Oleh : Mak Yervi Hesna
Pertama Kali Butuh Asisten Rumah Tangga
Memasuki masa melahirkan anak kedua yang kebetulan kembar, saya dan keluarga berusaha untuk mencari Asisten Rumah Tangga (ART). Selama ini saya tidak pernah menggunakan jasa ART.Di sela kesibukan sebagai staf pengajar pada salah satu perguruan tinggi negeri di Kota Padang, saya masih bisa membagi waktu antara kegiatan di Kampus dan kewajiban di rumah.
Namun kali ini, saya akan melahirkan bayi kembar yang tentunya repot pengasuhannya pun double, di samping itu masih ada si kakak yang baru genap 3 tahun dengan segala kemanjaaan dan kecemburuannya nantinya sebagai kakak baru. Mau tak mau saya pun berkeinginan untuk menggunakan jasa ART.
Dibantu oleh kolega orangtua, akhirnya seminggu menjelang melahirkan saya mendapatkan ART. Sayang ART perdana ini, hanya bertahan dua malam saja di rumah saya.Hari kedua dia di rumah, pada sore harinya, dia mengatakan kepada saya bahwa anak kakaknya meninggal di kampung dan dia minta izin pulang. Saya curiga karena sebelumnya dia tidak menunjukkan gelagat apa pun. Kemudian dibantu oleh kolega orangtua yang mendatangkan ART ini ke rumah saya, diperoleh informasi bahwa tidak ada kejadian apa pun di kampung ART saya ini. Setelah di desak akhirnya si ART ini pun mengaku dia tidak betah bekerja di rumah saya karena di sini (baca : Padang) panas katanya.
Tiga hari setelah saya melahirkan, akhirnya ART pengganti datang.Kali ini saya dan keluarga sudah merasa sreg pada pandangan pertama.Giman tidak?Masih muda masih 20 tahun.Bersih dalam berpakaian dan orangnya tidak banyak bicara. ART yang pertama, selama 2 malam di rumah saya, hanya sekali dia mandi, yakni hari ketika dia akan pulang ke kampungnya. Hari-hari kemudian saya dan keluarga juga semakin bertambah sayang ke ART yang kedua ini.Rajin dan cekatan dalam bekerja serta hasil kerjanya juga rapih.Mana anaknya juga rajin sholat dan akrab dengan anak saya yang pertama.Orangtua saya pun tak henti-hentinya mengingatkan kepada supaya memperlakukan ART yang kedua ini seperti adik.Kalau ada makanan di kasih, kalau ada hasil pekerjaan yang kurang bersih, diulangi sendiri.Yang paling membuat saya ‘sayang’ adalah dia tidak keberatan mencuci pakaian kotor bayi kembar saya.
Namun kegembiraan ini hanya bertahan tiga bulan saja.Setelah menerima gaji untuk ketiga kalinya, ART yang kedua ini minta izin pulang pada sore hari karena mendapatkan kabar ayahnya sakit. Saya mengizinkan, walau ada perasaan aneh karena membawa pakaian dalam jumlah cukup banyak, padahal ART saya ini hanya mengatakan 2 hari saja ketika saya tanya untuk berapa lama dia pulang. Namun saya membesarkan hati saya sendiri karena kopernya masih ditinggal.
Kekhawatiran saya akhirnya terbukti. Pada hari yang dijanjikan oleh ART akan kembali, dia mengirimkan pesan singkat bahwa dia tidak bisa kembali ke rumah saya dengan alasan membantu ibunya berjualan karena kondisi ayahnya yang masih sakit. Saya dan suami merasa sedih dan gamang.Sedih karena saya telah telanjur ‘jatuh hati’ terhadap sifat dan sikapnya selama ini, gamang karena saya baru saja bekerja lagi setelah habis cuti melahirkan.
Saya sendiri tidak habis pikir kenapa ART ini tega ‘mengkhiatani’ saya.Selama tiga bulan di rumah saya dan keluarga tidak sekali pun memarahinya.Saya benar-benar memperlakukannya seperti anggota keluarga saja.Buah-buahan dan makanan selalu dikasi setiap hari.Makan malam selalu saya ajak bergabung, kalau mau makan ambil sendiri nasi dan lauk pauknya.Bahkan ongkos pulang kampung pun diberi.Demikian juga dalam soal gaji, cukup layak saya berikan.Dari kolega orangtua yang membantu mencarikan ART saya terdahulu diperoleh informasi bahwa ART memanng kelakuannya seperti itu. Tiga bulan bekerja kemudian minta berhenti sambil mencari lagi rumah yang lain. Disebutkan hal itu dilakukan untuk mengatasi kebosanan akibat kerja yang monoton setiap harinya.
Gamangnya Menghadapi Hari-hari Tanpa ART
Yang ditakuti hidup setelah ditinggal ART adalah mengembalikan ritme kehidupan ke yang lama.Setelah selama ini mayoritas pekerjaan diambil alih oleh ART dan saya hanya praktis kebagian mengurus si Kembar, tiba-tiba sekarang terpaksa harus memikul semuanya.Pastinya ini tidak mudah. Biasanya bangun di pagi hari jam 05.30 WIB, saya harus menjadwal ulang bangun tidur saya supaya lebih pagi sehingga pekerjaan mengurus segala keperluan anak, suami dan saya bisa terselesaikan sebelum anak-anak bangun. Di sore hari sehabis pulang kerja, pastinya saya tidak akan bisa tidur sejenak untuk melepas lelah. Sudah mengantri pekerjaan rumah tangga lainnya seperti menyuci pakaian, piring, beres-beres rumah dan sebagainya.Di akhir minggu juga demikian. Artinya saya dan suami harus mengatur ulang semua kehidupan yang telah selama ini kami jalankan dengan adanya ART. Kami harus bisa membuat prioritas, urusan atau pekerjaan apa yang mesti di dahulukan, mana yang ‘wajib’ dan mana yang ‘sunah’ sifatnya.
Ternyata Kami Bisa
Ketika saya ditawari lagi untuk ART yang ketiga, saya langsung menolaknya.Saya dan suami sudah bersepakat untuk bersama-sama mengerjakan pekerjaan rumah tangga tanpa adanya bantuan dari ART.Saya tidak ingin lagi merasakan kesusahan dan kegamangan dalam mengembalikan ritme kehidupan tanpa adanya ART.Gak enak terpontang panting dalam urusan pekerjaan rumah yang tidak ‘well management’.
Ya, kami benar-benar bersama dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga.Kadang-kadang saya yang mencuci piring, suami yang merapikan dan membersihkan rumah.Tapi sering juga ini dilakukan bersama. Bagian memasak saya yang lebih sering kebagian.Adanya teknologi sebenarnya memudahkan kita dalam mengurusi pekerjaan rumah tangga.Sekarang sudah ada rice cooker untuk memasak nasi.Sudah ada mesin cuci untuk membantu mencuci. Jadi praktis tinggal mencuci pakaian si kembar yang kotor karena pups, menjemur pakaian, menyeterika dan memasak dan mencuci piring yang masih dikerjakan dengan manual di rumah saya. Bagian ini lah yang kami bagi secara proporsional.
Anak-anak saya putuskan dititipkan ke TPA (tempat penitipan anak) semuanya sejak si kembar umur 3 bulan. Ketika masih bayi biasanya si kembar bangun jam tujuh pagi. Maka sebelum bangun, saya sudah harus memasak, menyiapkan segala kebutuhkan anak-anak di TPA, memandikan si kakak dan menyiapkan diri saya untuk bekerja. Jam 7.30 biasanya saya udah berangkat ke TPA. Kemudian kakak-kakak pengasuh di TPA yang akan memandikan bayi kembar saya. Saat bayi pertama telah selesai mandi, kemudian saya susui sampai terlelap.Setelah bayi kedua juga terlelap setelah saya susui, kemudian baru saya berangkat ke tempat kerja. Saat itu rata-rata jam 9 saya baru berangat menuju kerja dari TPA.
Sekarang si kembar saya sudah berumur hampir dua tahun, dan si kakak sulung telah sekolah TK. Alhamdulilah sekarang tidak terlalu ribet, karena kakek telah pensiun dan bisa menemani cucunya main di pagi hari di kala saya menyiapkan segala sesuatu keperluan nantinya.
Tips dan Trik Working Mom di Rumah Tanpa ART
Nah, berikut saya bagikan buat emak-emak yang keren tips dan trik mengerjakan beberapa pekerjaan rumah tangga dengan cepat dan tepat. Semoga berguna ya mak.
1. Mencuci piring dengan cepat
Saya biasanya mencuci piring bekas makan serta peralatan masak dua kali sehari yakni sore hari dan pagi hari. Berikut ini saya sampaikan tips dan trik saya dalam mengerjakan cuci piring supaya cepat dan terasa cepat.
a. Bersihkan semua bekas makanan yang ada di piring dan taruh sampahnya di tong sampah.
b. Kelompokkan dan tumpuk semua barang pecah belah berdasarkan fungsi dan bahannya, sep gelas, piring untuk lauk, piring makan serta Tupperware dll
c. Urutkan mencuci dari kelompok yang paling sedikit kotornya dan paling sedikit mengandung minyak yakni gelas, Tupperware/bahan plastic berturut-turut kemudian piring lauk, piring makan serta sendok garpu.Kelompok peralatan memasak lainnya menempati giliran terakhir untuk di cuci.
d. Sabuni satu kelompok kemudian langsung bilas dan taruh di tempat untuk menaruh cucian yang sudah bersih. Kemudian baru sabuni lagi dan cuci kelompok lain serta taruh lagi di tempat yang sudah bersih. Ulangi lagi prosesnya untuk kelompok berikutnya. Dengan cara seperti ini akan terasa pekerjaan mencuci piring terasa lebih cepat.
