Halo, Emaks! Kali ini saya mau bahas yang seru-seru nih. Sesuatu yang jadi momok buat para blogger. Yakin, banyak emak di sini yang juga pusing sama satu hal ini. Heuheuheu. Apaan hayo? Yes, spam score.
Apa Itu Spam Score?
Pasti udah pada familier, terutama para Emak yg suka ngejob nih ya. Tapi bisa saja cuma familier saja, tapi sebenarnya belum mudeng itu apaan. 😀 *Mudeng itu bahasa Indonesianya apaan yah?*
Yang paling sering saya dengar curhatan itu adalah , “Duh, enggak jadi dapat job, gara-gara blogku spam scorenya gede.”
Nah, siapa nih yang kemarin curhat gini yak? 😆 Well, mari kita mundur sejenak. Karena untuk bisa ngulik si spam score ini kita mesti tau dulu, spam score itu apaan.
Spam score adalah salah satu metrics atau standar yang dibuat oleh MOZ di tahun 2015, untuk memperkirakan tingkat spam dari suatu website.
Kenapa yang namanya spam ini sangat “dibenci” di dunia maya?
Karena spam ini banyak yang bikin “penyakit”. Ibarat penyakit, spam ini virus. Spam bikin skor user experience memburuk, bikin pembaca malas datang, bikin faedah suatu website atau blog jadi bias, dan berbagai penyakit lainnya.
Lalu, gimana sih cara kerja spam score ini?
Sederhana saja kok, sebenarnya. MOZ membuat algoritme ini berdasarkan 17 flags (atau kriteria), yang disesuaikan dengan berbagai peluang spamming.
Apa saja kriteria spam score? Coba kita lihat sekilas ya.
1. Low MozTrust to MozRank Score
MozTrust dan MozRank Score adalah 2 metrics Moz yg menunjukkan tingkat kepercayaan dan popularitas sebuah web.
Kalau kriteria pertama ini terbukti nggak bagus, maka 1 flag terpenuhi.
2. Large Site with Few Links
Yaitu web yang punya banyak laman dan komponen, tapi hanya sedikit banget backlink berkualitas yang masuk. Dengan begini, berarti web tersebut kontennyaa not worth linking to.
3. Site Link Diversity Is Low
Jadi misalnya. Blog kita memang dapat 100 backlink sih, tapi 100 backlink itu hanya berasal dari 5 web/blog saja–yang mana kontennya juga so-so doang.
Nah, ini pertanda spamming nih.
4 dan 5. Ratio of Followed to Nofollowed Subdomains
Poin 4 dan 5 emang dijadiin satu, karena memang saling berkaitan. Rasio dofollow dan nofollow ini harus seimbang, juga ketika kita punya subdomain, yang ngelink ke domain utama.
Dari rasio ini, Moz punya formula khusus yang bisa memprediksikan, link dofollow yang berbayar. Kalau kebanyakan atau memenuhi kriteria tertentu, ya marked as spam.
6. Anchor Text
Anchor text juga dipakai sebagai indikator spam oleh Moz.
Misalnya nih, KEB. Ada yang nulis Komunitas Emak Blogger, terus dilink ke blog KEB ini, maka itu adalah anchor text berkualitas.
Jadi intinya, anchor text haruslah relevan.
7. Thin Content
Nah, apa itu Thin Content? Well, Makmin Spesialis Malam pernah jelasin tentang thin content ini di salah satu sesi sharingnya. Untuk sementara, masih saya kumpulin di Chirpstory sih. Boleh ditengokin kalau mau baca lebih lanjut.
Pada intinya, thin content adalah konten/artikel yang enggak in depth, membahas topik enggak sampai mendalam, hingga akhirnya nggak bikin pembaca betah berlama-lama tinggal.
8. Site Mark-up Is Abnormally Small
Site mark-up ini misalnya skema, struktur web, atau grafis dan image-nya sedikiiiit banget, secara abnormal gitu.
Jadi, Mak, perkaya kontennya ya. Jangan cuma tulisan doang. Tapi juga jangan kebanyakan. Atur porsinya, supaya pas.
9. Large Number of External Links
External links memang penting, karena di situlah prinsip www alias world wide web. Namanya juga WEB, jadi kudu ada “tali” yang saling menaut.
Tapi kalau terlalu banyak hingga mencurigakan, ya jadi marked as spam.
10. Low Number of Internal Links
Nah, ternyata jumlah internal links sedikit juga jadi salah satu “flag” atau kriteria.
11. Anchor Text-Heavy Page
Nah, ini ya, kalau saya enggak salah menyimpulkan nih, ini kasusnya sama dengan keyword stuffing. Jadi keywords-nya dijejel-jejelin gitu sampai artikelnya enggak enak banget dibaca.
