Maraknya kasus kejahatan online yang terjadi dari tahun ke tahun sangat meresahkan. Itulah mengapa kita mesti membekali diri dengan belajar literasi digital.
Untuk belajar tentang literasi digital tidak terbatas gender maupun umur. Termasuk lansia pun perlu memahami apa saja dampak baik-buruk dunia digital dan bagaimana cara mengatasinya.
Menurut data dari We Are Social, pengguna internet di Indonesia menembus angka fantastis yakni 212.9 juta di Januari 2023. Jika dipersentasekan sekitar 77% dari total populasi Indonesia sudah menggunakan internet.
Dari 212.9 juta, ada berapa banyak warga lansia yang menggunakan internet?
Masih dari data We Are Social, rentang usia 55-64 sebesar 9,2% dan di atas 65 tahun sebanyak 6,5%. Angka tahun ini mengalami kenaikan jika dibandingkan tahun lalu.
Selama ini pelatihan literasi digital lebih banyak menyasar kaum milenial dan gen Z, kaum lansia bisa dikatakan terpinggirkan. Keterbatasan ilmu dan tidak mengerti apa yang terjadi memunculkan anggapan umum bahwa lansia pasti gagap teknologi.
Padahal jika kita melihat lebih cermat, kejahatan digital seperti penipuan, penyebaran hoaks maupun ujaran kebencian justru marak terjadi di kaum lansia.
Hambatan-hambatan inilah yang kemudian menjadi dasar oleh tim Tular Nalar dalam membuat kurikulum akademi digital lansia.
Mengenal Lebih Dekat Tular Nalar
Tular Nalar memiliki sapan khas yaitu “Bukan Sekadar Paham.”
Awal mula Tular Nalar merupakan kerjasama konsorsium Mafindo, Maarif Institute dan Love Frankie. Dan sekarang dikelola sepenuhnya oleh Mafindo.
Dalam perjalanannya sejak tahun 2020, Tular Nalar mengembangkan kurikulum dan juga tools pembelajaran berupa delapan kompetensi yang diaplikasikan ke dalam delapan tema dan terbagi menjadi 3 jenjang yakni Tahu, Tanggap, Tangguh.
Perjalanan dari tahun 2020 menghasilkan banyak program. Sudah tiga batch yang berjalan dari 2020.
Batch 1 dimulai Juli 2020 – Januari 2021, mendesain kurikulum dan website berpikir kritis dengan literasi media digital. Target sasaran komunitas pendidikan di kampus dan sekolah, masyarakat 3T kerjasama dengan JRKI.
Batch 2 mulai Februari – September 2022, mendesain kurikulum dasar, materi dan tools untuk lansia cakap digital.
Batch 3 dari Oktober 2022 – Maret 2023, eskalasi kurikulum dan tools literasi digital lansia (10 tema), peningkatan sasaran 320.000 lansia dan 130.000 pemilih pemula di 37 provinsi Indonesia.
Sejak Juni 2022, Tular Nalar Meluas pada warga lansia dan anak muda pemilih pemula, dengan cakupan 37 provinsi seluruh Indonesia.
Untuk Akademi Digital Lansia, memiliki tema Wajib yakni materi tematik. Di mana ada empat materi yaitu ekonomi digital, media sosial, digital entertainment, dan perlindungan data/privasi.
Sedangkan Sekolah Kebangsaan, materi yang diberikan pembekalan seputar peran pemilih pemula dalam demokrasi serta menanamkan berpikir kritis menghadapi informasi di Tahun Politik.
Khusus Akademi Digital Lansia, ada tiga hal yang menjadi tujuan diadakannya program ini yaitu :
- Membekali Lansia dengan kemampuan untuk berpikir kritis sehingga tidak terjebak dalam penipuan digital, hoaks, dan hasutan kebencian.
- Menjadikan Lansia sebagai agen literasi digital bagi lingkungannya agar tidak terjebak dalam penipuan digital, hoaks, dan hasutan kebencian.
- Mengembangkan support system bagi Lansia dalam melatih dan menerapkan berpikir kritis.
Alhamdulilah, puji syukur di tahun ini KEB Solo diberikan kesempatan oleh Mafindo untuk menjadi mitra komunitas dalam menyelenggarakan program Tular Nalar.
