Pernah nggak Emak minta oleh-oleh pada mereka yang sedang atau akan traveling? Atau bahkan nitip barang pada teman yang akan traveling? Mungkin pernah ya, atau sering.
Buat saya yang sering dititipin barang, kadang suka sebel saat si penitip barang tidak detail tentang barang yang mau dibeli, di mana belinya, bungkusnya bagaimana, dan seterusnya. Padahal saya harus bayar beban koper yang bertambah. Tambah lagi nih ya, saat oleh-oleh tak ada, biasanya saya malah jadi bahan bully. Aneh ya?
Lebih sebel lagi, kalau sudah dibelikan oleh-oleh, eh tanggapannya hanya, “Kok cuma cokelat?!” Apa nggak sakit hati tuh? Hehehehe.
Menurut saya, bila Emak minta oleh-oleh dan dibawahakn, maka ada aturan main yang harus juga dipahami deh. Istilah katanya, ada etikanya, gitu lo, Mak. Apa saja ya? Berikut saya jelaskan sedikit ya, Mak.
3 Etika sederhana kalau pengin minta oleh-oleh
1. Jangan memaksa
Nggak usah maksa saat minta oleh-oleh. Coba deh, pernah nggak terpikirkan, kalau temen yang mau traveling itu juga biasanya pergi dengan bujet terbatas, waktu terbatas, dan kadang nggak punya waktu untuk sekadar beli oleh-oleh. Apalagi kalau perginya adalah perjalanan dinas atau bisnis.
Ya, enggak apa-apa juga kalau memamg mau minta oleh-oleh atau nitip. Namun, alangkah baiknya jika kita memintanya dengan kalimat yang santun. Iya nggak sih, Mak?
Ya, kalau dibelikan berarti adalah rezeki kita, kalau enggak, ya anggap saja bukan rezeki. Baik dibawakan atau dibawakan barang yang menurut kita “kok gini aja”, sepertinya nggak perlu juga mengeluarkan kata atau kalimat yang tak elok didengar.
2. Ucapkan terima kasih
Wah, selamat, Mak! Emang memang mendapat rezeki oleh-oleh. Nah, jangan lupa ucapkan terima kasih ya, Mak. Apa pun bentuk barangnya, mahal atau murah, sepele atau enggak, dan sebagainya. Tak perlu juga bertanya ‘Lo, kok cuma cokelat?’ Sudah beruntunglah kita diingat oleh teman kita itu dan dibelikan oleh-oleh.
Saya pernah punya teman, yang selalu minta sabun hotel. Kalau ada lebih, pasti saya kasih. Tapi kadang buat traveler bujet jongkok kayak saya, perlengkapan hotel itu harus dipakai untuk penghematan biaya sabun dan lain-lainnya. Akhirnya saya bawalah sabun botol dan batang.
Ternyata di tengah perjalanan, sabun botol tumpah dan bahkan merusak sebagian baju saya. Sabun botol pun terpaksa saya buang, dan saya memberikan sabun batang yang juga saya bawa sebagai oleh-oleh. Sampai Jakarta, tanpa bilang terima kasih, si teman malah komplain seraya berkata, “Kok sabun batang sih? Emang yang botol nggak ada? ”
Coba, sakit hati nggak tuh, Mak? Hehehe.
3. Bawakan oleh-oleh sebagai ‘balasan’
Biasanya kalau saya selalu ingat teman yang pernah membawakan oleh-oleh. Secara khusus pula, saya akan membelikan barang untuknya walaupun dia tidak meminta. Kadang karma baik harus dibalas kan? 🙂
Intinya boleh saja kita minta oleh-oleh, tapi jangan terlalu baper alias dibawa perasaan kalau tak dibelikan. Ya, kecuali Emak mau traveling sendiri.
Begitulah sedikit etika mengenai minta oleh-oleh pada teman yang akan berangkat traveling. Yang pasti sih, intinya bersyukur sajalah, Mak, atas pemberian bentuk apa pun dan siapa pun.
Sepakat kan, Mak?
**
ditulis oleh Muthia Pakpahan – www.turiscantik.com
Aku malah ndak suka minta oleh-oleh, selalu cuma berharap teman, sahabat, pun keluarga kembali selamat sampai tempat awal terus bisa ketawa bareng lagi. Thanks for sharing, btw.
Salam,
Syanu.