ditulis oleh Mei Wulandari – www.meiwulandari.com
“Comparing private school and public school test scores, it’s like apples and oranges. Public schools have to take everyone, but private schools can be selective. It’s not accurate or fair to compare the job they do.” Dennis Moore
Dulu, definisi sekolah negeri adalah sekolah favorit, yang paling favorit. Tempatnya anak-anak pintar secara akademik maupun non akademik. Kalau nilai kita saat ujian nasional nggak memenuhi kriteria, ya kita bakal dilempar ke sekolah-sekolah swasta. Sekolah yang “katanya” berisi anak-anak buangan. Yang “katanya lagi” perilaku siswa-siswinya beringasan. Akh kasihan sekali. Tapi makin ke sini makna sekolah favorit mulai bergeser ke arah sekolah swasta? Benarkah demikian?
Seiring kemajuan zaman dan teknologi, sekolah swasta mulai berubah menjadi sekolah yang bonafit, berisi guru-guru kompeten, serta memiliki fasilitas yang boleh dibilang “wow”. Tengok saja beberapa perbedaan sekolah negeri dan sekolah swasta di bawah ini:
Sekolah Negeri
- Sistem administrasinya berpusat pada pemerintah.
- Biaya sekolah lebih murah, bahkan ada yang gratis.
- Kurikulum dan pelajaran mengacu pada pemerintah.
- Siswanya lebih banyak (bisa mencapai 40 anak per kelas).
- Fasilitas sekolah sesuai dengan budget pemerintah.
- Kegiatan ekstrakurikuler sesuai budget sekolah.
- Biasanya wali kelas merangkap mengajar semua mata pelajaran.
Sekolah Swasta
Sistem administrasinya dipegang langsung oleh yayasan atau kepala sekolah bersangkutan.
- Biaya sekolah jauh lebih mahal.
- Kurikulum dan pelajaran bisa dimodifikasi tergantung kebijakan yayasan.
- Siswanya sedikit (per kelas hanya 10-15 anak).
- Fasilitas sekolahnya lebih banyak dan bervariasi.
- Kegiatan seni atau ekstrakurikuler lebih banyak (Musik, olahraga, bahasa, dll).
- Setiap mata pelajaran dipegang oleh satu guru subjek.
Setelah mengetahui beberapa perbedaan antara sekolah negeri dengan sekolah swasta, lalu muncullah berbagai pertanyaan dari orangtua murid. Kira-kira sekolah mana yang paling cocok untuk anak-anaknya.
Contoh kasusnya seperti ini:
Kasus (K) dan Jawaban Logis (JL).
K: “Saya pengin jika punya anak kelak dia bisa fasih berbahasa Inggris dan Mandarin”
JL: Ya silakan sekolahkan ke sekolah swasta.
K: “Aduh, jangankan buat bayar sekolah, mau makan saja susah”
JL: Boleh kok daftar di sekolah negeri, lebih hemat budget.
K: “Wah, anakku capek nih kalau pulang sekolah sore”
JL: Memilih sekolah negeri adalah yang terbaik.
K: “Saya ingin selain pandai secara akademik, anak saya juga harus bisa belajar agama, jadi sebelum belajar dia harus baca Al-Quran dulu.”
JL: Sekolah swastalah jawabannya.
K: “Katanya sekolah swasta menjamin muridnya pandai berbahasa Inggris, tapi anak tetanggaku tetap nggak jago Inggris tuh, daripada mahal-mahal bayar di swasta mending belajar bahasa Inggrisnya di rumah saja aku ajari sendiri. Jadi sekolah negeri aja deh”
JL: Nah itu udah tahu jawabannya.
Apa pun pilihannya, mau itu sekolah negeri atau swasta semua tergantung pada kebutuhan masing-masing. Semua berhak menentukan pilihannya tanpa ada intimidasi dari siapapun. Tidak melulu sekolah di negeri itu jelek, tapi bukan berarti sekolah di swasta itu yang terbaik.
Masing-masing sekolah punya standar kriteria kelululusan (SKL) masing-masing. Mau cari output yang seperti apa itu hanya kita sendiri yang bisa menentukan. Sekolah negeri punya kelebihan dan kelemahan. Sekolah swasta juga sama, ada plus dan minusnya.
Kalau masih bingung mau pilih sekolah dimana, coba tengok kurikulumnya sudah sesuai dengan pilihan belum. Tengok juga kemampuan si anak, jangan juga melulu memaksakan kehendak pada anak. Atau yang lebih penting, tengoklah kemampuan keuangan kita, jangan hanya gara-gara gengsi lalu menyekolahkan anak ke sekolah swasta eh ujung-ujungnya hutang sana-sini untuk biaya sekolah.
Sekolah negeri atau swasta sama-sama penting, tapi yang terpenting adalah pilihlah sekolah dengan melihat bibit, bebet, dan bobotnya.
***
Pilih Sekolah Negeri atau Sekolah Swasta ditulis oleh Mei Wulandari, sebagai blogpost trigger pertama untuk #KEBBloggingCollab Kelompok Dian Sastro.
Mei adalah seorang ibu dengan satu anak. Selain sebagai ibu rumah tangga dia juga seorang guru SD. Aktif menulis di www.meiwulandari.com dan media sosial @meifariwis
dulu itu kalo ga bisa masuk sekolah negeri rasanya malu banget. Makanya mati – matian deh belajar biar nilai ujian nasionalnya sesuai dengan standar sekolah negeri favorit. Tapi sekarang saya punya cita – cita kalo punya anak nanti mau disekolahkan ke sekolah swasta hahaha