Dalam lingkup pekerjaan konflik dengan rekan kerja merupakan hal yang wajar terjadi. Betul? Biasanya nih konflik antar rekan kerja terjadi karena perbedaan opini. Ada rekan kerja yang bisa menerima dan ada pula yang enggan.
Dan dari hal kecil seperti perbedaan opini ini bisa meruncing menjadi konflik. Suasana kerja pun menjadi tak nyaman lagi kan, Mak. Selama ini sering bertegur sapa, makan siang bareng hanya karena perbedaan pendapat saja semua bubar jalan.
Perkara konflik dengan rekan kerja ini pun tak sebatas perbedaan opini, ada banyak hal yang sering melatarbelakanginya, salah satunya juga iri hati.
Sifat iri hati pun kerap membuat konflik dengan rekan kerja. Nggak bisa melihat teman mendapat promosi eh menjadi iri terus nyinyir, dilanjut lagi sebarin gosip karena si dia ada main sama manager. Hvft.
Kayak gini rasanya suasana kantor menjadi medan perang, ya, Mak. Niat untuk bekerja mendapatkan penghasilan, aktualisasi diri menjadi terhambat hanya karena konflik. Dan bisa mengganggu fokus.
Bagi Emak yang tengah menghadapi konflik dengan rekan kerja, 9 cara ini bisa membantu Emak untuk keluar dari konflik
-
Jangan menghindar
Jangankan dengan rekan kerja, dengan saudara kandung pun konflik bisa muncul secara berkala. Bener nggak, Mak?
Karenanya, menurut Alexander Kjerulf, penulis buku Happy hour is 9 to 5, tak perlu takut menghadapi konflik dengan rekan kerja. Kenali gejalanya dan cari solusinya sejak awal.
Hadapi langsung rekan kerja yang berselisih paham dengan Emak. Lebih baik mengeluarkan keluhan dan uneg-uneg secara langsung kepadanya daripada memendam atau berbicara di belakangnya.
Apa gunanya Emak memendam kesal, mencari teman agar satu kubu dengan Emak dan menggosipi dia hanya karena ingin menghindar dari konflik?
-
Kenali jenis konflik
Lingkungan kerja tak ubahnya lingkungan sosial lain yang memiliki peluang terjadi konflik. Sumber konflik pun bisa beragam, misalnya masalah pekerjaan, upaya memperebutkan posisi tertentu, masalah pribadi, dan sebagainya.
Ketika dihadapi konflik dengan rekan kerja, Emak mesti mengenali seberapa penting konflik itu sebetulnya?
Apabila sekedar insiden ringan yang tidak akan memengaruhi kinerja Emak, sebaiknya lupakan saja. Tak perlu repot memikirkan hal yang nggak penting, yes.
Baca juga : 9 Cara menghilangkan rasa cemas
-
Tegur dengan sopan
Robert Bacal, penulis buku Conflict Prevention in the Workplace, mengatakan untuk tidak menegur rekan kerja dengan kata-kata bernada sarkastik dan menghakimi, meski dia terbukti menghambat kerja tim.
Gunakan nada suara biasa dan bahasa netral agar tidak membuatnya tersinggung. Dia akan memahami kesalahannya namun tetap merasa dihargai.
“Tetaplah fokus pada permsalahan, dan bukan pada siapa pelakunya. Menyerang orang lain hanya akan membuatnya bersikap defensif dan menutup diri,” ujar Bacal.
-
Trying to be a good listener
Hadapi perdebatan dengan sikap senang dan jangan pernah melakukan interupsi ketika pihak lain sedang berbicara. Di sisi lain, jangan pula membiarkan diri Emak diinterupsi ketika sedang memberi penjelasan.
Upayakan dengan bahasa yang netral dan tidak bersifat defensif. Dengarkan perkataan lawan bicara Emak dengan sungguh-sungguh dan cobalah memahami setiap perkataannya. Biarkan dia tahu bahwa Emak berusaha menempatkan diri di posisinya.
-
Jangan ingin menang sendiri
Perbedaan pendapat yang tak kunjung mencapai titik temu jangan sampai memperuncing konfilk dengan rekan kerja. Tunjukkan kedewasaan diri dengan cara tidak memperpanjang masalah.
Jika memang masalahnya tidak terlalu penting, tak perlu berdebat sampai berbuih-buih hanya karena ingin menang. Sebaliknya, bila memang Emak yang keliru, akui kesalahan tersebut secara fair.
-
Tetap profesional
Meski terlibat konflik dengan rekan kerja, usahakan Emak tidak menampilkan ekspresi permusuhan dengannya, baik melalui bahasa tubuh, ekspresi wajah atupun nada suara.
Jadilah orang yang tegas tanpa harus bersikap agresif. Bersikaplah profesional dan simak setiap perkataannya di kantor dengan baik dan seksama, terutama saat di ruang rapat.
Berusahalah menjalin kerja sama yang baik dengannya, meski Emak tidak perlu selalu menyutujui setiap idenya.
-
Jangan gampang terpancing
Konflik biasanya membuat Emak gampang terpancing untuk menyebarluaskan uneg-uneg dan gosip mengenai orang tersebut pada rekan kerja lain. Padahal hal itu hanya akan membuat diri Emak dicap negatif oleh orang lain seabgai tukang mengadu domba dan penyebar fitnah.
Jika ingin meminta pendapat orang lain tentang masalah tersebut, ceritakanlah faktanya saja dan jangan dibumbui dengan perasaan pribadi.
-
Stay positive
Ketika berbicara dengan rekan kerja yang terlibat konflik dengan Emak, tunjukkan itikad baik bahwa Emak berupaya meluruskan permasalahan demi kepentingan bersama dan kemajuan perusahaan.
Ajak dia untuk bersama-sama mencari solusi yang akan menguntungkan kedua belah pihak.
-
Mediasi
Jika tak mampu mengatasi sendiri konflik dengan rekan kerja, maka mungkin sudah saatnya untuk mencari orang ketiga yang bisa berperan sebagai mediator. Emak bisa meminta bantuan atasan, staf HRD atau rekan kerja lain yang dianggap senior dan dihormati oleh karyawan.
Jangan biarkan konflik dengan rekan kerja menggerus semangat dan membuat Emak jadi tak betah di kantor!
Dari 9 cara mengatasi konflik dengan rekan kerja ini, satu juga perlu Emak ingat agar menghindari sosial media ketika mengalami konflik. Kenapa?
Seringkali karena kita emosi, maka sosial media menjadi alat untuk menumpahkan keluh kesah. Tau nggak kalau hal tersebut bisa berakibat fatal, Mak? Emak bisa dituduh pencemaran nama baik maupun fitnah. Lagian, nggak baik bukan jika ada masalah mengeluh ke dinding Facebook, Instagram ataupun ngetweet.
Well, apapun konflik yang dihadapi, ingatlah semua pasti ada jalan. Jangan dipendam, tapi diselesaikan. Jangan sampai Emak resign hanya karena tidak bisa menyelesaikan konflik.
Oh c’mon Mak, ada banyak hal lain yang masih bisa kita kerjakan daripada berkubang dengan konflik! Mending perbaiki kinerja agar bisa mendapatkan kesempatan promosi, lebih baik bukan daripada nggak semangat kerja karena konflik.
Semangat ya, Mak!