Dear para emak yang merasa kurang, apa sih yang dimaksud orangtua sempurna? Apakah yang memiliki anak santun dan taat? Anak yang tidak pernah memilih makanan: pintar makan buah dan sayur? Yang rutinitas kehidupannya semua tertata baik? Ibu yang dapat memberikan full ASI? Yang anak-anaknya memiliki prestasi cemerlang?
Saya termasuk ibu yang ‘pernah’ berharap menjadi ibu sempurna seperti di atas. Seorang working mom yang dapat menjadi teladan baik namun tetap memiliki waktu cukup untuk anaknya. Saya raih gelar master sambil tetap bekerja untuk bekal jenjang karier di masa depan, bertekad untuk memiliki usaha yang dapat membantu banyak orang.
Lalu saya menikah dengan lelaki yang mengenalkan saya dengan sebuah dunia baru. Dunia yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Bukan itu saja, di bulan-bulan terakhir kuliah, kami pun mendapatkan hadiah yang luar biasa, seorang Little Dunant. Sosok kehadiran yang memang telah saya pikir telah kami persiapkan dengan baik. Saya banyak membaca dan mencari tahu mengenai dunia parenting. Saya mempersiapkan tubuh saya sebaik-baiknya sebelum dan saat kehamilan.
Lalu bayi mungil ini pun lahir ke dunia. Dan semua yang saya pikir telah dipersiapkan dengan baik, well, menjadi lebih dari yang saya bayangkan.
Lebih? Ya, lebih seru, lebih heboh, lebih senang, lebih pusing, lebih stress, intinya lebih tidak terkira dari yang diperkirakan. Hihihi. Semua yang telah memiliki anak pasti sekarang tersenyum membaca tulisan ini.
Waktu anak pertama saya ini lahir, ASI saya tidak langsung keluar. Segala usaha dilakukan yang akhirnya membuahkan hasil yang diinginkan. Namun keberhasilan tersebut sempat dilengkapi dengan susu formula. Pertama kali saat akan diberikan, saya nangis bombay. Berpikir bahwa saya ibu yang gagal. Lebay banget ya? Tapi ya sudah. Saya justru mensyukuri hal seperti itu terjadi, memberi tahu saya betapa emasnya ASI itu.
Setelah masalah ASI berlalu, masalah MPASI. Sembelit, GERD, GTM, semua itu mewarnai dunia saya dan anak hingga usia 1 tahun. Anak saya harus minum obat selama berbulan-bulan karena masalah GERD-nya yang cukup serius. Nangis lagi deh karena masih bayi gini dikasih obat padahal saya termasuk orang yang menjauhi obat bila tidak diperlukan.
Semua masalah di atas selesai, masalah tumbuh kembang dan emosi balita. Saya hanya bisa tertawa deh untuk hal ini. Mau diulang berapa kali pasti kadang masih tetap saja gak tahu harus berbuat apa. Ini baru balita, belum nanti puber. Gak kebayang deh rasanya. Angkat tangan grak!
Dear para emak yang merasa kurang, dalam impian saya, akan membesarkan anak yang mandiri sedari dini. Kenyataan: sudah usia 2 tahun masih suka disuapi.
Inginnya tidak pernah diberikan gadget atau tontonan di TV sama sekali hingga setidak-tidaknya 3 tahun. Kenyataan: dari usia 1,5 tahun sudah mulai nonton TV meski saya limitkan. List-nya bisa terus panjang deh sepertinya bila ditulis satu per satu.
Lambat laun saya belajar bahwa menjadi ibu butuh banyak trial and error, bahwa tidak ada kata sempurna di dalam dunia parenting. Yang ada justru pembelajaran setiap harinya. Pasti ada saja yang dirasa kurang: kurang waktu, kurang sabar, kurang hebat.
Tapi lalu saya menyadari satu hal, dan hal itu ingin saya bagikan. Yang terpenting adalah melepas ego kita dan kekhawatiran kita untuk menjadi orang tua sempurna. Karena menjadi orang tua belum lengkap kalau tidak dilengkapi dengan segala keriwehan, anak yang cranky, rumah yang berantakan, hingga momen yang membuat kita meneteskan air mata.
Dear para emak yang merasa kurang, percayalah bahwa kita semua ini sudah cukup di mata si kecil. Tidak perlu untuk terlalu khawatir dan dibawa hati. Bahwa sebetulnya yang terpenting adalah kehadiran kita di sisinya sebagai diri sendiri tanpa harus takut dihakimi dan dicap ibu aneh karena memiliki teknik dan cara ajaib dalam mengurus anaknya. Karena yang terpenting dari semua adalah cinta dan kasih sayang. Bahwa kita semua sayang anak kita dan begitu juga sebaliknya. Dan itu, menurut saya, adalah sempurna.
Bagi semua emak/ibu di luar sana, tetap berjuang dan semangat. Kita semua memiliki kehebatannya masing-masing.
***
Untuk Para Emak yang Merasa Kurang ditulis oleh Laura Emerentia,Ā Mom of Little Dunant
IG/Fb/twitter: @LittleDunant
Setuju banget, kita punya kehebatan dan kelebihan masing2.Kita
Kadang emang suka merasa iri dengan pencapaian org lain, namun tanpa kita sadar lha kok ternyata ada org lain di sana yg ngiri sama kita. Kalau kata org jawa hidup emang sawang sinawan, begitu jga dunia motherhood š