2 Mencuci, melipat dan menyetrika pakaian
Melipat dan menyeterika pakaian merupakan pekerjaan yang membutuhkan ruangan cukup besar. Cukup besar memang karena produktifitas kami dalam mencuci cukup tinggi, alias ada lima kepala yang harus dicuci setiap waktunya. Sehingga saya mengfungsikan kamar bekas pembantu sebagai stockist pakaian bersih yang sudah kering.
Supaya mencuci efektif dan efisien, berikut saya sampaikan cara saya mengelola pakaian kotor.
a. Saya menerapkan setiap pakaian kotor mempunyai tempatnnya masing masing. Pakaian dinas dan pakaian kerja saya dan suami yang mempunyai tempat sendiri, demikian pula untuk pakaian harian saya dan suami. Pakaian anak anak juga demikian. Pakaian kotor yang berwarna dan putih seperti singlet dan celana dalam dibedakan tempatnya, karena untuk pakaian putih nantinya akan diberi pemutih.
b. Setiap jenis pakaian waktu penyuciannya dibedakan, misalnya hari ini mencuci pakaian kerja saya dan suami, besok mencuci pakaian harian saya dan suami, besoknya lagi pakaian anak-anak yang berwarna, hari besoknya lagi pakaian anak-anak yang berwarna putih, dan begitu seterusnya.Kalau volumenya tidak terlalu banyak, bisa juga setiap kelompok pakaian dibedakan wadah merendamnya.
c. Untuk pakaian bayi yang kotor karena pipis dan pups, biasanya saya cuci setiap hari dengan manual.
d. Untuk jenis lainnya yang kotor seperti handuk dan sprey, biasanya saya cuci sekali seminggu atau sekali dua minggu tergantung kebutuhan.
Untuk pakaian yang sudah bersih berikut tips dan triksnya yang saya lakukan :
a. Adanya pemisahan jenis pakaian yang dicuci nantinya akan membantu saya dalam melipat dan menyetrika pakaian. Bagaimana bisa?Karena memang kami dikeluarga menerapkan praktik menyetrika pakaian di subuh hari pada hari kerja.Ini tidak direkomendasikan ya mak. He..he..
b. Pakaian yang sudah kering yang dicuci berdasarkan jenis pengelompokan diatas, akan ditaruh di keranjang pakaian yang berbeda. Ini akan memudahkan saya dalam melipat pakaian dan mencari pakaian yang akan diseterika.
c. Untuk menghemat tenaga dan waktu dalam menyeterika, sprey yang sudah bersih akan saya jadikan alas untuk menyeterika, sehingga secara tidak langsung sprey tadi akan menjadi licin karena dijadikan alas sterika pakaian, dengan begitu saya tidak perlu lagi menyetreika sprey.
3. Membersihkan rumah
a. Untuk membersihkan dan menyapu rumah saya dan suami biasanya membersihkan di sore hari sebelum menjemput anak-anak di TPA. Supaya menghemat waktu kegiatan bermain anak-anak saya fokuskan hanya di ruang keluarga, sehingga ruangan yang lain dapat dengan cepat disapu dan dirapikan.
b. Menyapu setiap hari sifatnya hanya bersih-bersih untuk hari itu. Di akhir minggu saya baru menyapu yang sifatnya lebih jelimet dan lebih ‘dalam’ seperti menjangkau debu-debu di plafond dan di bawah tempat tidur.
c. Membersihkan debu meja, kursi dan perabotan lainnya juga dilakukan setiap minggu.
****
Saya meyakini bahwa apa yang saya jalani belum tentu tepat dan sesuai dengan kondisi keluarga mak-mak yang lain. Poin-poin diatas hanya merupakan gambaran bahwa kita bisa menjalani rutinitas pekerjaan rumah tangga tanpa adanya bantuan dari ART. Saya meyakini satu hal bahwa kita harus membuat pilihan tertentu dalam hidup yang masing-masingnya memiliki konsekuensi tersendiri.Namun sepanjang pilihan yang dijalani dapat membuat saya, anda dan kita semua nyaman, maka itu merupakan pilihan yang terbaik, menurut saya tentunya. Dan saya telah membuat keputusan bahwa saya, suami dan anak-anak untuk menjalani kehidupan tanpa bantuan dari ART setidaknya untuk saat ini dan beberapa waktu yang akan datang. Setuju, mak?
Facebook: yervi.hesna
Twitter:@yervihesna
Blog http://staff.unand.ac.id/yervi
Memang ribet ya mak Yervi kala kita harus ‘putus’ dg ART. Sebenarnya semua pekerjaan rumah tangga itu bisa aja kita handle, cuma yg paling sulit itu saat kita mikirin ntar anak2 di rumah sama siapa. Untung ada penitipan anak ya mak, klo saya krn ada saudara yg tinggal serumah jadi lebih tenang gitu, merasa aman krn anak2 saya pastinya lebih disayang dibandingin klo dititipin ke ART ataupun TPA.
Semoga sukses ‘manajemen’ keluarganya ya mak Yervi 🙂