Penulis: Pipitta
Minggu lalu saya menghadiri undangan ulang tahun putri sepupu saya. Ini ulang tahunnya yang pertama, jadi sang ibu tentunya ingin merayakan dengan meriah. Ayunan, perosotan, kolam mandi bola, jungkat-jungkit, jumping castle (eh, ini juga gak tahu namanya apa, pokoknya anak-anak bisa lompat-lompat di sini) disediakan untuk tamu-tamu kecil. Untuk tamu yang besar sih cukup disediakan kursi dan cemilan, supaya bisa asyik ngerumpi sementara tamu kecil sibuk main dan lari-lari di kebun.
Makanan yang disediakan pun beragam. Nasi dan lauk pauk disediakan secara prasmanan untuk dewasa, dan untuk para balita disediakan cemilan khusus seperti makaroni panggang tanpa gula garam, cupcake warna-warni, puding, dan sebagainya. Ehm, tentunya yang dewasa bisa ikutan nyomot cemilan si kecil (dan ternyata bukan cuma saya yang begitu!).
Nah, yang bikin saya terheran-heran adalah saat ada tamu kecil yang datang bersama nenek dan pengasuhnya. Si Nenek yang masih tampak muda ini berdandan seperti artis pasa umumnya. Pakai softlens warna, rambut dan kuku dicat, baju ketat, tas motif macan, dan sandal berhak tinggi. Yah, itu mah masalah selera. Saya gak sirik walau si Nenek kelihatan lebih keren dari saya, hihi. Tapi saya prihatin karena cucu perempuannya yang masih balita ikut pakai sandal pink dengan hak tinggi. Perkiraan saya sekitar 2-3 cm, sih. Untuk dewasa gak terlalu tinggi, tapi menurut saya sandal seperti itu terlalu tinggi dan tidak sehat dipakai kaki balita.
Apa perlunya anak balita pakai alas kaki dengan hak setinggi 2-3 cm? Supaya mirip princess? Supaya ‘terlatih’ pakai high heels saat dewasa nanti? Supaya seperti mama atau nenek atau tante yang juga pakai high heels?
Aih.. kenapa si balita tidak pakai alas kaki yang nyaman untuk dipakai berlarian di kebun? Nyaman dipakai saat main perosotan? Nyaman dipakai berjalan saat kakinya masih dalam masa pertumbuhan?
Well.. semua pertanyaan itu hanya berkecamuk di dalam kepala. Gak mungkin juga saya menghampiri si Nenek yang sedang asyik bergosip di meja makan, dan menguliahinya tentang pentingnya kesehatan dan pertumbuhan kaki balita 😛
Jadi saya kembali melanjutkan bermain dengan putri kecil saya. Yang keukeuh nyeker daripada pakai sepatu ngik-ngoknya. Emak blogger tahu dong kayak apa sepatu ini, sepatu berisik yang menjerit ngik dan ngok setiap kali terinjak tumit 🙂
Hihihihi.. bersyukurlah anakku laki-laki sehingga tak perlu tergoda beli sepatu yg aneh2 untuknya 🙂