Akhir Agustus lalu, algoritme Google yang terbaru telah dirilis, yang mereka sebut dengan ‘Helpful Content Update’. Algoritme terbaru ini akan memberikan peringkat lebih tinggi bagi artikel-artikel yang ditulis untuk people first, dan menurunkan peringkat untuk artikel yang ditulis engine first.
Artinya apa nih? Artinya, algoritme Google akan semakin pintar mengenali, mana konten yang ditulis untuk kebutuhan pembaca (manusia/people), dan mana yang ditulis sekadar agar masuk indeks Google (mesin/engine).
Loh, jadi apakah selama ini Google enggak memberi peringkat bagi artikel yang ditulis untuk manusia?
Ya, bukan begitu juga sih. Kita tahu, bahwa Google sebenarnya memberikan layanan yang dapat mempermudah kita dalam mencari informasi. Sayangnya, visi dan misi Google ini kadang diakali oleh ‘oknum’ tertentu demi keuntungan mereka sendiri. Dari situlah kemudian muncul berbagai strategi search engine optimization. Tentu ini enggak salah, karena banyak orang yang juga memang berniat untuk murni berbagi, agar kontennya bisa dibaca oleh orang banyak sehingga bermanfaat. Tapi kadang ada juga praktik-praktik curang di sini, yang kemudian disebut dengan ‘blackhat’.
Nah, ini dia yang menjadi concern Google.
Jadi, untuk hal ini, apa yang perlu kita lakukan? Agar artikel blog yang kita tulis bisa memanfaatkan algoritme terbaru Google ini dan akhirnya bisa “mencuri” peringkat dari situs web lain yang biasanya mendominasi? Tanpa strategi “buruk”, yang nantinya malah melukai blog kita sendiri?
Karena Emak pasti juga tahu, bahwa posisi di pencarian Google akan menentukan “prestasi”; semakin organik konten yang kita buat, semakin baik posisinya di hasil pencarian Google, akan semakin berpeluang mendapatkan pembaca tanpa kita perlu bersusah-susah lagi mempromosikan konten kita ke sana kemari.
Yuk, kita lihat bareng-bareng ya.
Strategi Manfaatkan Update Algoritme Google Terbaru: Google Helpful Content
1. Miliki topik utama
Dalam salah satu keterangannya mengenai update algoritme terbaru ini, Google menanyakan begini, “Do you have an existing or intended audience for your business or site that would find the content useful if they came directly to you?”
Kalau boleh saya terjemahkan secara bebas, apakah kita punya audience yang ketika membutuhkan informasi tertentu maka mereka akan langsung datang pada kita? Ini mengindikasikan bahwa ada kepercayaan atau trust dari para pembaca atau audience kepada kita, bahwa kita pasti punya informasi terkait masalah yang mereka alami.
Maksudnya begini, taruhlah kita pada sepatu audience. Saat kita punya masalah parenting, misalnya, apakah ada satu nama yang langsung auto muncul saja di kepala kita, yang membuat kita berkata, “Oh, mungkin di blognya Emak A ada nih bahasan tentang soal parenting ini.”?
Nah, ini artinya Google sedang membicarakan soal expertise, Mak. Pasalnya, yang sering terjadi adalah konten yang ditulis untuk mesin biasanya memang tak selalu sesuai dengan keahlian yang kita punya. Begitu juga dengan tren. Google menyarankan kita untuk punya topik secara khusus yang dibahas secara dominan di blog di update algoritme Google terbaru ini.
Sebenarnya, hal ini justru menguntungkan bagi bloger seperti kita loh, Mak, ketimbang media-media online itu. Istilahnya, mereka palugada—apa lu mau gua ada. Yang seperti itu sebenarnya bukanlah jenis konten yang dianggap memenuhi update Google Helpful Content ini. Namun kita, yang punya blog pribadi, justru sangat leluasa dan memiliki peluang tak terbatas untuk bisa membahas satu topik khusus secara mendalam loh. Seharusnya kitalah pemenang peringkat dalam algoritme Google terbaru ini, Mak.
Tinggal bagaimana kitanya saja.
2. Pengalaman jadi koentji
“Does your content clearly demonstrate first-hand expertise and a depth of knowledge (for example, expertise that comes from having actually used a product or service, or visiting a place)?”
