Mak, siapa yang enggak kenal trio Warkop DKI alias Dono, Kasino, Indro? Dulu waktu masih SD sampai SMA aku sempat mengikuti film-filmnya. Di tv aja, sih. Enggak ke bioskop. Apalagi kalau udah Lebaran, tuh film-filmnya DKI pada seliweran tayang di TV.
Begitu melegendanya, Trio DKI dibuat reboot-nya sampai film-3. Untuk film ketiga ini, film yang disutradarai Rako Prijanto mendaulat Aliando, Adipati Dolken dan Randy Danista sebagai aktor yang masing-masing memerankan Dono, Kasino dan Indro.
Kali ini, Warkop DKI Reborn 3 yang juga mengajak Indro yang berperan sebagai Komandan Cok, menceritakan Trio DKI bertugas sebagai polisi rahasia yang ingin membongkar adanya praktik money laundry dalam industri perfilman di Indonesia.
Setelah bergerilya mengikuti berbagai kasting, akhirnya ketiganya berjodoh dengan Amir Muka (Ganindra Bimo) seorang bos PH yang menginginkan mereka membintangi proyek film yang akan dibuat. Namun di tengah penyamarannya, nasib apes melanda mereka hingga kemudian ketiganya tiba-tiba terdampar di sebuah padang pasir di Maroko.
Sejak awal cerita, mulai dari pertemuan Trio DKI dengan Karman (Mandra) tangan kanannya Komandan Cok film ini sudah menyuguhkan kelucuan demi kelucuan khas film DKI. Dari ekspresi muka, efek suara yang muncul dan yang tidak hilang adalah kehadiran wanita-wanita cantik berbody seksi yang membuat ketiganya selalu jelalatan udah tipikalnya film-film Warkop DKI.
Sebenarnya nih ya, Mak aku merasa enggak nyaman ketika misalnya Dono, Kasino dan Indro pada jelalatan melihat belahan dada perempuan yang seksi. Memang imejnya DKI dari dulu template-nya seperti itu sih, enggak jauh-jauh dari perempuan seksi. Tapi sepengamatanku, kadarnya tidak sebanyak para senior versi aslinya. Udah lumayan berkurang.
Alih-alih bahas para perempuan cekci cekali itu, aku tertarik mau bahas alur filmnya. Nih filmnya kadang garing. Bikin kita mikir dulu, apaan sih? Tapi kalem aja. Bukan berarti filmnya enggak lucu atau level humornya penonton dengan film yang script-nya juga ditulis sama Rako Prijanto bersama Anggoro Saronto ini enggak bisa nyambung. Cuma perlu beberapa detik saja untuk memahami maksud kelucuan yang ingin disampaikan.
Kalau sudah lihat trailernya, Emak bakal melihat Trio DKI ini terdampar di padang pasir di Maroko. Walau rada maksa, atau setidaknya ada alur yang terputus kenapa dari Jakarta tiba-tiba bisa sampai ke Maroko, alur berikutnya menyajikan kelucuan yang memecahkan tawa.
Masalah bahasa yang jadi kendala di mana ketiganya tidak bisa berbahasa arab bisa diselesaikan setelah Kasino tiba-tiba teringat metode Iqra. Ini solusi yang cerdas buatku. Ini Mengingatkan juga pada bahasa sandi sama temen sd-smp dulu kalau ada topik rahasia yang tidak mau ditangkap orang. Ya memang perlu sedikit konsentrasi buat paham, tapi lagi-lagi ga pake lama buat ngerti lalu ngakak karena gokilnya.
Kalau Emak sampai ngakak, lalu kembali mengerutkan kening karena tiba-tiba terasa ada yang maksa (lagi), ya sudahlah abaikan saja. Karena toh kita lumayan bisa tertawa berkali-kali selama 103 menit nonton film ini. Garing? Iya. Lucu? Lumayan, ton dab alias not bad.
Kalau ditanya apa yang bikin aku amaze selama nonton film ini adalah tim make upnya yang berhasil permakin mukanya Aliando yang mirip Dono. Ya Tuhan, hilang sudah pesona keganteng-gantengan srigalanya. Enggak ada lagi si ganteng Aliando karena sudah tersamarkan wig dan gigi palsu yang bikin tampak tonggos demi terlihat mirip bamper bemo eh Dono maksudnya.
Konon waktu syuting, gigi palsunya sempat lepas. Kebayang ga, Mak, kayak gimana kelucuan dan kekocakan yang terjadi selama syuting berlangsung?
Di awal-awal film juga aku sempat menangkap Aliando seperti kagok gitu dengan gigi palsunya. Untungnya Aliando lebih banyak berakting tarzan, maksudnya lewat gesture sama ekspresi mukanya. Semacam Dono yang malu-malu meong.
Justru yang bawel di film ini adalah Dodot alias Adipati Dolken alias Kasino. Aku dibuat ngakak ketika Kasino sedang casting film Bumi Manusia. Ya tentu saja versi parodinya itu. “Rivalitas” dengan Iqbaal cowboy junior terbawa di film ini tapi delivery-nya kocak. Entah karena pake hati atau emang penjiwaannya yang kuat.
Selain parodi film Bumi Manusia, ada juga film lainnya seperti Pengabdi Setan atau Ayat-ayat Cinta yang diplesetkan. Walau mengandung sindiran, aku ga bisa menampik ada moral storyyang ingin disampaikan. Jadi budak cinta kadang bisa membuat kita (terutama perempuan) jadi segitu bodohnya.
Sekilas film Warkop DKI Reborn ini seperti enggak punya alur yang jelas. Meski sebenarnya masih nyambung saja kalau balik lagi ke premis utama filmnya yang membuat ketiganya kepaksa nyemplung ke dunia film. Hanya di beberapa bagian penyelesaiannya rasanya cringegitu. Entah karena soal durasi atau memang masih ada yang harus diikuti di sequel selanjutnya sebagai penyelesaiannya.
Jadi filmnya gantung? Eh tapi, Film model-model James Bond atau Mission Impossible pun punya cerita lanjutannya. Ya, kan? Semoga kekurangan di film Warkop DKI Reborn 3 ini bisa disempurnakan dalam film selanjutnya.
Yang suka film komedi, entah itu garing atau basah (lah) film ini cukup menghibur, kok. Yuk, ke bioskop!