Tulisan mak Indah Nuria Savitri untuk Hari Batik
Pagi ini… saya menghabiskan waktu agak lama di depan lemari pakaian.
Hmm…what to wear today? …or perhaps to be exact…which BATIK that I am going to wear today…
Yuup…hari ini, tanggal 2 Oktober memang telah dikukuhkan sebagai hari Batik Nasional.
Tidak tanggung-tanggung lho…sejak tahun 2009, melalui Keputusan Presiden RI No. 33 tahun 2009 yang dikeluarkan pada tanggal 17 November 2009, 2 Oktober pun ditetapkan sebagai Hari Batik Nasional.
Di hari yang sama, Batik Indonesia telah dikukuhkan sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity , masuk dalam Daftar Representatif Budaya Takbenda warisan manusia oleh United Nations Educational Scientific Cultural Organization (UNESCO), badan PBB yang menangani berbagai isu yang berkaitan dengan pendidikan, keilmuan serta budaya dunia.
Sungguh suatu prestasi yang membanggakan … dan tentu saja merupakan bentuk pengakuan dunia internasional terhadap warisan nenek moyang kita. Namun itu saja tidak cukup, karena bagian tersulit adalah melestarikan budaya Batik dan menjadikannya sebagai bagian tidak terpisahkan dalam hidup kita. Mungkin ini yang menjadi salah satu pertimbangan ditetapkannya Hari Batik Nasional, untuk terus memupuk dan mempertebal rasa bangga dan cinta budaya Indonesia serta mempromosikan khazanah budaya Indonesia yang memang luar biasa ke seluruh dunia.
Sebagai seseorang yang lahir dan dibesarkan di Lampung, Sumatera, meskipun tidak asing, namun Batik bukanlah sesuatu yang dipakai sehari-hari layaknya seperti di Jawa. Maka tidak heran kalau untuk kami, Batik identik dengan Jawa, tempatnya berasal. Kami yang tinggal di Lampung lebih banyak memanfaatkan Tapis dan Kain Kapal khas lampung sebagai hiasan rumah maupun souvenir.
Di keluarga saya sendiri, karena kakek dari ayah berasal dari Cirebon, maka kami memiliki beberapa kemeja dan kain Batik tulis halus asal Cirebon, paling tidak motif mega mendung dan burung khas Cirebon sering saya lihat di kemeja Kakek dan Ayah almarhum. 😀 Selain itu, bentuk lain ‘kehadiran’ Batik di rumahku adalah taplak meja dan sarung bantal, lagi-lagi Batik Cirebon yang semarak mengisi rumah. Oh iya, plus kain gendongan yang kondang itu.
Saya ingat waktu kecil, semasa TK dan SD, selalu ada satu hari di mana kami mengenakan batik yang dikeluarkan sekolah. Rasanya seragam batik sekolah pun sampai saat ini masih dipakai oleh anak saya yang tengah duduk di Sekolah Dasar. Dan jangan lupa, sebagai bagian dari Korps Pegawai Negeri Sipil, kami pun punya Batik Korpri “D. Terlepas dari motif yang digunakan ataupun teknik yang dipakai dalam memproduksinya, tetap saja seragam bercorak itu identik disebut dengan Batik. Tentu saja ini merupakan langkah nyata untuk terus melestasikan Batik.
Tapi sejak saya bekerja dan pindah ke Jakarta, bertemu dengan banyak Batik lovers dan fashionista serta banyaknya Batik dalam berbagai bentuk dan media di mana-mana membuat mata saya ‘lebih terbuka’.
Hal ini pula yang membuat saya ingin tahu lebih banyak mengenai Batik.
Saya baru sadar dan harus mengakui bahwa selama ini, saya lebih pada penikmat Batik. Saya tidak tahu sejarah batik, berbagai motif batik nusantara, proses pembuatan, dan berbagai hal terkait lainnya. Saya pernah punya cita-cita belajar Batik, tapi belum kesampaian hingga kini. Pernah mencoba, tapi amatiran bangeet.
