Puasa Ramadan tinggal sehari lagi! *yiaaay. Apa saja nih yang udah disiapkan?
Umumnya selain menyiapkan berbagai menu buka puasa, food preparation seperti nyetok berbagai lauk juga bumbu, ada salah satu hal yang menarik perhatian di mana ini hanya dilakukan selama Ramadan. Yup, tradisi menyambut puasa Ramadan.
Ramadan itu selalu di hati. Ada banyak cerita yang kerap hadir di bulan suci penuh berkah ini. Apalagi di Indonesia yang memiliki beragam budaya, membuat masyarakat sangat antusias menyambut bulan yang satu ini.
Di berbagai kota Indonesia dari Sabang sampai Merauke, memiliki tradisi unik dalam menyambut bulan puasa. Dan tradisi ini hanya dilakukan setahun sekali saja.
Kalau saya sih, tradisi dalam menyambut puasa seringnya ziarah kubur. Ini mah udah jamak ya dilakukan dan kayaknya sudah menjadi hal ‘wajib’ dilakukan sebelum puasa.
Nah, tradisi apa saja nih yang dilakukan masyarakat Indonesia dalam menyambut puasa Ramadan? Yuk, disimak di artikel ini.
Puasa Ramadan Tiba, 7 Tradisi Ini Sering Dilakukan Masyarakat Indonesia
-
Tradisi Puasa Ramadan Balimau dan Malamang dari Sumatera Barat
Di Sumatera Barat ada dua tradisi yang kerap dilakukan masyarakat di sana yaitu balimau dan malamang.
Masyarakat Minangkabau melakukan balimau ini dengan cara bersama-sama ke tempat pemandian atau sungai untuk mandi dengan menggunakan air jeruk nipis sebagai pengganti dari sabun.
Tujuan balimau ini adalah membersihkan diri dalam menyambut bulan ramadan. Maknanya, tidak sekedar bersih badan saja tapi jiwa juga.
Selain menggunakan jeruk limau, rempah lainnya juga digunakan dalam tradisi balimau ini.
Beda halnya dengan malamang.
Tradisi ini adalah membuat lemang. Ada beberapa daerah di Sumatera Barat yang melakukan tradisi ini seperti Padang, Pariaman dan Painan.
FYI, Lemang adalah salah satu makanan khas dari Sumatera Barat. Cara memasaknya sangat unik, beras ketan digulung dalam daun pisang lalu dimasukkan ke dalam bambu kemudian dibakar sampai matang.
Di tradisi malamang, saat lemang sudah matang, masyarakat mengadakan syukuran mandoa atau berdoa bersama di malam hari.
Tradisi ini bertujuan sebagai bentuk rasa syukur atas datangnya bulan ramadan.
Hidangan lemang ini disajikan bersama tapai ketan hitam juga aneka lauk-pauk lainnya. Cara makannya dengan duduk baselo atau disebut duduk bersila.
Baca juga : Manfaat Puasa Ramadan Bagi Kesehatan
-
Ada Meugang dari Aceh
Dari kota dengan julukan Serambi Mekkah memili tradisi unik dalam menyambut bulan puasa ramadan yaitu Meugang atau disebut juga Makmeugang ataupun Haghi Mamagang. Tak hanya di bulan puasa, tradisi ini juga kerap dilakukan saat hari raya Idul Fitri dan Idul Adha.
Tradisi Meugang ini sudah ada sejak abad ke-14 ketika zaman kepemimpinan Sultan Iskandar Muda.
Dalam tradisi ini, masyarakat akan membeli daging (sapi, kambing atau kerbau) di pasar maupun menyembelihnya sendiri. Daging tersebut kemudian dimasak dan dihidangkan dengan menu terbaik lainnya kemudian disantap bersama keluarga
Provinsi yang mendapatkan julukan sebagai Serambi Mekkah juga punya tradisi unik jelang puasa, yakni Meugang. Di kesempatan ini, masyarakat Aceh akan memasak daging sehari sebelum puasa Ramadan lalu dimakan bersama keluarga, warga desa maupun rekan kerja.
-
Nyadran dari Jawa Tengah
Kita pindah ke provinsi Jawa Tengah, pastinya tradisi ini sudah familiar ya karena sering muncul di tv menjelang bulan puasa ramadan.
Dikutip dari Wikipedia, Nyadran berasal dari bahasa Sanskerta, sraddha yang artinya keyakinan.
Tradisi Nyadran adalah budaya mendoakan leluhur yang telah meninggal. Dalam perkembangannya, Nyadran menjadi adat yang memuat berbagai bentuk seni budaya.
Nyadran juga disebut Ruwahan karena dilakukan di bulan Ruwah (kalender Jawa) atau Syaban (kalender Islam).
Di tradisi Nyadran ini dilakukan beberapa kegiatan yaitu :
- Besik yang merupakan pembersihan makam.
- Kirab, arak-arak peserta menujut tempat ucapara adat.
- Ujub, penyampaian maksud acara oleh pemangku adat.
- Doa, pemangku adat memimpin doa bersama.
- Kembul Bujono dan tasyakuran, selesai doa dilakukan makan bersama
Tak hanya di Jawa Tengah, tradisi ini dilakukan juga di Yogyakarta, Lampung.
-
Munggahan dari Jawa Barat
Satu lagi tradisi menyambut bulan ramadan yang dikenal luas yaitu Munggahan.
Tradisi Munggahan umumnya dilakukan dalam rentang seminggu atau dua minggu sebelum bulan puasa Ramadan. Di tradisi ini, masyarakat akan berkumpul dengan keluarga, tetangga maupun lainnya.
Tujuan dari Munggahan adalah saling maaf-memaafkan kemudian dilanjut dengan makan bersama.
-
Nyorog dari Betawi
Dari Betawi ada salah satu tradisi yang rutin dilakukan tiap tahun menjelang bulan puasa yaitu Nyorog.
Di sini, orang-orang yang lebih muda biasanya akan memberikan bingkisan ke orang lebih tua. Tujuan dari tradisi ini adalah untuk lebih menghormati yang lebih tua sekaligus menyambut bulan Ramadan.
Yang unik dari bingkisan tersebut, isinya beragam! Mulai dari sembako, makanan dan lain sebagainya. Makanan yang diberikan adalah khas Betawi lho seperti sayur babanci, gabus pucung, soto tangkar dan lain-lain.
-
Megibung dari Bali
Walaupun Bali dikenal dengan mayoritas agama Hindu, ternyata dalam menyambut bulan suci Ramadan ada tradisi yang sering dilakukan yaitu Megibung.
Tradisi Megibung ini dilakukan di kabupaten Karangasem, Bali. Adapun kegiatan ini dilakukan dengan memasak dan makan bersama dengan cara membentuk lingkaran sambil duduk bersila.
Masyarakat di sana biasaya memasak makanan tradisional kemudian nasi disajikan di wadah beralaskan daun pisang yang disebut gibungan, lalu untuk lauknya juga disajikan dia tas daun pisang yang disebut karangan.
Megibung ini sudah ada sejak tahun 1692 M. Pertama kali diperkenalkan oleh Raja Karangasem yang bernama I Gusti Agung Angluran Ketut. Hingga saat ini, tradisi Megibung masih rutin digelar setiap tahun.
-
Suro’ Baca dari Sulawesi Selatan
Tradisi menjelang puasa Ramadan yang sering dilakukan di Makassar adalah Suro’Baca. Ini datang dari kalangan suku Bugis.
Namun ternyata Suro’Baca ini merupakan akulturasi budaya Hindu juga ajaran Islam.
Hal ini tertulis dalam sebuah jurnal penelitian yang berjudul Pesan Dakwah Tradisi Suro’Baca ditulis oleh Basir tahun 2020. Di jurnal tersebut dituliskan bahwa awala mula tradisi tersebut berasal dari kebudayaan orang Hindu yang telah lebih dulu menetap di daerah tersebut.
Biasanya Suro’Baca dilakukan di akhir bulan Syaban atau h-7 datangnya bulan Ramadan. Tradisi ini dilakukan dengan berdoa bersama dilanjut makan bersama dan kemudian ziarah ke makam para leluhur.
Tidak salah jika kita bisa dengan bangga menyebut bahwa Indonesia adalah negara dengan sejuta budaya. Begitu banyak budaya yang ada sejak zaman dulu dan masih dilestarikan sampai sekarang.
Emak-emak barangkali ada yang menambahkan tradisi di tempat tinggal atau asalnya? Cuss, tulis di kolom komennya ya.
Selamat menyambut bulan puasa Ramadan, Emak-emak. Semoga di bulan suci penuh berkah ini, kita bisa melaksanakan ibadah lebih baik lagi dan mendapatkan berkah olehNya. Amin.
Stay safe and healthy.