Bulan Ramadan sudah tiba! Jadi, apakah tahun ini menjadi tahun pertama anak puasa, Mak?
Ada sedikit cerita nih.
Sebut saja Mawar Mona, seorang ibu muda, punya jagoan bernama Abi yang tahun ini sudah berusia sembilan tahun. Bagi Mona, sedini mungkin anak diajari berpuasa akan lebih baik. Menurut logikanya, kalau anak sudah terbiasa puasa sejak kecil, gedenya nanti nggak akan merasa berat kalau harus berpuasa.
Sebenarnya Mona sudah mengajak Abi untuk ikut berpuasa sejak lama. Meski banyak bolong-bolongnya, Abi tetap senang sekali bisa ikutan berpuasa bareng orang tuanya. Akhirnya terlontarlah doa, bahwa tahun depan (atau tahun ini), Abi bisa puasa full, tanpa paksaan. Mona tidak pernah memaksa Abi untuk puasa juga sih sebelumnya, semua dilakukan karena Abi memang mau melaksanakannya.
Ndilalah, di sekolah Abi juga mendapatkan suntikan motivasi. Selain teman-teman lain di sekolahnya juga sebagian besar sudah puasa full, sekolah juga menyediakan piagam bagi mereka yang bisa berpuasa satu bulan penuh. Abi tentu nggak mau ketinggalan. Dia ingin namanya bisa tertulis di piagam sekolah itu, yang menyatakan dia lulus puasa penuh tahun ini.
Mona sih senang sekali mendapat dukungan dari sekolah. Dia bertekad untuk membantu dan selalu menyemangati Abi selama sebulan ke depan berpuasa, supaya jagoannya bisa mendapat piagam bertuliskan namanya itu.
Ajak Anak Puasa Sejak Dini
Well, anak puasa, apalagi yang belum baligh, pastinya akan menjadi satu amalan mulia baginya ya, Mak, karena dia akan berlatih menahan hawa nafsunya, meski sebenarnya dia belum wajib melakukannya. Orang tua mana yang nggak akan mendukungnya dan berusaha menyemangatinya, kalau anak puasa sendiri tanpa ada rasa terpaksa seperti ini? Yang perlu kita lakukan adalah mendukung dan mengondisikan dirinya, juga memastikan bahwa dia sudah siap secara fisik dan mental.
Dalam masa pertumbuhan, anak membutuhkan banyak sekali asupan gizi makanan yang cukup untuk dapat berkembang. So, pengaturan menu sahur dan berbuka bagi mereka dengan gizi yang berimbang seperti ini bisa jadi PR banget buat kita ya. Termasuk tercukupinya cairan agar nggak dehidrasi.
Nah, apa yang bisa kita lakukan untuk mendukung anak yang sudah mau berpuasa tanpa paksaan ini, Mak? Here are some tips.
Ajak Anak Puasa Tanpa Paksaan
1. Susun menu bersama
Libatkan anak dalam menyusun menu sahur dan berbuka puasa. Beri kesempatan padanya untuk memilih menu favoritnya, Mak.
Hal ini tentu akan membuat dia lebih bersemangat saat sahur dan waktunya berbuka ya. Bahkan kalau perlu, ajak dia juga untuk membuat menu takjil pilihannya. Pasti dia suka.
2. Ajak beraktivitas
Ajak dia untuk beraktivitas seru pada siang hari, Mak. Pastikan anak nggak cuma diam saja sambil nunggu waktu beduk berbunyi tiba. Hal tersebut akan membuatnya merasa hari makin panjang, dan waktu berbukanya lama banget baru tiba. Bisa-bisa dia menyerah.
Aktivitas yang bisa dilakukannya sebaiknya juga dipilih yang nggak terlalu menghabiskan energinya, misalnya crafting, main kartu, main puzzle, membuat ini itu sendiri, sehingga anak puasa tanpa rasa bosan.
3. Jauhkan godaan
Kalau kita sih sudah bisa ya, untuk nggak memedulikan segala sesuatu yang bisa menggoda puasa kita. Tapi beda halnya dengan anak-anak. Akan lebih baik jika mereka dibantu untuk menjauhkan godaan.
Godaan yang paling mengganggu buat mereka ya tentu saja makanan dan minuman. Karena itu, simpanlah segala jenis makanan dan minuman di tempat yang tak terlihat, yang tak dapat mereka jangkau sendiri.
Selain itu, tanamkan juga pada mereka bahwa bertengkar dan marah-marah itu juga bisa membuatnya batal puasa. Kan, anak-anak biasanya suka bertengkar ya, Mak? Nggak ada salahnya juga mengajari mereka mengenai hawa nafsu yang satu ini sejak dini, nggak hanya soal makanan.
4. Berikan apresiasi
Ini juga bisa jadi satu motivasi sendiri bagi anak puasa, agar dapat menyelesaikannya dalam satu hari full. Lihat kan, selembar piagam sekolah bertuliskan namanya saja bisa membuat si anak termotivasi untuk menyelesaikan puasa satu bulan penuh? Apalagi kalau orang tua yang memberi penghargaan itu. Pasti sangat berarti untuk mereka. Iya nggak sih?
Bukan berarti bahwa Emak mendidiknya untuk berpikir materialistis sih, karena percayalah, hal ini hanya berlaku pada anak-anak yang belum baligh dan nggak membutuhkan barang-barang yang mahal kok. Saat mereka sudah memasuki usia baligh, maka dia nggak akan membutuhkan motivasi dalam bentuk penghargaan lagi.
Hal ini disebabkan karena dia sudah terbiasa berpuasa, sehingga dia tahu bahwa dengan berpuasa maka ibadahnya menjadi lengkap, dan jaminannya adalah surga.
Ah, pasti bangga ya, kalau anak puasa tanpa paksaan, dan kuat menjalaninya sampai satu bulan penuh. Tunjukkanlah apresiasi Emak padanya, supaya dia semakin percaya diri dan menambah semangatnya menunaikan ibadah puasa.
Selamat berpuasa, Mak!