Hai Emak! Masih inget cerita tentang Aurora, putri tidur yang kena kutuk tertusuk jarum alat pemintal itu? Wuih, yakin deh cerita-cerita fairy tale seperti ini sih pada hafal. Setelah tahun 2014 diceritakan ulang dalam Maleficent, Aurora kembali lagi hadir di tahun 2019 dalam film Maleficent 2: Mistress of Evil.
Hah? Memang Auora ngapaian lagi?
Di film pertama tahun 2014 lalu, cerita tentang Aurora memang seperti dongeng popular yangs udah kita dengar. Cuma dulu enggak diceritakan sampai menikah dengan Pangeran Philip setelah mendapat ciuman yang membangunkannya itu. Pada film kedua ini baru deh Aurora diceritakan akan menikah dengan Pangeran Philip yang harus menghadapi rintangan yang enggak mudah.
Kalau Emak sudah pernah lihat film Maleficent 2014 dulu itu pasti masih inget sosok penyihir unik yang diperankan oleh Angelina Jolie. Bukan hanya tanduknya saja yang panjang kayak tanduk kambing itu, tapi juga karakternnya yang diformat ulang.
Maleficent tidak sejahat seperti yang pernah kita tahu. Male (dih, sok akrab) jadi jahat karena pernah disakiti. Sound familiar, ya? Emmmm… premisnya kurang lebih seperti si Joker yang jadi jahat itu. Tapi Male tidak terus-terusan jadi jahat. Lucu dan baiknya Auora kecil melumpuhkan rasa benci Male jadi cinta dan sayang. Cuma karena udah kepalang terucap, kutukannya enggak bisa di-undo.
Singkat cerita setelah siuman itu, Aurora (Elle Fanning) jadi anak angkat Maleficent dan didapuk jadi ratunya Bangsa Moor. Pangeran Philip (Harris Dickinson) kemudian datang untuk melamar Aurora sebagai istrinya. Proses menuju pelaminan bagi keduanya enggak mudah. Maleficent yang tahu duluan dari Diaval (Sam Riley) si burung gagak kesayangannya menentang rencana keduanya. Maleficent punya firasat enggak beres dibalik rencana pernikahan keduanya.
Tapi atas nama sayang seorang ibu, Maleficent masih mau ngikutin maunya Aurora untuk ikut datang ke istana Kerajaan Ulstead untuk dinner bareng King John (Robert Lindsay) dan Queen Ingrith (Michelle Pfeiffer).
Obrolan di antara kedua calon besan enggak semulus yang diharapkan. Male dan Ingrith ga bisa menahan perasaannya untuk saling sindir. Ambyar sudah tutorial basa-basi yang sudah dikasih sama Diaval. Sementara itu Philip dan ayahnya John enggak bisa ngapa-ngapain melihat kedua ratu yang emosinya sampai ubun-ubun. Eh yang satu malah sampai tanduk sih. Beda dengan John dan Philip yang salting, Aurora sebenernya berusaha untuk menenangkan ibu tirinya itu.
Meski sempat berantem, hari H pernikahan sudah disepakati. Sebenarnya Male sudah berbesar hati untuk besanan dengan Ingrith yang nyebelinnya itu biasa di luar eh luar biasa maksudnya. Penduduk Moors menanggapinya dengan sukacita. Mereka berbondong-bondong datang ke Ulstead untuk menyaksikan hari bahagia itu.
Sementara yang lain sibuk menyambut hari bahagia itu, sebuah konspirasi jahat sudah disiapkan untuk mengacaukan acara pernikahan. Bukannya pada dandan cantik, Ingrith dan Male pamer kekuatan di antara keduanya. Perang tak bisa dielakkan yang bikin panik penduduk.
Sementara John dan Philip masih sama saja dibuat tidak berkutik. Dominasi Ingrith kentara banget di film Maleficent 2 ini. Kesannya para laki-laki lemah. Bukan lemah dalam arti fisik, tapi lemah dalam kekuasaan. Sementara Aurora yang enggak bisa ke mana-mana juga dibuat gelisah karena nyawa bangsa Moors yang disayangnya juga terancam punah.
Sejak awal film diputar, nuansa fantasi film yang ramah anak (seperti film-film Disney pada umumnya yang dirating semua umur) begitu memanjakan mata. Kostum dan dandanan para peri yang mungil-mungil sebesar jari tangan mengingatkan kita pada peri-peri di negeri dongengnya Oki dan Nirmala yang ada di majalah Bobo.
Walaupun film ini menceritakan war-waran yang terjadi, enggak ada gore atau kekerasan yang bikin ktia pengen nutupin mata anak biar mereka tak lihat. Semisal peri yang mati pun diceritakan luruh jadi abu dalam serpihan yang berwarna-warni atau berubah menjadi bunga atau formasi serangan yang dimobilisasi oleh Borra (Ed Skrein), panglima kesayangannya Maleficent pun terlihat rapi dan keren, tanpa menyisakan tusukan, darah atau jejak perang lainnya yang mengerikan. Soal CGI dan trik kamera gini film-film Disney udah mastahnya ya, Mak.
Diaval mungkin adalah karakter yang paling mencuri perhatian. Sejak mengajari Maleficent buat senyum santai sampai transformasi wujudnya jadi burung hitam yang super besar mirip monster selalu berhasil memancing tawa penonton. Kalau raja dan pangeran ga berkutik melihat dua ratu ribut dan berkelahi, Diaval menyelamatkan imej laki-laki itu lemah (di film ini lho, ya). Ekspresi Diaval lagi cemas pun masih bikin gemes dan jatuh hati.
Takjub, geli, patah hati dan senyum sumringah kayak lihat mempelai ketemu di altar campur aduk jadi satu dan menyisakan senyum bahagia waktu kita keluar studio. Yang baik dan penuh kebaijkan memenangkan perang dan hati penonton Maleficent 2. Yang jahat? Tidak selalu harus dihukum dengan hukuman yang sama kejam, kok. Walau menggelikan, anak-anak yang nonton bakal mikir dua kali. Kalau bisa berdamai dan barengan, kenapa enggak?
nyimak min………..