Baca juga : Arisan Ilmu Solo – Cara Membuat Sabun dari Minyak Jelantah
Akademi Digital Lansia KEB Solo – Melatih Lansia Lebih Paham Literasi Digital
Di Akademi Digital Lansia KEB Solo diadakan pada hari Rabu, 8 Maret 2023 bertempat di Aula Monumen Pers Solo. Kegiatan kali ini kami menggandeng komunitas Alzheimer Solo Raya yang anggotanya adalah para lansia. Dan topik yang kami pilih adalah aplikasi percakapan.
Setelah persiapan yang lumayan panjang dimulai dari ToT, rapat komunitas, latihan bersama seluruh fasilitator hingga menyiapkan alat peraga akhirnya hari yang ditunggu tiba juga.
Saya pribadi walaupun sudah sering mengikuti pelatihan literasi digital, namun kali ini sungguh berbeda. Gugup! Itulah yang saya dan teman-teman fasilitator rasakan karena audiens kami adalah lansia. Di mana kami belum memiliki pengalaman berinteraksi dengan lansia yang banyak sebelumnya.
Pagi hari pukul delapan lebih lima belas menit, Monumen Pers mulai ramai. Lansia memiliki ciri khas untuk setiap kegiatan : datang lebih cepat dari waktu yang ditetapkan.
Tegur sapa dan tawa riang mewarnai pintu masuk Monumen Pers. Para lansia begitu antusias mengikuti kegiatan di hari itu. Pakaian mereka pun senada dengan warna ungu sebagai warna khas komunitas Alzheimer.
O ya, yang hadir di sini bukan lansia penderita alzheimer ya melainkan para care giver dan juga lansia yang tergabung dalam senam komunitas alzheimer.
Harusnya acara dimulai pukul sembilan pagi namun agak molor 15 menit karena kami sibuk melayani registrasi peserta yang hari itu mencapai 100 orang. Di bagian dalam aula, para fasilitator mulai membaur dengan lansia yang sudah duduk sesuai kelompok.
Bagian teknis pun sudah mulai menyebarkan lembar pre test yang mesti diisi oleh para lansia sebelum memulai acara.
Tepat pukul 9.15 acara dimulai.
Acara dimulai dengan sambutan dari Ranny Afandi selaku Ketua KEB Solo. Lalu disambung Ibu Mariska, Ketua Komunitas Alzheimer Solo Raya. Ada Mbak Niken Satyawati, Ketua IKWI Solo dan Anggota Tim Kurikulum Tular Nalar. Serta Bapak Kuncoro, Kasubag Umum Monumen Pers.
“Kami sangat berterima kasih kepada Emak Blogger dan Tular Nalar karena program ini sangat penting yang bermanfaat bagi Lansia. Selama ini Alzi banyak memberikan bekal pengetahuan kesehatan. Tapi program Tular Nalar ini melengkapi, benar-benar penting sekali bagi Lansia di tengah banjir informasi saat ini, yang kadang kita tidak tahu kebenarannya,” ujar Ketua Alzi Soloraya, Mariska Ningsih.
Sambutan berikutnya adalah Ketua IKWI Surakarta Niken Satyawati yang juga anggota Tim Kurikulum Tular Nalar. Pada kesempatan itu, Mbak Niken mengungkapkan kegiatan pelatihan Tular Nalar ini diinisiasi Mafindo dan disponsori Google.org.
“Ini program yang dijalankan di seluruh provinsi Indonesia dari Aceh hingga Papua,” ujar Niken. “Acaranya memang harus offline, disesuaikan karakter Lansia. Peserta dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dipandu satu fasilitator. Sehingga pelatihan berlangsung sangat efektif,” Niken menambahkan.
Sementara itu Kepala Sub Bagian Umum Monumen Pers, Kuncoro Marhendro Suryo, mengaku senang Tular Nalar digelar di Monumen Pers. Kuncoro mempersilakan dan akan memfasilitasi kembali apabila akan digelar kegiatan literasi digital lagi.
Selesai sambutan, kegiatan utama pun dimulai.
Akademi Digital Lansia terdiri dari empat segmen dan masing-masing segmen memiliki durasi 15-20 menit. Dan yang menarik dari kegiatan ini, tidak ada pembicara utama melainkan diadakan diskusi dalam kelompok kecil. Setiap kelompok terdiri dari sepuluh orang peserta dan satu fasilitator.
