Bulan kemerdekaan Indonesia baru saja berlalu. Tapi tak ada salahnya, kan, kalau kita masih membicarakan tentang kemerdekaan? Agar makna kemerdekaan selalu terupdate dan kita bisa merdeka dengan sebenarnya. Nah, sebagai blogger, saya ingin menelusuri dan sekaligus merekonstruksi makna kemerdekaan bagi seorang blogger. Seperti apa sih makna merdeka bagi blogger? Sudahkah kita merdeka sebagai blogger?
Mari kita cari dulu arti merdeka. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), merdeka adalah bebas (dari perhambaan, penjajahan, dsb); berdiri sendiri; tidak terkena atau lepas dari tuntutan; tidak terikat atau tergantung pada pihak tertentu; leluasa. Seperti halnya negara kita yang menyatakan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, kalau kita menyatakan kemerdekaan diri, berarti diri ini harus terbebas dari belenggu penjajahan. Kita bebas mengatur diri sendiri, tidak boleh ada intervensi asing dalam diri kita.
Pun sebagai blogger, jika kita menyatakan merdeka sebagai blogger, itu artinya kita bebas mengekspresikan atau mengaktualisasikan diri di dalam blog kita sendiri. Kita bebas menulis sesuai kehendak dan karakter kita di blog. Tapi tentu saja, bebas yang bertanggung jawab. Ada kaidah-kaidah menulis (berbahasa Indonesia maupun bahasa asing), ada etika dalam blogging, ada tata krama dalam menulis review, dan sebagainya. Lalu, kebebasan seperti apa yang seharusnya kita miliki?
Bebas Menentukan Pilihan
Kita ngeblog untuk apa? Untuk siapa? Sejak awal membuat blog, tentu kita punya tujuan ngeblog. Misalnya saya memilih menuangkan cerita keseharian di dalam blog, dengan berbagai tema apa pun itu. Saya ingin berbagi cerita, pengalaman, atau pengetahuan untuk memuaskan diri sendiri dan kalau bisa bermanfaat pula untuk pembaca.
Jadi, blog dengan niche lifestyle atau blog “gado-gado” adalah pilihan saya. Meski ada beberapa pendapat bahwa blog dengan niche “gado-gado” kurang bagus karena tidak fokus pada satu tema, tapi saya merasa nyaman dengan pilihan saya. Saya ngeblog untuk membahagiakan diri sendiri, untuk apa ragu dengan pilihan yang sudah saya tetapkan? Saya ingin merdeka menentukan pilihan.
Menurut saya, jangan ragu untuk memilih. Jangan tergiur trend hingga kita ikut-ikutan tapi tak tahu harus menulis apa saja untuk mengisi blog. Misal, ketika blog traveling banyak diminati brand untuk diajak bekerjasama, kita lantas ingin juga membuat blog traveling. Padahal, kita jarang traveling, hahaha. Kalau demikian, kita jadi “terpaksa” menulis, kita enggak enjoy mengisi blog. Kita tidak merdeka dalam menulis di blog!
Berhak Mengatur Dirinya Sendiri
Kita tahu bahwa rutin update blog itu sangat berguna untuk menaikkan kualitas blog. Sehari sekali atau dua hari sekali posting artikel di blog itu sangat bagus. Pageview bisa meningkat dengan cara ini. DA (Domain Authority) dan PA (Page Authority) juga bisa naik antara lain dengan cara ini. Begitu juga blogwalking (BW). Sering-sering BW dapat juga membantu menaikkan nilai-nilai blog seperti tersebut di atas. Tapi, sudah mampukah kita? Kita memang harus berjuang jika menginginkan hasil terbaik. Tapi, apakah situasi dan kondisi telah mendukung?
Kita berhak dan bebas mengatur diri kita sendiri. Sesuaikan dengan kapasitas dan kapabilitas diri. Jika kita adalah ibu rumah tangga dengan beberapa anak kecil yang masih sangat butuh perhatian ibunya, sehingga waktu kita sangat terbatas untuk ngeblog, tak usah memaksakan diri untuk mencapai target-target yang membebani. Bebaskan diri kita!
Merdeka dalam Bersikap
Akhir-akhir ini, semakin sering saya mendengar pembicaraan blogger tentang job review dan sejenisnya. Tentang memilih dan memilah job atau kerjasama dengan brand yang akan diambil. Ya, sebenarnya ini persoalan yang lebih khusus, sih, tapi ini juga menyangkut kemerdekaan blogger dalam bersikap.
