Dunia digital marketing selalu menarik untuk dibicarakan. Terutama mengenai hubungan antara Influencer dan Brand. Teman-teman tentu masih ingat dengan kasusnya Elle Darby vs Paul Stenson yang viral itu. Belum lama ini muncul kasus bocornya dokumen influencer yang enak dan nggak enak diajak kerjasama. Tahu, kan?
Meskipun menimbulkan polemik, ada satu hal yang menarik. Ternyata, agensi maupun brand itu memiliki catatan track record influencer. Track record ini nantinya bakal digunakan untuk kepentingan campaign mereka. Siapa yang bakal mereka pilih, semua berdasarkan perfoma para infuencers. Wajar bukan! Karena mereka tentu punya target yang harus tercapai.
Bicara soal siapa saja yang termasuk Influencer, blogger termasuk di dalamnya. Atas dasar inilah Arisan Ilmu KEB Solo, pada hari Minggu 11 Febuari 2018, mengambil tema “Influencers Love Brand, Why And How?”
Niatnya satu, memberi wawasan kepada Emak Blogger tentang seluk beluk dunia influencer’s. Jadi jika nanti di-hire, sudah memahami apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan.
Pematerinya masih muda tapi sudah memiliki pengalaman di dunia digital marketing, yaitu Bellawati Dityasari. Menurut perempuan yang akrab disapa Bella ini, sekarang adalah eranya influencers. Orang sudah tidak antusias ketika melihat iklan baik melalui media billboard ataupun lainnya. Contohnya saja, ketika menonton Youtube, di antara kita suka skip bagian iklannya kan? Ngaku, deh!
“The Fall Of Advertising, The Rise Of PR ” ( Al Ries & Laura Ries)
Iya, sepertinya orang jenuh bahkan resisten dengan iklan dan lebih percaya dengan rekomendasi orang lain. Di sinilah Influencer’s memiliki peran dalam mempengaruhi keputusan orang untuk memakai atau tidak memakai suatu produk ataupun jasa.
Apa Itu Influencer?
“Influencer adalah orang yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain (follower) untuk melakukan sesuatu”
(Misalnya : membeli barang, menggunakan aplikasi dan lain-lain)
Seorang influencer akan mampu meningkatkan brand awarness, bahkan yang paling bagus adalah mampu menggerakkan orang lain untuk membeli produk ataupun menggunakan jasa tertentu.
Dara kelahiran tahun 1993 ini memberi contoh salah satu produk skincare telah merasakan dahsyatnya kekuatan influencer yaitu Nature Republic Aloe Vera Gel. Produk ini laris manis di pasaran berkat review dari influencer’s. Padahal, saat itu toko resminya belum ada.
Di dunia digital marketing, dikenal beberapa macam influencer’s. Ada yang disebut sebagai Ambassador, Key Opinion Leader, Troppers, Selebgram, Buzzer, Selebtwit, Blogger, dan Endorser. Masing-masing memiliki tingkat influensi dan media yang berbeda.
Menjadi influencer’s sepertinya mudah ya? Fakta yang ada menunjukkan bahwa untuk menjadi influencer’s tidak perlu follower bejibun. Job-job di Instagram bahkan ada yang syaratnya kurang dari 1000 follower. Benarkah semudah itu?
Ini ada kaitannya dengan tingkatan influencer’s dilihat dari jumlah follower. Jika digambarkan ini seperti piramida, di bawah ini :
Nah, sekarang kita bisa tahu, dimana posisi masing-masing, ya. Jadi, keberadaan influencer seperti micro influencer nyata diperlukan.
“Engangement rate nya sekitar 25-50%”
Ini paling tinggi bahkan jika dibandingkan dengan mega influencer yang hanya 2-5%. Sebuah peluang sekaligus tantangan bagi para micro influencer untuk bisa dilirik brand.
Poin Yang Menjadi Pertimbangan Brand dalam Memilih Influencer
Meskipun jika dilihat dari jumlah follower, sepertinya mudah ya menjadi influencer’s. Tetap saja, brand memiliki pertimbangan objektif dalam memilih influencer.
