Harmonisasi Alam di Danau Lido

By admin on June 27, 2013

Foto 1 Danau Lido

Danau Lido

Penulis: Mak Haya Aliya Zaki

Liburan akhir tahun lalu, saya dan keluarga menghabiskannya di Danau Lido. Danau Lido merupakan tempat wisata favorit keluarga kami. Letaknya di pinggir Jalan Raya Sukabumi, Desa Wates Jaya, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Tepatnya, di perbatasan antara Bogor dan Sukabumi. Jaraknya tidak begitu jauh dari Jakarta, sekitar 65 km. Waktu tempuh lebih kurang dua jam dengan mengendarai mobil.

Saya bermalam di hotel bintang empat di dekat Danau Lido. Selain harganya terjangkau, hotel ini memiliki fasilitas lengkap seperti kolam renang, spa, taman bermain anak-anak, lapangan badminton, dan golf. Danau Lido terlihat jelas dari taman hotel.

Bagi saya, waktu paling enak main ke Danau Lido adalah pagi hari. Selesai sarapan di hotel, saya dan keluarga turun menuju Danau Lido yang luas dan berwarna hijau bening. Kabarnya, danau ini adalah danau buatan. Awalnya sebuah rawa. Rawa dibendung dan terbentuklah danau. Meski begitu, indahnya Danau Lido tak kalah dengan danau yang asli terbentuk karena proses alam.

Di pinggir Danau Lido banyak rakit bambu dan bebek-bebekan yang disewakan jika pengunjung ingin menyusuri danau. Sewa rakit bambu Rp140 ribu rupiah, sedangkan bebek-bebekan Rp30 ribu. Satu bebek-bebekan hanya muat dua orang. Maka, saya memilih naik rakit. Satu keluarga bisa naik sekaligus. Saya juga tidak perlu capek-capek mendayung. Dua lelaki berusia empat puluhan, telah siap sedia mendayung rakit.

Danau Lido

Danau Lido

Di atas rakit yang berjalan pelan, angin sepoi-sepoi menerpa lembut pipi saya. Saya menghirup napas dalam-dalam. Hm, udara segar memenuhi rongga paru-paru. Mata juga relaks memandangi pohon-pohon pinus yang tegak mengelilingi danau. Beberapa pemuda tampak sedang santai memancing. Tak lupa saya mengabadikan pemandangan puncak Gunung Salak yang tersaput awan. Di kejauhan, burung-burung terbang beriringan. Harmonisasi alam begitu terasa. Saya semakin mensyukuri dan mengagungkan mahakarya Sang Pencipta. Ada satu hal lagi yang saya suka dari Danau Lido. Kebersihannya cukup terpelihara. Tidak ada sampah, baik di pinggir maupun di tengah danau.

Saya mampir ke Pulau Biola yang ada di tengah-tengah Danau Lido. Tidak begitu banyak yang dilihat, cuma semak-semak dan pepohonan. Di Pulau Biola, banyak orang menjual jagung bakar dan kelapa muda. Dengan mengeluarkan uang lima ribu rupiah, saya sudah bisa menikmati satu jagung bakar gurih.

Fasilitas lain yang patut dicoba di Danau Lido adalah olahraga  flying fox yang menantang. Rasakan sensasi berayun di angkasa dari ujung danau yang satu ke ujung danau yang lain. Seru! Puas menyusuri danau, saya dan keluarga jalan-jalan ke Pegasus Aero Club Indonesia. Di sini pengunjung bisa mencoba aneka olahraga udara yang tak kalah menantang. Ada trike, fix wings, dan gantole. Per 20 menit dikenakan tarif Rp400 ribu. Trike dan fix wings masing-masing bisa dinaiki dua orang. Pengunjung duduk di belakang, sedangkan pilot di depan. Fix wings bentuknya seperti pesawat baling-baling. Khusus gantole, karena tidak memakai pilot, pengunjung yang mengendarai haruslah yang sudah lulus “sekolah gantole”. Saya belum berani mencoba ketiga olahraga udara ini hehehe. Selain itu, tarifnya cukup mahal.

Gunung Salak

Gunung Salak

Siangnya, saya salat zuhur di Masjid Raya Al Azhim yang masih satu kecamatan dengan Danau Lido. Masjid Raya Al Azhim didominasi warna hijau muda. Kubahnya berwarna emas. Luasnya 3000 meter persegi. Lumayan megah. Menurut pengurus masjid, belasan tahun lamanya masyarakat Cigombong mendirikan masjid ini. Dana yang dihabiskan tak tanggung-tanggung. Hampir tiga miliar! Sayang, masjid ini sepertinya kurang terawat. Saya melihat sampah di beberapa sudut. Cat tembok juga terkelupas di sana-sini.

Selesai salat zuhur, saya dan keluarga makan siang. Saya memilih makan siang di Ayam Bakar Pak Atok, bukan rumah makan terapung di dekat danau. Sejak berangkat, saya memang berencana mencicipi ayam kampung bakar dengan bumbu terasi maknyus ala Ayam Bakar Pak Atok. Selain ayam bakar, rumah makan ini juga menyajikan macam-macam menu seafood yang menyelerakan. Saya mencoba ikan bumbu mas asam manis. Wah, ternyata, kelezatannya setali tiga uang dengan ikan gurami bumbu asam manis! Dalam sekejap, semua hidangan tandas tak bersisa. Sore hari, kami siap-siap pulang ke rumah. Oleh-oleh khas Bogor, yakni asinan bogor, talas bogor, dan roti unyil, tak lupa dibeli untuk sanak saudara dan tetangga. Kali lain, kami pasti kembali lagi ke Danau Lido. Menikmati denting-denting merdu harmonisasi alam yang tak terlupakan. []

Semua foto dokumentasi pribadi.

 

    Leave your comment :

  • Name:
  • Email:
  • URL:
  • Comment: