Nama saya Tanti. Saya hobi menggambar.
Yak. Sejak saya kecil, saya terbiasa memperkenalkan diri dengan kalimat itu. Percaya diri sekali, ya! Tapi memang benar, saya berkenalan dengan dunia ini sejak masih imut sekali –entah kapan saya imut..- tepatnya sejak usia setahun. Tapi, berhubung saya tidak sedang membahas otobiografi, kita langsung ke pokok bahasan.
Saya memang belajar secara otodidak. Dan, layaknya seorang murid di sebuah sekolah dasar di Indonesia, gambar yang pertama kali muncul di buku gambar saya adalaah… dua buah gunung, sawah dengan matahari muncul di tengah. Entah siapa penggagasnya, yang jelas saat ini usia saya menjelang senja, dan anak-anak saya masih belajar menggambar itu juga!
Thank God, ketika duduk di kelas 5 SD di Tarakan (Kalimantan Timur), saya mendapat seorang guru seni yang di luar kebiasaan. Ia mengajarkan kami seni menggambar abstrak, alias yang sekarang kita kenal dengan vinyet atau doodle. Tidak usah ditanya, beberapa teman (hampir sekelas) merasa guru kesenian kami ini absurd. Aneh. La wong mereka biasanya cuma menggambar gunung, kok disuruh menggambar doodle.
Ada seorang teman yang bahkan expert sekali menggambar gunung ini. Kalau kita menggambar paling banter dapat nilai 6 atau 7,5 maksimal, maka nilainya yang paling tinggi, bisa 8,5 bahkan 9. Tapi saat sekelas akhirnya beranjak keluar dari gunung, ia tidak bisa. Orangtuanya sampai datang ke sekolah, menanyakan kenapa anaknya kok mendapat nilai rendah di Kesenian.
Thinking Out of the Box
Pernah mendengar ungkapan ini belum, “There are no mistakes in art?”
Yak. Di dunia seni, tidak ada kata salah. Jika pun salah, maka akan muncul sebuah aliran baru. Aliran pendukung “si salah” itu tadi. So, ada banyak sekali aliran dalam seni. Aliran ini terbagi ke dalam beberapa pengelompokan, saya tidak akan membahas itu karena nanti akan panjaaang sekali bahasannya. Tapi secara garis besar adalah sebagai berikut :
- Seni rupa dalam kronologis (waktu)
antara lain seni rupa Mesopotamia – Klasik – Renaissance hingga Baroc Rococo dan Modern. Beberapa ahli membaginya ke dalam 5 aliran besar tersebut. - Seni rupa dilihat dari aliran atau cara melukis
yaitu beberapa yang kita kenal adalah neo klasik, romantic, surealisme, naturalisme, impresionisme, ekspresionisme (karya pelukis kita tuh seperti Affandi), fauvism, kubis, abstrak, futuris, dadaism (aliran yang ga lazim ini seperti seni ‘merusak’ karya orang lain), pop-art (yup, yang terkenal Andi Warhol), posmo dan konstruktif
Intinya adalah, jangan membatasi satu karya dengan meng-copycat mutlak karya orang lain. Untuk belajar sih ga apa-apa. Saya juga sering kok, mengamati karya seni untuk kemudian saya masukkan sebagai referensi. Tak ubahnya seperti belajar menulis.
Seni mencoret-coret bernama doodle art
Karena saya sendiri tidak pernah mengenyam bangku pendidikan seni, although in my dream, one day I would.. saya ingin berbagi dua bidang khusus yang kebetulan saya bisa. Yang pertama adalah doodle art dan kedua, ilustrasi untuk anak.
Kenapa sih, mencoret-coret itu penting?
Well.. dari beberapa referensi yang saya baca, ternyata coret-coret ini berguna untuk meningkatkan kinerja otak dan juga mengelola emosi. Menurut Katherine Q Revoir (sumber : www.amazon.com/Spiritual-Doodles-Mental-Leapfrogs-Unleashing),
Ketika kita menggambar, maka bagian tertentu otak akan bekerja secara aktif merespons dan menimbulkan efek-efek tertentu. Aha! Apa saja?
- Coretan bulatan atau lingkaran, memiliki efek stimulus berupa munculnya kreativitas
- Jika sedang marah, coba buat sebuah wajah tersenyum. Ajaib! Marahnya langsung hilang!
- Jika sedang gelisah (anxious) coba deh gambar ombak kecil-kecil.. contohnya di bawah ini yaa…
- Sedang tidak percaya diri? Coba buat huruf Ii berulang-ulang. Alam bawah sadar meresponnya dengan bangkitnya pede.
- Kurang semangat? Gambar saja zig-zag.
- Entah apa hubungannya dengan alam bawah sadar, tapi menggambar lengkungan berulang bikin kita jauh lebih mudah bergaul!
Menggambar ilustrasi kekanakkan
Saya merasakan banyak sekali manfaat dari ilustrasi yang sifatnya kekanakkan. Ini ringkasan detail ala saya :
- Satu, emosi kita larut di dalam gambar, dan karena gambar bersifat kekanakkan, maka kita jadi ikut ceria
- Dua, gambar yang bersifat kekanakkan membuat kita terbebas dari kungkungan naturalism kita. Saat kita beranjak dewasa, doktrin yang kita terima antara lain: gunung harus dua buah, matahari bersinar warnanya kuning emas, daun selalu hijau dan bunga hanya memiliki empat – lima kelopak. Is it? Di sini, aturan baku tersebut tidak berlaku… yeaay!
- Tiga, dengan menggambar kekanakkan, dijamin jiwa kita awet muda (jiwa loh, bukan muka) dan.. jika ada yang tertarik, jika Tuhan mengijinkan, kantong jadi tebal..
Untuk kali ini, saya berbagi cara menggambar yang kekanakkan dulu, ya.. semoga di artikel selanjutnya saya bisa berbagi mengenai beraneka jenis cara menggambar ala Tanti. Salam!
Wahhh keren nih arrtikelnya, terima kasih mak tanti…gambar2nya keceee banget ^_^