Apakah Emak-emak dan keluarga termasuk yang rajin mengawali hari dengan sarapan atau sebaliknya karena berpikir sarapan adalah aktivitas yang membuang waktu ? Jika masih berpikir untuk melewatkan sarapan dan menyatukannya dengan makan siang dengan alasan penghematan atau mengawali hari tanpa sarapan dengan alasan diet bahkan karena ingin langsing (!), sebaiknya ditinjau kembali deh.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) tahun 2010 terhadap 35.000 anak sekolah diperoleh data; 26,1% anak sekolah Indonesia hanya mengonsumsi minuman (air putih, teh atau susu) saat sarapan sedang 44,6% lainnya mengonsumsi sarapan dengan kualitas rendah sehingga mempengaruhi performa mereka saat belajar di sekolah seperti pusing, gemetar, rasa lelah hingga kurang konsentrasi(*). Selain berpengaruh terhadap daya pikir, tingkat energi seseorang untuk beraktivitas sepanjang hari, terlebih bagi anak dalam masa pertumbuhan; sarapan memenuhi 15-25 persen kebutuhan energi seseorang setiap harinya
Kondisi tersebut menggagas Pergizi Pangan Indonesia dan Sereal Sarapan Nestle bersama dengan Perstuan Ahli Gizi Indonesia, Perhimpunan Dokter Gizi Klink Indonesia beserta dukungan lembaga pemerintah mendeklarasikan Pekan Sarapan Nasional (PESAN) pada 8 Januari lalu. Ditetapkan pada hari itu; Pekan Sarapan Nasional sebagai agenda tahunan di setiap tanggal 14-20 Februari.
Tidak sarapan setelah lambung kosong setelah tidur artinya kita tidak memberikan asupan karbohidrat dan protein sebagai bahan bakar pada hari itu padahal inginnya segala aktivitas berjalan optimal. Sejatinya sarapan membuat kita menjadi lebih bersemangat dan produktif. Pada usia anak sekolah efeknya pada daya konsentrasi. Pada orang dewasa, sarapan memicu metabolisme tubuh dan menghindarkan diri untuk mengonumsi makanan yang berlebihan saat makan siang tiba.
Melewatkan sarapan ternyata juga meningkatkan tingkat resiko terkena diabetes, tekanan darah tinggi bahkan tingkat kolesterol. Dari penelitian disimpulkan bahwa mereka yang terbiasa sarapan memiliki respon insulin dan kadar kolesterol yang lebih rendah.
Secara umum, tubuh membutuhkan 15-20% protein, 55-65% karbohidrat dan 20-25% lemak. Nasi serta bijirin atau sereal ternyata disarankan sebagai sumber karbohidrat. Agar sifat kenyangnya lebih tahan lama, karbohidrat tersebut disarankan dilengkapi dengan protein.
Dilemanya adalah, saya bukan penggemar nasi untuk sarapan walaupun sumber karbohidrat ini selalu saya tekankan pada anak-anak sebagai menu sarapan di samping susu (emak curang, hehehe). Buat saya, rasanya susah sekali untuk menelan nasi di atas jam 9 pagi. Karena saya lebih memilih sereal beserta susu untuk mengawali hari, alhasil dua jenis makanan itu termasuk menu wajib keluarga. Tadinya saya mengonsumsi sereal plus susu saja. Bosan dengan rasa yang itu-itu saja maka sayapun mencoba kombinasi beberapa variasi. Hingga akhirnya saya mempunyai resep andalan sebagai berikut.
- 150 / 200 gram sereal rasa apa saja. Sekarang bahkan tersedia sereal untuk orang dewasa yang umumnya sugar free atau bebas gula.
- 250 cc susu UHT (dengan pertimbangan usia –ehm- saya pakai yang plain dan non-fat)
- 1 buah pisang ambon atau cavendish, potong-potong
- Buah kering campuran seperti kurma, kismis atau sukade
- Jika ingin ada unsur serat bisa tambahkan potongan buah segar seperti stawberry atau apel. Saya pilih strawberry. Selain rasanya yang segar mengimbangi rasa khas protein dari susu, rasa strawberry yang asam-asam manis bikin hari tambah seger !! Belakangan ini strawberry mudah ditemui di pasar tradisional dengan harga terjangkau, jadi bukan monopoli buah pasar swalayan besar saja.
Sejauh ini, saya belum pernah mengukur besaran kalori atas resep favorit tersebut. Namun hasilnya cukup memuaskan lambung saya yang biasanya berteriak minta diisi lagi di atas pukul 11 siang, jika saya mengonsumsinya di sekitaran pukul 8 pagi.
Terkadang saya sediakan menu andalan sereal ini untuk anak-anak jika mereka bosan dengan nasi sebagai menu sarapannya, . Bedanya, potongan buah saya kurangi jumlahnya.
Yuk Mak, kita perbaiki kebiasaan sarapan sebelum beraktivitas. Mari menjadi orang tua yang sehat agar bisa mendampingi anak-anak kita menjadi menjadi anak-anak Indonesia yang lebih baik, sehat dan cerdas.
(*) Sumber data Harian Kompas edisi Sabtu 15 Februari 2014
Dengan ritme harian di kota besar, makan besar paling sempat cuma 2X, sarapan tetep prioritas