Reportase mak Wylvera Windayana
Perempuan mana yang tidak takut jika mendengar kata kanker payudara. Sebab perempuanlah yang lebih rentan akan terkena penyakit mematikan ini. Oleh karena itu, sosialisasi tentang penyakit kanker payudara kerap dilakukan oleh komunitas yang peduli akan pentingnya kesehatan payudara. Dan, sebagai orang awam kita perlu tahu lebih banyak tentangnya.
Dalam memperingati bulan peduli kanker payudara, Grand Indonesia Shopping Town bekerjasama dengan Roche, Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta dan Majalah Grazia Indonesia menggelar acara talkshow di Fountain Atrium, West Mal, lantai tiga dengan tajuk “Save Your Breast, Save Your Life”. Acara ini berlangsung pada hari Kamis, 17 Oktober 2013. Saya dan Irma Senja, mewakili Kumpulan Emak Blogger hadir pada kesempatan yang banyak memberikan masukan serta manfaat itu.
Di awal acara, Rima Melati (Ketua Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta) menyampaikan beberapa latar belakang didirikannya yayasan tersebut. Salah satunya adalah untuk memberikan penyuluhan kepada para perempuan Indonesia agar melek terhadap penyakit kanker payudara. Rima Melati juga menyampaikan kabar baik untuk seluruh perempuan Indonesia, yaitu telah tersedianya satu unit mobil mammografi baru di YKPJ atas sumbangan Pertamina. “Mobil ini tak hanya melayani deteksi dini kanker payudara tetapi juga kanker serviks,” ujar Rima Melati menambahkan.
Setelah itu, peserta yang hadir di acara talkshow pun tekun menyimak paparan penting dari dr. Martha Roida Manurung dari Dharmais Cancer Hospital Division of Early Detection and Social Oncology. Martha menjelaskan bahwa kanker adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi ganas. Sel-sel tersebut dapat tumbuh lebih lanjut serta menyebar ke bagian tubuh lainnya yang akhirnya menyebabkan kematian jika tidak ditangani sejak dini.
Kanker payudara adalah kanker yang paling umum ditemukan pada perempuan. Data Badan Kesehatan Dunia Globocan mengatakan bahwa 4 dari 10 perempuan akan terdiagnosis kanker payudara selama hidup mereka. Sementara penyebab kanker payudara sendiri sampai saat ini belum diketahui. Kanker payudara juga merupakan jenis kanker yang terbentuk pada sel-sel payudara. Kanker payudara banyak macamnya. Kanker payudara yang bermula dari saluran kelenjar payudara (ductal carcinoma) adalah jenis kanker payudara yang paling sering ditemukan.
Adapun tanda-tanda dan gejala kanker payudara itu melingkupi;
– Terasa adanya benjolan atau gumpalan pada bagian tertentu pada payudara (tidak merata).
– Dari puting keluar cairan darah.
– Perubahan pada ukuran dan bentuk payudara.
– Perubahan pada kulit di sekitar payudara.
– Puting masuk (tersedot ke dalam).
– Kulit pada puting atau kulit payudara mengelupas.
– Kulit payudara kemerahan.
– Kulit payudara mengeras dan mengerucut seperti kulit jeruk.
Lalu, siapa saja yang bisa berisiko terkena kanker payudara?
– Berjenis kelamin perempuan.
– Berusia di atas 55 tahun (semakin bertambah usia, semakin tinggi pula risiko Anda terkena kanker payudara).
– Memiliki sejarah keluarga kanker payudara.
– Memiliki genetika yang meningkatkan risiko mengalami kanker.
– Terpapar dengan radiasi.
– Obesitas.
– Mulai mengalami menstruasi sebelum berusia 12 tahun.
– Mulai mengalami menopause setelah berusia 55 tahun.
– Melahirkan anak pertama di atas 35 tahun.
– Menjalani terapi hormonal pasca menopause.
– Menjalani terapi hormonal dalam jangka waktu lama.
– Pernah menjalani operasi tumor jinak payudara.
– Tidak menyusui.
– Perempuan yang tidak menikah.
– Perokok aktif dan pasif.
– Memiliki kebiasaan minum alkohol.
Dokter mengestimasikan, antara 5 sampai 10% dari kasus kanker payudara berhubungan dengan mutasi gen yang diturunkan pada keluarga. Dua jenis gen yang diturunkan pada keluarga disebutkan berhubungan dengan peningkatan risiko kanker payudara yaitu gen kanker payudara 1 (BRCA 1) dan gen kanker payudara 2 (BRCA 2). Selain disebutkan berhubungan dengan peningkatan risiko kanker payudara, kedua gen ini juga disebutkan meningkatkan risiko kanker ovarium.
Beberapa faktor lain yang disebutkan meningkatkan risiko pembentukan kanker payudara namun tidak berperan langsung pada pembentukan kanker payudara, termasuk menggunakan pakaian dalam (BH) terlalu kencang, menggunakan antiperspirants dan menanam payudara buatan (breast implant).
Karena kebanyakan tidak menunjukkan tanda-tanda sakit/nyeri maka kasus kanker payudara cenderung terabaikan oleh penderitanya. Ada beberapa penyebab penderita terlambat melakukan pemeriksaan ke rumah sakit, yaitu;
- Penderita tidak atau kurang mengerti tentang kanker payudara.
- Kurang memperhatikan payudara.
- Rasa takut akan dioperasi.
- Percaya pada obat-obatan tradisional/dukun/paranormal (yang tidak keliatan).
- Faktor ekonomi.
- Rasa malu.
Agar pencegahan dini bisa kita lakukan, dokter Martha menganjurkan agar para perempuan mulai mengenali faktor risiko, melakukan pemeriksaan klinis payudara, serta rajin melakukan pemeriksaan payudara sendiri yang biasa kita kenal dengan istilah “SADARI”. Martha melanjutkan, jika kita melakukan SADARI yang perlu kita perhatikan adalah ciri benjolan pada payudara;
- Hanya pada satu payudara.
- Perabaan keras.
- Permukaan tidak rata.
- Terfiksasi (tidak mudah digerakkan).
- Sering tanpa nyeri.
Selain Rima Melati dan dr. Martha, juga hadir Zornia Harisantoso selaku Chief Comunity Officer Grazia Indonesia dan sekaligus Breast Cancer Survivor. Zornia membagi pengalamannya mulai dari dia didiagnosa mengidap kanker payudara hingga akhirnya bisa sembuh dan hidup normal kembali seperti sekarang ini. Berpikir positif dan punya semangat untuk sembuh serta membuat tujuan ke depan adalah kunci Zornia kuat melawan kanker payudara yang telah menyerangnya beberapa tahun lalu.
Pada sesi tanya jawab, banyak para ibu yang mengajukan pertanyaan seputar kecemasan tentang kanker payudara ini. Salah satu penanya yaitu Admin Kumpulan Emak Blogger, Mak Irma Senja yang juga penyandang Cancer Survivor. Irma Senja yang pernah terkena kanker kolon (kanker yang menyerang usus besar) dan telah menjalani operasi serta rangkaian pengobatan yang panjang itu, menanyakan tentang kemungkinan risiko penderita kanker kolon terkena kanker payudara. Menjawab pertanyaan Irma, Rima Melati yang juga pernah terkena kanker kolon, mengatakan, “Semua ada kemungkinannya.”
Acara yang dihadiri sekitar lima puluh perempuan ini berakhir pada pukul 15.00 WIB. Kesimpulan yang saya ambil dari acara talkshow ini adalah bahwa memiliki satu atau beberapa faktor risiko yang telah dijelaskan di atas bukan berarti seorang perempuan akan terkena kanker payudara. Tetapi, yang terpenting adalah jika muncul kekhawatiran, sebaiknya diskusikan dengan dokter. Atau dengan memperluas pengetahuan tentang penyakit kanker payudara ini akan semakin membantu kita memperoleh ilmu lebih dalam sehingga pencegahan dini bisa dilakukan. [Wylvera]
Banyak yang tak menyadari dan setelah divonis pun mencari dokter perempuan sulit. Infonya lengkap mak Wiwi.