Menurut Bella, poin pertimbangannya adalah :
- Tingkat Influensi
Tugas dari influencer’s adalah mempengaruhi orang lain untuk mengambil tindakan. Tentu saja kemampuan ini bisa diukur dengan beberapa parameter. Meskipun menurut Bella sifatnya tidak mutlak, tapi parameter itu tetap penting. Parameter tingkat influensi yang dipakai adalah follower, engangement rate, reach, impresion, traffic, DA/PA, dan bounce rate.
- Persona
Seorang influencer harus memiliki persona yang kuat. Sederhananya, ia ingin dikenal sebagai apa. Fashion blogger kah, beauty blogger, atau family blogger. Semakin jelas dan khusus personanya akan mudah dikenali. Persona ini ditampilkan secara konsisten.
- Kualitas Konten
Satu hal yang penting dalam menilai influencer’s adalah kualitas konten yang dihasilkan. Di antaranya meliputi gaya penulisan yang menarik, kualitas gambar dan foto yang digunakan serta gaya konten marketing yang halus dalam mempromosikan sesuatu.
- ROI (Return Of Invesment)
Dalam merekrut influencer’s, Brand mengeluarkan biaya yang tak sedikit. Harapannya, akan ada keuntungan dari campaign yang dilakukan oleh influencer. Sejauh mana seorang influencer bisa memberika ROI yang bagus tentu menjadi poin pertimbangan brand.
Cara Menjadi Influencer’s Yang Bagus
- Bangun personal branding. Memiliki personal branding yang khusus, akan membuat positioning influncer’s menjadi kuat dibanding lainnya. Contoh : Lippielust yang dikenal sebagai lip swatcher, banyak brand lipstik bekerjasama bahkan fotonya dipake dimana-mana.
- Tulis konten yang bisa mempresentasikan diri sesuai dengan persona yang dibangun. Jika personanya sebagai travel blogger ya tulislah konten tentang wisata. Agar kesan sebagai travel blogger bisa melekat dibenak orang.
- Kenali pembaca dan kumpulkan massa. Masih soal konten, karena memang konten itu penting. Tulislah konten yang akan membuat orang jadi follow kita.
Setelah menulis, share konten ke komunitas yang butuh konten kita, bukan ke komunitas blogger saja. Misalnya konten parenting bisa di share ke komunitas parenting.
Lebih lanjut, lulusan D3 komunukasi terapan fisip Advertising Program UNS ini menekankan pentingnya membangun networking. Ini salah satu cara menjaring follower. Jangan lupa, jika sudah memiliki follower maka rawatlah. Misalnya dengan mengadakan polling lewat IG stories atau mencapture feedback dari followernya.
- Melek Data
Seorang influencer’s tidak boleh malas membaca data. Misalnya traffic blognya. Ini penting untuk evaluasi performa. Di lain pihak data biasanya diperlukan dalam membuat laporan hasil campaign ke agency dan brand. Data juga bisa digunakan sebagai portfolio influencer. Bagus untuk pertimbangan di job-job selanjutnya.
- Buat Portfolio
Portfolio yang lengkap tentu memudahkan agency maupun brand dalam memilih influencer’s. Masukkan semua data blog dan media sosial yang dimiliki, data follower, engangement rate, dan sponsored post yang telah dikerjakan dan hasilnya.
The Do’ s and Don’t’s Sebagai Influencer
Baik hati banget Bella bersedia merangkumnya untuk Emak -Blogger. Berikut ini tabel do’s and don’ts yang saya maksud:
Arisan Ilmu tempo hari memberikan pengetahuan yang dibutuhkan oleh seorang blogger. Antusiasme emak-emak luar biasa bahkan berlanjut di sesi diskusi hingga lewat waktu.
Semoga apa yang kami dapatkan di Arisan Ilmu Solo bisa didapatkan juga oleh member KEB semuanya melalui tulisan ini.
Woaa makasih sharingnya Mba Ety, laff banget buat newbie seperti saya