Ada pepatah yang menerakan tentang belajar di usia dini bagaikan mengukir di atas batu dan belajar di usia dewasa bagaikan mengukir di atas air. Atau seperti ini; Tua Tua Keladi, Makin Tua Makin Jadi. Kalau yang terakhir ini sih sebagian besar konotasinya negatif ya. Padahal bisa saja kan, makin tua makin jadi bijaksananya. Makin tua, makin pintar, kaya dan baik hati tidak sombong.
Sebenarnya, saya ingin tahu nih, pernahkah emak-emak–Emak Blogger terutama–mempelajari sesuatu di usia yang menurut emaks sudah terlalu tua untuk belajar?
Pernahkah Mempelajari Sesuatu di Usia Dewasa?
Posting ini terpicu dari pertanyaan di Quora Bahasa Indonesia. Kok ya pas banget dengan keadaan saya, yang di usia dewasa ini (biar nggak berasa terlalu tua ya, hihihihi) sedang belajar menggambar, belajar bullet journal, kembali belajar berenang dan menyetir mobil. Banyak ya yang dipelajari 🙂
Serius itu belajar menggambar?
Iya, serius. Belajar menggambar bareng teman-teman penulis cerita anak di group WhatsApp, dengan guru ilustrator Kang Maman Mantoux, ilustrator favorit para penulis cerita anak. Sudah sebulan ini belajar gambar secara online dan itu belajar benar-benar dari dasar seperti menggambar garis lurus, garis lengkung, menggambar lingkaran, arsiran dan bayangan.
Kok mau-mauan sih belajar menggambar dasar? Ya terpaksa ini belajarnya. Mau nggak mau belajar ilustrasi, karena berdasarkan pengalaman menulis cerita untuk anak zaman sekarang ini, kita nggak hanya menulis cerita saja, tapi juga harus memikirkan ilustrasinya. Memang sih ilustrasi yang kita rencanakan itu dalam bentuk narasi yang nanti diaplikasikan ke dalam gambar oleh ilustratornya. Nah, kadang kan menerjemahkan narasi itu antara orang kan berbeda-beda. Kalau digambarkan langsung, lebih bisa dipahami.
Selain itu, beberapa kali mengikuti lomba penulisan cerita untuk anak yang diadakan oleh Kemendikbud, harus menyertakan ilustrasi dari naskah cerita yang kita buat. Serahkan ke ilustrator? Itu memang solusi pertama dan kita harus rela mengeluarkan sejumlah uang untuk satu ilustrasi yang berkisar antara Rp 150 ribu per lembarnya. Keluar uang dan tentu juga nama ilustrator harus dicantumkan di naskah cerita kita.
Itu kalau dapat ilustratornya dan cocok dengan kita. Gimana kalau nggak dapat ilustrator yang bisa menerjemahkan cerita kita ke dalam gambar, nggak punya uang lebih untuk bayar ilustrasi? Ya, solusinya harus bisa menggambar sendiri. Ini tentu saja lebih mengasyikkan. Nggak keluar biaya dan nggak perlu berbagi nama dalam buku hasil tulisan kita.
Selain menggambar, hal yang kembali saya pelajari di usia menjelang 50 tahun ini adalah berenang dan menyetir mobil. Menyetir kendaraan sendiri mau tak mau harus dilakukan karena nggak mungkin mengandalkan suami yang bekerja di Jakarta, yang dua atau sebulan sekali pulang ke rumah Yogyakarta.
Sedangkan berenang, lebih untuk kesehatan, karena badan mulai ringkih dan sering pegal-pegal dengan aktivitas ibu rumah tangga yang sejibun. Dan untuk usia matang seperti saya, olahraga berenang adalah yang paling cocok dipelajari di usia tua. Nggak terlalu riskan masalah cedera.
Baca Yuk: Untuk Para Emak yang Merasa Kurang
Usia Dewasa Bukan Hambatan
Yang namanya belajar, nggak ada kata terlambat ya. Selama badan sehat, akal dan pikiran masih terang benderang, usia berapa pun belajar itu wajib, kudu, katanya. Yang mungkin berbeda itu, daya ingat.
Hal yang wajari sih, kalau orang tua, atau kita yang berada di usia dewasa ini, daya ingatnya tidak secemerlang saat usianya muda dulu. Kalau di usia muda (sampai berumur 35 tahun, katanya), daya ingat bisa seratus persen utuh, tidak mudah terdistraksi dan fokus, sementara di usia dewasa atau tua (umur 40 tahun ke atas), daya pikir atau daya ingat berkurang dan fokus pikiran banyak, bercabang, terutama yang sudah berkeluarga. Fokus pikiran lebih banyak ke urusan keluarga, urusan pribadi, bisa jadi nomor dua atau sekian.
Belum lagi nih, waktu itu sangat berarti banget buat orang dewasa. Beberapa orang yang berusia tua, ketika ingin belajar sesuatu, bukan masalah sulit atau malas belajarnya, tetapi waktu yang tersedia itu, agak susah dikompromikan. Ketimbang belajar yang bisa menggunakan waktu selama dua atau tiga jam, dipakai untuk beristirahat, menenangkan pikiran, dengan tidur misalnya.
Tularkan pada yang Muda
Oh ya, kalau yang berusia tua masih semangat belajar, biasanya menular kepada yang lebih muda. Seperti yang terjadi pada ketiga anak saya. Mereka sekarang ini juga lagi asyik belajar nge-bullet journal (anak-anak remaja), sedangkan anak bungsu saya, Tiominar, ikut-ikutan belajar menggambar dengan melihat video-video belajar gambar yang ada di kelas menggambar online saya.
Yang nyesek dan bikin saya jadi terpicu untuk serius belajar, hasil belajar gambar Tio lebih bagus. Padahal Tio tidak menyimak penjelasan materi dari mentor, karena saya belajarnya di malam hari saat Tio sudah tidur nyenyak.
Harus dengan tekad yang kuat memang untuk kembali belajar di usia dewasa. Namun dari yang saya pelajari di agama yang saya anut, kalau kita masih bernapas dan masih pantas untuk hidup, menuntut ilmu atau belajarlah terus untuk menambah pengetahuan. Agar otak usia tua tak kosong melompong, bagai katak dalam tempurung.
Tak ada kata terlambat untuk memulai sesuatu atau belajar di usia dewasa. Dalam ilmu kedokteran, otak manusia berfungsi ratusan bahkan hingga ribuan tahun. Selama hidupnya, manusia hanya memakai 10 persen dari kapasitas otaknya. Tidak akan penuh dan bisa dipakai selama manusia masih bernapas.
Nah, Emak-Emak pernah nggak nih mempelajari sesuatu di usia yang menurutnya terkategori usia dewasa? Kalau pernah, mengapa mempelajari itu, dan apa saja kendala atau halangan/rintangan dalam belajar.
Kalau belum pernah atau merasa belum tua usianya, karena masih 20 tahun, misalnya, ada keinginan nggak untuk belajar sesuatu atau melakukan hal-hal yang diidam-idamkan sebelum melanjutkan usia ke 30 atau 40 tahun ke atas? Apa saja yang ingin dilakukan saat berusia 30 tahun ke atas?
***
Post Trigger untuk Apresiasi #KEBloggingCollab
Indah Juli : www.indahjulianti.com
Twitter / Instagram: @IndahJuli
Inspiratif makpuh,
Aku jg pgn ah, kayak makpuh, di usia lebih dr 30 yg dtg insyaAllah sethun lagi, pgn belajar dan mengasah ketrampilan aja. Ya sapa tau nanti bisa dimanfaatkan untuk diri sendiri maupun org lain.