Saya sedang menonton televisi bersama suami sore itu. Serial TV kesukaan saya New Girl episode yang kami tonton sedang menceritakan Jess, karakter utamanya, wanita yang bubbly, quirky dan eksentrik akhirnya bertemu dengan seorang pria yang dia sukai. Yang menarik, gebetannya ini betul-betul mirip dengannya. Sama bubbly-nya, serupa quirky dan eksentriknya. Bahkan mereka sama-sama suka menyanyikan apa yang ingin mereka ucapkan. Ha! Singkat kata, sang gebetan ini bisa dibilang kembaran Jess, hanya bedanya (tentu saja) Paul-begitu nama gebetan Jess- ini lelaki.
Saya sempat nyeletuk begini, “Wah mungkin mereka memang jodoh ya, habis semuanya sama dan serupa. “ Kemudian saya jadi berpikir, wait.. seharusnya cocok dan berjodoh itu karena sama atau beda ya? Karena kalau dipikir-pikir, saya dan suami hampir tidak ada persamaannya. Suami tergila-gila dengan musik jazz. Bukan jazz yang ringan yang masih bisa didengarkan di radio, tapi jazz kelas berat yang nama penyanyinya saja saya tidak pernah dengar. Bahkan, saya juga sering pusing mendengarkan musiknya. Sebaliknya, profesi saya sebagai penyiar radio (dan sudah berjalan hampir 10 tahun ini) menempatkan saya di posisi tahu-segala-macam-jenis-penyanyi-girlband-boyband-band-baru-yang-kata-orang-kacangan. Bukan hanya penyanyinya, saya hafal semua lagu-lagu yang menurut suami cheesy itu. Saya hafal lagu terbaru Cherybelle, bahkan gerakan dance mereka. Suami? Ah, saya yakin, kalau bukan karena istrinya ini, pasti dia tidak tahu Cherybelle itu apa. Malah mungkin mengira itu adalah jenis makanan baru.
Saya –layaknya emak-emak yang lain:p- mengikuti gosip yang beredar di infotainment. Saya tahu siapa artis yang digosipkan dekat dengan artis lainnya, siapa yang mau bercerai, siapa yang terkena musibah, siapa yang ternyata hamil sebelum menikah dan lain-lain. Sementara ketika saya dengan hebohnya menceritakan gosip yang baru saja saya tonton di tv, suami hanya bertanya enteng, “Siapa itu? Artis?” yang akhirnya membuat saya kehilangan gairah dan napsu untuk meneruskan cerita dengan berapi-api. Padahal artis yang saya ceritakan itu bukan skuter alias selebriti kurang terkenal lho. Benar-benar terkenal. Errrr. Tapi sebaliknya, ketika suami bercerita kepada saya dengan semangat tak kunjung padam mengenai tekhnologi per-gadget-annya lengkap dengan sejarah hidup penciptanya dan segala macam trivia yang saya juga tidak mengerti darimana sih dia tahu, saya hanya bisa menatapnya dengan pandangan “Errrr.. apaan tuh?”
Sama halnya dengan tontonan kami. Disaat saya gampang sekali tercampur aduk emosinya karena serial Switched At Birth atau Revenge, suami malah kebingungan apa menariknya yang saya tonton. Sementara saya yang berpikir apa menariknya sih melihat suatu benda dibuat (dalam How It Made) atau malah melihat kehidupan binatang-binatang di Nat Geo Channel. Bagaimana proses pembuatan sebuah jam tangan bisa lebih menarik dibandingkan usaha balas dendam Emily Thorne yang penuh dengan intrik itu? Saya hobi membaca. Novel, setebal apapun pasti akan saya baca habis dalam sehari. Suami? Oh no, seumur pernikahan kami, sekali pun saya tidak pernah melihat dia membaca novel. Tapi buku-buku tentang finance (yang tidak akan saya sentuh) menumpuk di kamar kami dan rajin dia baca. Suami saya sangat tergila-gila dengan aktivitas fisik, terutama yang menantang. Semakin ‘mengerikan’, semakin beresiko, semakin baik. Saya? Duh, saya sih masih sangat mencintai jantung saya. Lebih baik nge-blog deh daripada disuruh diving atau bungee jumping. Saya bahkan pernah bilang ke suami, dibayar sejuta pun untuk disuruh diving saya tidak mau. NO!
Jadi, sebenarnya apa persamaan kami? Atau masa kami tidak cocok? Ketika saya –yang kepikiran- menanyakan ini pada suami, eh dia malah menjawab dengan pernyataan yang tidak pernah saya duga. “Lho? Kita kan sama banget”. Ha? Apa samanya? Kemudian suami saya menyebutkan beberapa point yang akhirnya membuat saya tersadar. Kami memang sama!
Walaupun berbeda aliran, tapi kami mencintai musik. Kami sama-sama menguasai alat musik dan sama-sama mengharapkan kelak anak kami Naya juga akan mencintai musik. Ikut aliran yang mana? Yang mana saja yang kelak dia sukai:p Sama halnya dengan membaca. Walaupun jenis buku yang dibaca berbeda, kami sama-sama suka membaca dan sama-sama mengharapkan kelak Naya juga akan senang membaca. Apa yang dibaca? Tidak kami batasi, karena kami percaya apapun jenis bacaannya, pasti akan memberikan pengetahuan baru. Semakin banyak pengetahuan, semakin luas wawasan bukan?:D
Saya tersadarkan, saya menyukai serial drama ataupun mengikuti gosip terbaru itu sama saja esensinya dengan suami saya yang menyukai tontonan dokumenter atau binatang-binatang yang menurut saya engga jelas itu:p Demikian pula dengan aktivitas fisik ataupun gadget yang disuka suami saya dibandingkan dengan kesukaan saya terhadap menulis. Kami sama-sama suka mencari wawasan-atau pelarian ya?;p-di luar bidang kedokteran yang sudah kami temui setiap hari. Masalah kenapa saya lebih memilih drama dan gosip mungkin karena naluri saya sebagai wanita ya hehe. Lain lagi alasan saya menulis. Saya menulis karena saya suka sekali mengeksplor diri saya sendiri. Sama saja ya sepertinya dengan kegiatan penuh adrenalin rush suami yang tentu saja tujuannya pun untuk mengeksplor diri. Jadi, sebenarnya saya dan suami sama atau tidak sih? Ah setelah saya pikir-pikir kembali, tergantung juga dari cara pandangnya. Banyak juga lho kesamaan kami. Im not really into fashion things. Neither is my husband. Kami sama-sama menyukai Friends, How I Met Your Mother, New Girl, Numbers dan Walking Dead. Kami sama-sama suka travelling. Kami sama-sama suka berbicara di depan orang banyak. Kami sama-sama suka fotografi (Walaupun yang satu sebagai subyek, lainnya sebagai obyek:p). Saya tidak suka keramaian, begitu juga suami saya. Yang paling penting, prioritas saya nomer 1 dalam hidup adalah keluarga kecil kami dengan Naya didalamnya, dan demikian pula suami:)
Jadiiiii, kesimpulannya sama atau beda sih? Terserah deh, yang jelas menurut saya,mau sama kek, mau beda kek, yang terpenting tujuan kami dalam membina rumah tangga ini sama. Semoga keluarga kami bisa menjadi keluarga yang sakinah mawadah warrahmah, amin:)
Suka sekali sama tulisan mak Meta yg ini. jadi inget pernah jg nulis yg kurleb sama dulu waktu belom nikah http://rindrianie.wordpress.com/2010/06/18/soulmate-jodoh-kekasih-hati/ hihihihi