film berdurasi 2 jam 37 menit ini seriously tidak cukup untuk membahas karakter masing-masing lho. Ada karakter yang tidak terkesplor dengan baik, karena durasi terbatas.

156 menit sudah cukup lama, mau sampai berapa jam?

Memang perlu ada pembahasan untuk karakter ini. Tapi dengan durasi yang sudah panjang itu di mana mesti mengungkapkan sejarah Eternals, hubungan dengan Avengers dan menuntaskan masalah, bagi saya cukup.

Film dengan karakter banyak emang berpotensi tidak memuaskan penonton. Menjadikan banyak orang kecewa karena barangkali berekspektasi khas End Game. Namun, dibalik ketidaksempurnaan Eternals, saya tetap menikmatinya.

Karena saya yakin Marvel pasti akan membuat sekuel lainnya untuk Eternals. Apalagi kemunculan Harry Styles yang ternyata adiknya Thanos di akhir credit film (so, jangan pernah beranjak dari tempat duduk sampai creditnya selesai!) yang sudah meyakinkan kita akan ada sekuel lanjutan.

Terima kasih untuk Eternals yang membuat mata saya basah saat menampilkan adegan Hiroshima dengan lagu pengiring The End of The World – Skeeter Davis. Lagu ini suka diputar oleh almarhum papa di malam hari.

Apa bisa menikmati film ini tanpa menonton 25 film Marvel sebelumnya? Bisa banget.

Emak-emak film ini ratingnya 13+ walaupun sudah disensor adegan ranjang dan kissing, sebaiknya bijak berpikir sebelum mengajak anak di bawah umur untuk nonton.

Sekali lagi, sesekali sampingkan dulu rating-rating rendah itu dan mari menikmati filmnya.

Selamat menonton!

    Leave your comment :

  • Name:
  • Email:
  • URL:
  • Comment: