Rasanya sangat menyenangkan bisa merencanakan liburan bersama pasangan kita. Merancang ke kota mana yang menjadi tujuan, merancang apa saja yang akan dilakukan disana, kemana saja akan singgah, rasanya sangat membahagiakan dan tidak sabar ingin segera mewujudkan rancangan itu dan menikmati apa yang sudah direncanakan.
Rasa bahagia terbawa hingga berada di badan pesawat yang akan membawa diri kita bersama pasangan. Tangan saling tertaut bergenggam tangan. Tidak sabar rasanya ingin segera mendarat. Namun,.. apa yang kemudian terjadi???
Sebuah kenyataan harus dihadapi, ternyata pesawat yang ditumpangi bukan menuju ke kota Jogjakarta tetapi menuju ke kota Denpasar.
Seketika rasa kecewa, bingung, marah, kesal, saling menyalahkan kepada pasangan berkecamuk dan melilit hati. Entah harus melakukan apa… berbagai pertanyaan timbul, menginap dimana? Mau kemana? Apa yang akan dikerjakan disana? Semua menjadi berantakan, semua menjadi kacau.
Pengandaian diatas, adalah gambaran mudah apa yang terjadi pada pasangan suami istri yang tiba tiba harus menghadapi kenyataan bahwa anak yang dilahirkan, anak yang menjadi harapan, anak yang diidamkan, merupakan Anak Berkebutuhan Khusus.
Doa setiap pasangan suami istri yang tengah menanti kehadiran buat hati adalah doa doa yang Insya Allah baik dan penuh dengan pengharapan. Berbagai angan tersusun dan memenuhi relung jiwa.
Tapi apa daya kita apabila Yang Maha Kuasa mempunyai kehendakNYA? Dimana kehendakNYA sangat bertolak belakang dengan berbagai doa yang telah dipanjatkan. Berbagai angan buyar seketika.
Amarah, kecewa, bingung, kesal, sedih, saling menyalahkan seakan berkobar laksana api. Airmata menjadi hiasan wajah.
Namun apakah selamanya kita harus merasakan hal tersebut? Akankah kita membiarkan kesedihan merenggut jiwa kita? Akankah kita membiarkan anak tanpa dosa itu tumbuh kembang tanpa kasih sayang orangtuanya?
Sama halnya dengan kasus mendarat di kota Denpasar, akankah kita membiarkan kebingungan berkecamuk dalam diri? Sementara hari sudah semakin gelap harus segera mencari dan memutuskan mau menginap dimana. Dan apakah kita akan membiarkan esok hari berlalu begitu saja sementara banyak tempat wisata yang bisa dikunjungi dan dinikmati?
Mari sahabatku, para orangtua yang memiliki Anak Berkebutuhan Khusus, songsong hari esok dengan tersenyum dan penuh dengan harapan. Dunia belum runtuh, dan anak anak kita masih memiliki kesempatan untuk bisa tumbuh kembang secara maksimal. Kerja keras kita Insya Allah berbuah manis.
Salam sayang dari bunda,..
Seorang ibu yang memiliki putri penyandang tunanetra berusia 6 tahun.