Bercanda adalah hal yang kita butuhkan agar hidup ini menjadi lebih berwarna dan ceria, lebih “waras” dalam menilai dan menjalani hidup. Bercanda juga dapat sedikit melemaskan otot-otot tubuh yang kaku akibat kelelahan bekerja, juga dapat mencairkan suasana yang dingin dan beku. Itulah beberapa manfaat dari kata “bercanda” yang saya pahami. Tapi apa jadinya jika candaan yang kita lontarkan ternyata malah garing, tak lagi lucu bagi yang mendengarnya atau malah menyakiti hati orang lain? Haruskah kita tetap memaksa untuk melakukannya? Apa yang harus kita lakukan saat bercanda tak lagi lucu?
Jujur saja, masih ada sebagian kecil di sekeliling saya yang (mungkin?) tidak menyadari bahwa candaan yang mereka lontarkan, terkadang sudah di luar batas kewajaran dan malah menjadi polusi bagi yang mendengarnya. Mereka berpikir bahwa sekasar apa pun perkataan yang diucapkan, asalkan niatnya bercanda, tak masalah. Padahal menurut saya itu hal yang keliru dan harus diluruskan.
Kata bercanda tak bisa dijadikan “tameng” untuk melindungi pelaku kata-kata kasar. Tak ada pembenaran untuk setiap kata kasar yang dilontarkan walau niatnya hanya bersenda gurau. Hal ini bukan saja terjadi di alam nyata tetapi sudah merambah dunia virtual antara lain media sosial atau grup-grup chat seperti WAG, BBM Grup dan beberapa grup chat lainnya.
Beberapa kali saya dibuat “gerah” dengan candaan yang dilontarkan seorang teman di WAG alumni. Pengen banget leave dari grup tapi kondisinya tak memungkinkan saya untuk melakukannya jadi saya cukup clear chat saja.
Beberapa hal yang menurut saya tidak pantas dijadikan bahan candaan saat bercanda, yaitu:
#Status Pernikahan
Status pernikahan seseorang tak sepantasnya dijadikan bahan candaan atau bahan olok-olokan, namun sedihnya candaan seperti ini beberapa kali saya dengar di lingkungan tempat tinggal, juga di WAG tempat saya bergabung. Laki-laki yang sudah menikah mengolok-olok teman wanita yang belum menikah.
Menurut saya ini kejam banget. Memang kenapa kalau seseorang belum juga memutuskan menikah? Memangnya salah kalau ia belum mau berbagi hidupnya dengan orang lain? Atau kalau berani, mengapa tidak salahkan saja Tuhan yang belum juga mengirim jodoh untuknya? Alih-alih mengolok-olok status kesendiriannya, akan lebih baik bila ia dikenalkan pada ikhwan sholeh, siapa tahu mereka cocok dan berjodoh atau bila tak bisa melakukan apa-apa, cukup diam sajalah. #MaafEmosi
#Berat Badan & Bentuk Fisik
Hal kedua yang menurut saya juga sangat tabu dijadikan bahan candaan adalah berat badan dan bentuk fisik seseorang. Bila melihat fisik orang lain yang tak sempurna, hal terbaik yang dilakukan adalah diam saja. Orang yang bercanda dengan membawa-bawa fisik itu seperti dementor yang dapat menghisap kebahagiaan orang yang diajak bercanda.
#Kata-kata Vulgar (SARU)
Demi Tuhan, kata-kata vulgar sangat tidak pantas dilontarkan walau niatnya hanya bercanda. Tidak adakah kata-kata yang lebih baik yang bisa dijadikan candaan selain kata-kata kotor itu? Terlebih bila kata itu harus terlontar dari mulut orang yang “katanya” berpendidikan. Mulut tak harus menjadi seperti jamban agar terdengar lucu. Kata-kata yang manis juga akan tetap terdengar lucu dan menghibur kok jika diatur sedemikian rupa sebelum dilontarkan.
#Suku, Agama & Ras (SARA)
Membawa-bawa SARA dalam bercanda juga bukanlah tindakan terpuji. Saking sensitifnya hal ini, entah sudah berapa banyak pertikaian yang terjadi karennya. Saat bercanda yang berbobot adalah candaan yang tidak akan membawa-bawa suku, agama dan ras dari teman kita.
#Bercanda dengan Maksud Menggoda Lawan Jenis
Beberapa kali saya temui seorang lelaki beristri bercanda dengan wanita lajang. Candaannya bukan candaan biasa tapi lebih menjurus pada “menggoda” si wanita dan sedihnya si wanita menanggapi candaan itu.
Menurut saya, candaan seperti ini sebaiknya tidak dilakukan karena bisa menjadi gerbang perselingkuhan. Awalnya mungkin hanya main-main tapi selanjutnya siapa yang bisa menjamin? Menghindarinya adalah langkah terbaik dari pada satu sama lain terjebak pada rasa nyaman yang akhirnya malah menyakiti hati pasangan salah satu pihak.
#Pilihan Politik
Situasi politik akhir-akhir ini semakin memanas, pilihan politik sebaiknya tidak dijadikan bahan bercandaan. Mengejek pilihan politik teman bisa menjadi perang besar walau maksudnya untuk lucu-lucuan saja. Biarlah pilihan politik menjadi rahasia setiap orang yang tak perlu kita tahu apalagi sampai kita ejek.
Itulah beberapa hal yang menurut saya tidak pantas dijadikan bahan candaan. Intinya sih bercanda itu tidak dilarang asalkan candaan yang dilontarkan tidak menyakiti hati orang yang mendengarnya juga tidak mengundang hal yang menyebabkan pertikaian.
Bercanda merupakan salah satu hal yang kita butuhkan agar hidup ini tetap seimbang. Hidup tidak selalu harus dijalani dengan serius dong ya, obrolan dan candaan ringan sejenak dapat membuat kita lupa pada masalah dan kesedihan yang sedang menimpa.
Jadi, apakah kita harus memperhatikan adab ketika melontarkan candaan? Menurut saya sih iya. Kalau menurut emak sekalian bagaimana?
***
Saat Bercanda Tak Lagi Lucu merupakan post trigger #KEBloggingCollab kelompok Nila F. Moeloek, yang ditulis oleh Irawati Hamid, pengelola blog: http://www.irawatihamid.com
Setuju banget dengan semua poin di atas. Kadang apa yang menurut orang lain cuma candaan, ternyata itu sensitif banget. Dan ada satu tambahan lagi, menurutku kata-kata “ah baper banget.” itu juga nggak pantas dijadikan bahan candaan. Karena lagi-lagi kita nggak tahu kadar sensitifitas orang lain.
Thanks for sharing Mak.