Setiap blogger memang bebas menentukan pilihannya, mau ambil atau tidak job yang datang padanya. Tapi, coba kita jujur pada hati masing-masing, tentang apa yang akan kita pilih.
- Jika tawaran itu tidak sesuai dengan niche blog kita, apakah kita akan enjoy mengerjakannya?
- Jika kita menerima job dengan fee yang sebenarnya jauh di bawah rate card kita, apakah kita akan ikhlas menulisnya?
- Jika produk atau syarat-syarat yang kita terima bertentangan dengan prinsip-prinsip kita, apakah kita tidak merasa tertekan menerimanya?
- Jika produk yang kita review dan ketentuan-ketentuannya bertentangan dengan aturan agama kita, apakah kita rela menggadaikan agama hanya untuk kepentingan sesaat?
Dengarkan kata hati kita. Lebih jauh, coba kita kembalikan pada keyakinan dan aturan agama kita masing-masing. Kalau sebagai muslim seperti saya, lebih baik tinggalkan perkara yang syubhat (ragu-ragu, meragukan, samar) untuk menghindari dosa. Jika kita ragu akan kehalalan produknya, misalnya, sebaiknya tolak baik-baik. Atau syarat-syarat penulisan harus mengandung kebohongan, lebih baik tinggalkan. Dan sebagainya.
Jangan jadi gelap mata ketika setumpuk rupiah telah menari-nari di depan mata, padahal job itu bertentangan dengan prinsip kita. Pada kenyataannya memang sangat sulit menentukan pilihan yang seperti ini; memilih antara kebutuhan dan prinsip. Tapi sekali lagi, kita harus tegas pada diri sendiri. Toh, Tuhan tak akan pernah berhenti memberikan rezeki pada hamba-Nya selama kita masih berusaha, bukan?
Merdeka memang membebaskan. Tapi sekali lagi, bebas yang bertanggung jawab. Bebaskan diri kita dari men-Tuhan-kan hawa nafsu. Jangan mau “dijajah” oleh nafsu sesaat, yang mencari-cari pembenaran atas langkah kita yang sebenarnya telah jelas kita tahu adalah keliru. Bebaskan diri kita dari godaan-godaan buruk yang akan menggoyahkan prinsip-prinsip kita. Mari bertanggung jawab pada diri kita masing-masing.
Masihkah Ada yang Membebanimu?
Menjadi blogger adalah pilihan. Merdeka sebagai blogger. Apakah kita memilih menjadi blogger profesional, sekadar hobi, memilih niche tertentu, atau menulis segala, dan sebagainya. Namun, kalau kita ingin merdeka sebagai blogger, jadilah diri sendiri. Merdekakan diri kita dari segala bentuk penjajahan.
Takut dinilai buruk oleh blogger-blogger lain bahkan oleh blogger-blogger senior karena sikap-sikap kita yang berseberangan? Jangan jadikan beban. Karena yang paling tahu akan diri kita, kebutuhan kita, prinsip-prinsip kita, hingga urusan “dapur” kita adalah diri kita sendiri. Dan, kita sendirilah yang akan mempertanggungjawabkan semua sikap-sikap kita. Jadi, masihkah ada yang membebani kita dalam aktivitas ngeblog kita? Mari, merdekakan diri kita sendiri.
*****
Merdeka Sebagai Blogger ditulis oleh Diah Kusumastuti sebagai post trigger #KEBloggingCollab untuk kelompok Retno Marsudi.
Diah sehari-hari ngeblog di www.dekamuslim.com
FB: Diah Kusumastuti
Twitter: @dekamuslim
IG: @dekamuslim
Sepakat Mak, kemerdekaan juga harus dirasakan oleh seorang Blogger. Saya pun memanfaatkan media blog justru untuk menyuarakan kemerdekaanku. Kemerdekaan menulis apa yang kuinginkan dan kusukai, menerima job yang sesuai dengan keinginanku, pokoknya bebas-bebas aja. Tentunya tetap dalam batasan dan aturan. Sesuai dengan tagline blog-ku, “Sesungguhnya setiap kata yang tertulis harus dipertanggungjawabkan”. (Maapkeun, sekalian promo blog, hehehe)