4 Segmen Akademi Digital Lansia
Segmen 1 – Mengenal aplikasi percakapan
Di segmen satu ini fasilitator memiliki slide peraga yang berisikan logo-logo aplikasi percakapan. Dan diskusi dibangun dengan pertanyaan pemantik, “Apa itu aplikasi percakapan?”, “Aplikasi percakapan apa yang bapak dan ibu gunakan?”, “Apa fungsi aplikasi percakapan bagi bapak dan ibu?”, “Gimana rasanya menggunakan aplikasi tersebut?”
Banyak jawaban yang diberikan oleh para lansia. Dan umumnya semua menggunakan aplikasi percakapan seperti WhatsApp dan SMS.
Segmen 2 – Dampak buruk yang bisa terjadi di aplikasi percakapan
Segmen dua kembali fasilitator menunjukkan slide peraga yang berisikan manfaat aplikasi percakapan. Ada tiga manfaat :
- Silaturahmi dan edukasi
- Informasi dan edukasi
- Bisnis dan transaksi
Di grup saya, para lansia mampu menjelaskan masing-masing fungsi tersebut. Dan dari tiga fungsi aplikasi percakapan, ternyata semua digunakan oleh mereka. Bahkan ada yang berbagi cerita di mana beliau menggunakan fitur WA Story untuk menampilkan barang jualan dan melayani pelanggan dengan chat WA.
Segmen 3 – Apa kasus yang pernah dialami peserta dalam aplikasi percakapan?
Di segmen ini sangat seru! Fasilitator memiliki slide peraga dalam bentuk kartu-kartu kecil sebanyak delapan lembar yang masing-masing berisikan berbagai kasus penipuan digital.
Dari segmen ini, para lansia paham bahwa foto itu termasuk data pribadi. Bahwa membagikan foto itu harus minta izin terlebih dulu dan data pribadi harus dijaga.
Ada juga yang menceritakan pengalaman salah satu anggota keluarga yang hampir terkena scamming (rayuan cinta sebagai modus pemerasan), ada juga yang kehilangan 1,5 juta dari penipuan lewat SMS.
Di sini, para lansia belajar bahwa aplikasi percakapan itu tidak selamanya memiliki sisi positif, ada bahaya yang mengintai. Dan diri kita lah yang mesti mengendalikan agar tidak terjebak kejahatan online.
Segmen 4 – Mengamankan aplikasi percakapan
Di segmen empat, para lansia diajarkan untuk setting 2 factor authentication (2FA) dan cara menggunakan chatbox KALIMASADA dari Mafindo.
Bahwa lansia pintar, cek fakta dulu. Informasi tak benar, hempaskan saja!
Empat segmen ini tentunya kami harus ‘membawa’ para lansia belajar literasi digital secara rileks. Makanya di tiap sesi pasti ada ice breaking. Seperti selesai sesi satu dan empat ada senam lansia. Dan di tengah sesi dua dan tiga ada pembagian doorprize.
Selesai acara, sekitar pukul 12.30 siang. Para lansia semringah karena bisa mendapatkan ilmu baru tentang literasi digital, bahkan kami diminta untuk mengadakan kegiatan lagi.
Insya Allah ya, ibu-ibu dan bapak-bapak.
Kami mengucapkan terima kasih untuk Tular Nalar, komunitas Alzheimer dan Monumen Pers yang telah mendukung acara ini. Luar biasa antusiasmenya. Dari pihak Monumen Pers pun sangat kooperatif, menunggu semua sound system hingga LCD terpasang bahkan mengikuti acara ini hingga tuntas.
Matur nuwun sanget.
Di hari itu, kami pulang dengan hati membuncah. Ada rasa haru yang melingkupi melihat antusiasme para eyang-eyang mau belajar. Bahkan ada loh peserta berusia 86 tahun yang masih kuat dan semangat mengikut kegiatan. Alhamdulilah.
Belajar literasi digital dalam sehari tentulah tidak cukup. Khusus Akademi Digital Lansia ini, ada pendampingan selama 3 minggu di WAG oleh fasilitator.
Tentunya kami berharap agar ke depannya kegiatan ini semakin banyak menjangkau lansia hingga pelosok daerah. Sehingga semakin banyak lansia cakap digital dan terhindar dari kejahatan online.
Sekali lagi, terima kasih dan panjang umur kebaikan-kebaikan.
—
Sumber : Materi tematik dan materi pelatihan Tular Nalar