Untungnya, hampir semua informasi yang dibutuhkan telah tersedia di berbagai sumber terbuka. Rasanya tidak perlu mengulangnya di sini :D. Dari mulai wikipedia hingga situs resmi UNESCO, plus begitu banyak blog dan berita media yang mengulas mengenai Batik. Info dari A sampai Z mengenai Batik rasanya memang ada, dan tentu saja ini membuat pamor Batik makin meningkat. Belum lagi beragam acara pameran tahunan, eksibisi, dan event-event besar yang juga mengusung Batik sebagai produk unggulan. Berbagai platform lain pun, baik di dalam maupun di luar negeri, marak digunakan sebagai media promosi Batik, melibatkan para desainer Indonesia ternama, musisi, selebriti, dan banyaaak lagi, termasuk bloggers.
Dan memang, tak kenal maka tak sayang…
Makin tau mengenai sejarah, proses, motif, filosofi dan cerita lain dari Batik, makin cinta dan banggalah saya dengan produk khas Indonesia ini. Tidak salah jika nenek moyang kita sejak dulu memberi tempat yang istimewa untuk Batik
Batik memang bukan hanya sekedar sehelai kain, namun sarat dengan berbagai simbol yang kaya akan lambang status sosial, komunitas, alam, sejarah dan warisan budaya. Mulai dari pemilihan warna dan pola yang penuh dengan ‘isi’ dan makna. Tidak heran kalau Batik merupakan identitas tersendiri yang lekat dengan bangsa Indonesia, mulai sejak lahir hingga kembali ke pangkuan-Nya.
Saya ingat waktu kami akan berangkat penempatan ke Swiss, saya berburu batik untuk dibawa ke negeri yang terkenal dengan coklat dan kejunya tersebut. Mulai dari seprai dan bed cover, sarung bantal, hiasan hingga piring Batik :D. Berbagai topeng kayu berhiaskan batik, topi caping, dan souvenir batik lainnya pun turut saya bawa. Kain dan pakaian serta tas dan dompet batik tak terhitung banyaknya. Bukan hanya untuk saya, tapi juga untuk Rudi, suamiku dan Bo (si cantik Obi belum lahir kala itu 😀 ) Beberapa syal dan souvenir kecil pun ikut saya siapkan untuk cinderemata bagi rekan-rekan diplomat asing di tempat saya bertugas tersebut.
Dalam banyak kesempatan, saya juga selalu menyempatkan diri mengenakan Batik maupun kain Nusantara lainnya. Saat Dewan HAM PBB mengadakan UN Cultural Day atau hari di mana setiap delegasi mengenakan pakaian tradisional asal negaranya, batik pun turut menyemarakkan Alliance of Civilization Room or Room 20 di Palais des Nations, kantor PBB di Jenewa, Swiss. Dalam kesempatan lain, seperti resepsi diplomatik HUT RI maupun dalam Bazaar UN, Batik kembali dipromosikan. Alhamdulillaah… warga dunia semakin kenal dan cinta dengan Batik, apalagi kita sebagai pewaris budayanya.
Kebiasaan berburu Batik saya teruskan setelah kembali ke Indonesia…setiap saya ada kesempatan untuk mengunjungi propinsi lain, saya pasti berburu Batik maupun kain khas dari propinsi-propinsi tersebut. Termasuk waktu mengikuti ASEAN Blogger Festival di Solo, yang juga terkenal dengan Batiknya. Walaupun mungkin tidak selalu tepat disebut sebagai Batik, tapi saya selalu saja berhasil menemukan Batik khas daerah dari luar Jawa, termasuk dari Pontianak, Papua, Lampung, dan Jambi. Senang rasanya bisa menambah banyak koleksi kain Batik Indonesia ini.
Sekarang, kami sekeluarga hampir selalu menggunakan Batik di berbagai kesempatan. Bahkan di bontot Obi, atau dede Nadine, juga menggemari koleksi Batiknya yang lumayan banyak. Batik memang pas untuk semua.
Satu yang saya belum punya dan pengen punya… kacamata berbingkai motif batik :D. Kebayang kan kereeennya. Ada yang punya ngga?
So, hari ini… saya memutuskan memakai Batik asal Jogja motif Gurda kombinasi warna hitam, coklat dan hijau toska. Tas Batik motif sekar jagad dan motif kawung.
How Batik are you?
uwah memang ya batik kita itu makin hari makin keren….hehehe si obi itu lucu banget sih