Pernah pasti kan, nemu yang kayak gini, Mak?
12. External Links in Navigation
NAH! Ini nih. Kadang kita menaruh external link di navigasi ya–entah itu di menu bar, atau sidebar, atau di footer.
Ternyata, ini juga jadi salah satu “flag” spam score dari Moz ini lo! Lah terus gimana dong? Ada banner komunitas, ada link ke blog kita yang lain, endebre endebre?
Ya, jaga aja supaya enggak berlebihan, Mak. Yang enggak perlu dipajang ya lepas aja. Misal banner lomba yang sudah enggak dipakai lagi.
13. No Contact Info
Wah! Ternyata kalau kita enggak mencantumkan contact info di situs kita, jadi bisa di-mark as spam! Well, ini boleh diletakkan di mana aja sih. Bisa di About Us, di footer atau di sidebar juga boleh. Tapi harus ada ya, Mak!
14. Low Number of Pages Found
Nah, page-page kita di web/blog, kalau terlalu sedikit juga bisa jadi peluang marked as spam. Jadi coba deh lengkapi. Terutama kasih info-info yang bermanfaat, misal ada laman About Us, Disclaimer, Kerja Sama, dan sebagainya.
15. TLD Correlated with Spam Domains
Penentuan pemilihan TLD untuk nama blog kita ternyata jg bisa meningkatkan peluang naiknya spam score.
Misalnya TLD .loan, itu sudah terkenal dengan spam activity-nya. Jadi jangan dipilih menjadi TLD blog.
16. Domain Name Length
Kalau nama domainnya terlalu panjang dan belibet, itu ternyata juga bisa berpeluang meningkatkan spam score, Mak.
17. Domain Name Contains Numerals
Ada yang URL blognya mengandung angka? Well, waspada ya, Mak. Karena ini juga ternyata menjadi salah satu “flag” untuk spam score.
Nah, itu dia 17 flags atau kriteria yang bisa memengaruhi spam score untuk blog kita.
Jadi, gimana dengan blog Emak? Kayaknya di kriteria yang mana nih yg failed? 😀 Tapi perlu banget untuk dipahami, bahwa sebenarnya nggak ada website/blog yang benar-benar lolos dari spam. Ini dijelaskan sendiri oleh Moz. Makanya mereka juga punya allowance. Allowancenya gimana?
Kayak gini, Mak.
Yang hijau, itu berarti nilainya bagus. Peluangnya untuk dimark as spam sama Google kecil. Yang kuning, ya berarti lampu kuning. Mesti diulik, biar hijau. Yang merah, nah ini. Sudah pasti harus ditreatment.
Perlu digarisbawahi ya, bahwa skor ini adalah angka probability ya, Mak. Angka peluang untuk dianggap spam sites sama Google.
Jadi, enggak mutlak dan absolut juga. Spam score by Moz ini memang hanya salah satu metrics untuk bisa memahami Google. Bukan satu-satunya standar. Bisa saja, blog kita punya nilai merah di sini, tapi ternyata baik-baik aja di mata Google.
Tapi ya, akan lebih bagus kalau kita bisa mengusahakan skornya ijo.
Nah, itu dia sekilas mengenai spam score.
Jadi misal spam score 70% artinya apa?
Ya, coba dilihat satu per satu flagnya. 70% itu berarti kan kira-kira 9 flags yang dilanggar kalau dilihat di indikator skor di atas. Nah, mana saja yang dilanggar, ya pemilik web yang bisa mencari.
Bisa jadi anchor text yang dipergunakan enggak pernah relevan, bisa juga terlalu banyak link berbayar, atau keyword stuffing, dan lain sebagainya. Silakan dicermati masing-masing ya 🙂
Kalau penyebabnya ketemu, kan terus bisa diperbaiki sehingga spam score menurun.
So, ibaratnya gini. Kita gampang banget sakit. Iya sih, pasti selalu sembuh kalau sudah dikasih obat. Tapi kalau gaya hidup kita emang nggak sehat ya … gimana mau pergi penyakitnya?
Cara menurunkan spam score juga gitu. Itu kan suatu ukuran kesehatan website/blog. Kalau skornya jelek, ya berarti blognya harus disehatin dulu. Nanti, skornya akan menyesuaikan.
Nah, kalau mau lebih jelas lagi, bisa baca-baca di blognya Moz langsung. Paling enak memang belajar langsung dari sumbernya.
Sekian dulu artikel ini, semoga bermanfaat.
Udah cek spam score di websitesseochecker Mak dan SS-nya 1 persen. Itu bener ya? Buka moz, kudu isi data duly untuk cek spam score