Dengan saran ini, Google memberi clue bahwa kita seharusnya enggak menulis tentang sesuatu yang belum kita alami secara pribadi.
Contohnya, kalau kita membuat konten review produk, layanan, atau bahkan objek wisata sekalipun. Membuat konten ‘engine-first’ oleh Google disebut sebagai konten ‘palsu’, karena di dalamnya tidak akan memberikan pengalaman langsung si penulis dalam menggunakan produk dan layanan yang direview. So, ini akan diketahui lewat algoritme Google Helpful Content ini. Apalagi kalau kemudian ternyata juga ada tautan berbayarnya. Maka, akan semakin diturunkan peringkatnya oleh Google.
Konten seperti ini oleh Google dikatakan sebagai ‘konten yang tidak bermanfaat’ alias unhelpful content, dan justru bisa mislead pembaca.
3. Miliki satu niche saja
“Does your site have a primary purpose or focus?”
Niche semakin penting dalam penentuan peringkat di Google. Pasalnya, Google berpendapat, situs palugada itu tidak akan memberikan manfaat sebesar situs-situs yang secara khusus membahas satu topik saja.
Ya, ini sebenarnya sangat masuk akal sih. Saat suatu situs atau blog membahas topik yang terlalu banyak pastinya tidak akan bisa menyamai kualitas konten yang dibahas oleh seseorang yang memang ahli di bidangnya, yang menulis topik yang sama secara mendalam.
Google juga mengungkapnya, bahwa topik yang terlalu campur aduk tidak membantu audience. Selain itu, juga membingungkan bagi mesin pencari yang mencoba memahami situs atau blog yang bersangkutan. Malahan yang bisa terjadi adalah satu artikel menjadi kanibal untuk konten yang lain.
Lebih jauh justru disarankan, jika memang ingin membahas beragam topik, maka akan lebih baik untuk membuat beberapa blog yang disesuaikan dengan topik yang bermacam-macam tersebut.
4. Memberi jawaban
“After reading your content, will someone leave feeling they’ve learned enough about a topic to help achieve their goal?”
Algoritme Google Helpful Content meminta kita untuk membuat konten yang mampu memberi jawaban atau solusi yang memuaskan bagi audience yang datang ke blog atau situs yang kita miliki.
Kita sering melihat begitu banyak konten yang dibuat untuk ‘engine first’ yang nanggung—membahas topik enggak sampai tuntas, bahkan sampai selesai membaca, kita enggak juga mendapat solusi atau jawaban dari pertanyaan kita—bahkan lebih parah, clickbait. Nah, inilah yang akan dikurangi Google dengan algoritme Google Helpful Content terbarunya.
So, setiap kali membuat konten, pastikan Emak menuliskannya hingga tuntas dan mendalam, Mak. Kalau memang perlu dengan data-data, ya sertakan data-data pendukung. Kalau perlu mengutip opini pakar, ya kutiplah (dengan izin ataupun memberikan kredit). Buat konten Emak no debat. Dengan demikian, ketika orang selesai membaca konten, mereka pun menutup blog Emak dengan puas karena mendapatkan jawaban, solusi, atau insight yang mereka perlukan.
5. Tetap update dan beradaptasi dengan perubahan
Dalam keterangannya, Google juga mensinyalkan bahwa algoritme Google Helpful Content ini tidak akan menjadi update terakhir dari mereka. Ke depannya, masih banyak rencana dan perbaikan algoritme Google lain yang masih dalam proses.
Algoritme Google Helpful Content ini sendiri sudah diluncurkan pada 25 Agustus lalu, dan diperkirakan akan fully rolled out dalam 2 minggu sejak diluncurkan. Which means, mungkin dalam minggu-minggu ini akan ada perubahan dalam peringkat indeks Google.
Silakan dipantau traffic masing-masing, terutama yang datang dari search engine ya, Mak. Emak bisa mengeceknya dari dasbor Google Search Console masing-masing. Jika ada penurunan peringkat yang cukup signifikan dan berkelanjutan, maka mungkin blog Emak mendapat efek dari update algoritme Google terbaru ini.
Jika demikian, segera buat rencana yang realistis untuk memperbaikinya sesuai dengan guidance dari Google.
Yuk, keep sharing artikel dan konten yang bermanfaat!