Kadang ketika anak-anak sedang lasak atau tidak mau diam, orangtua mengeluh. “Ini anak kok nggak bisa diam, sih?”
Tapi apa yang terjadi ketika anak-anak benar-benar diam? Orangtua panik, karena kalau anak-anak diam biasanya sedang demam. Demam pada anak artinya bisa macam-macam, antara lain karena kecapekan, infeksi atau peradangan. Yang sering terjadi pada anak-anak adalah sebagai gejala awal flu atau radang tenggorokan. Orangtua juga perlu waspada terhadap tipus dan demam berdarah.
Pengalaman demam yang mengkhawatirkan pernah terjadi waktu anak saya masih duduk di bangku taman kanak-kanak. Seringkali anak saya pertama kali suhu badannya meningkat ketika sudah larut malam. Sama enggak dengan anak-anak emak? Malam-malam begitu praktek dokter pasti sudah tutup. Mau ke UGD kok berlebihan. Akhirnya begadang deh meres-meres handuk untuk mengompres.
Paginya, seringkali panas anak-anak sudah turun, jadi tidak kami bawa ke dokter. Eh, larut malam berikutnya suhu badan meningkat lagi. Begitulah anak-anak kalau demam, suhu badannya naik turun, membuat kita bingung. Waktu itu hari ketiga saya bawa ke dokter. Karena suhu badannya cukup tinggi, anak saya langsung disuruh menginap untuk observasi. Haduh, saya merasa sangat bersalah karena tidak segera membawa ke dokter.
Untunglah perawatnya sangat sabar. Sambil mengelap badan anak saya, terutama bagian lekukan, dengan air hangat, perawat itu memberikan beberapa nasehat. “Anak demam itu belum tentu berbahaya, bu. Tapi ibu harus selalu siap termometer untuk memantau. Kalau suhu badannya terlalu tinggi, ibu harus cepat-cepat menurunkannya dan jangan berhenti sebelum turun. Setelah itu pertahankan dengan obat penurun panas sesuai dengan dosisnya.“
Setelah setengah jam dilap-lap air hangat, suhu tubuh anak saya turun. Ih, cepet ya? Tapi masih ada kemungkinan suhunya naik lagi, jadi harus tetap dirumah sakit untuk observasi. Observasinya bikin sedih karena perawat beberapa kali mengambil sample darah anak saya untuk dianalisa apakah demam berdarah atau bukan, karena waktu itu di Jogja memang sedang mewabah. Lima kamar dideretan kamar anak saya saja, disebuah rumah sakit khusus anak, yang tiga adalah pasien demam berdarah. Ternyata dari hasil akhir pemeriksaan laboratorium, anak saya terkena gejala tipus.
Sejak saat itu, saya mengikuti nasehat perawat untuk selalu menyimpan termometer dan obat penurun panas agar bisa segera melakukan tindakan jika suhu badan anak saya mendadak meningkat tajam di malam hari ketika dokter sudah tutup. Saya juga sudah menguasai cara menurunkan panas dengan cepat seperti yang diajarkan perawat tadi. Tapi untuk mempertahankan suhu tubuhnya hingga pagi dan saya bisa istirahat, saya tempelkan Rohto Fever Patch didahinya. Rohto Fever Patch membuat saya tidak perlu melek semalaman dan meres-meres handuk untuk mengompres dahinya.
Rohto Fever Patch itu seperti plester dengan gel yang adem. Karena menurunkan panas dari luar, Rohto Fever Patch aman digunakan bersamaan dengan minum obat. Anak-anak akan merasa nyaman sehingga bisa tidur nyenyak pula, apalagi tahan dingin sampai 10 jam, serta lembut dikulit tapi kuat melekat di dahi. Enggak sedang demampun anak-anak pernah ketahuan menempelkannya di dahi. Habis udara panas biar adem, katanya. Heheheee…. Ya sudahlah, untung saja Rohto Fever Patch ekonomis, satu sachet isi dua.
Saking nyamannya pake plester demam Rochto Fever Patch, boboknya sampe pules gitu, mak Lus ^_^