Ada dua tipe penulis artikel—termasuk bloger—yang bisa dijumpai. Mereka yang menulis dengan membuat outline artikel terlebih dulu, dan mereka yang langsung saja menulis menumpahkan isi pikiran, tanpa perlu membuat outline.
Kira-kira, Emak termasuk yang mana nih?
Dua-duanya adalah penulis yang baik. Saya sendiri bisa termasuk yang pertama, bisa juga termasuk yang kedua. Tipe pertama saya lakukan jika saya harus menulis artikel-artikel informatif, seperti how tos, tutorial, review, dan sejenisnya, yang cukup panjang dan menuntut tulisan yang runtut. Tipe kedua saya lakukan kalau nulis curhatan 😊 Atau, kalau dipepet deadline. Hahaha.
Saya kira, Emak juga sama. Ya kan?
Tapi, di luar konteks tersebut, outline artikel ini sebenarnya sangat penting perannya.
Mengapa Penting Membuat Outline Artikel?
Membuat outline untuk artikel penting karena beberapa alasan utama, yang bersama-sama membantu meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses penulisan serta kualitas akhir dari artikel itu sendiri.
Berikut adalah beberapa alasan mengapa membuat outline artikel itu penting.
1. Menyediakan Struktur yang Jelas
Outline membantu menyediakan struktur yang jelas untuk artikel, memudahkan kita untuk mengelola pikiran dan ide-ide secara logis. Dengan adanya outline, kita dapat memastikan bahwa semua poin penting tercakup dan bisa disusun secara runtut sehingga memudahkan pembaca untuk memahami apa yang ingin kita sampaikan.
2. Memperjelas Tujuan
Dengan membuat outline, penulis dapat lebih mudah memfokuskan dan memperjelas tujuan artikel mereka. Hal ini memastikan bahwa isi artikel tetap relevan dengan topik utama dan tujuan yang ingin dicapai.
3. Meningkatkan Efisiensi
Dengan adanya outline artikel, kita bisa membuat rencana struktur dan isi sebelum memulai proses penulisan yang sebenarnya. Hal ini bisa membantu untuk menghemat waktu dan usaha karena bisa meminimalkan peluang adanya revisi setelah artikel ditulis.
4. Membantu Menjaga Fokus
Outline ibaratnya seperti road map. Fungsinya ya memandu kita selama proses penulisan, sehingga bisa tetap fokus pada topik dan menghindari meleber ke mana-mana.
Step by Step Membuat Outline Artikel
Tapi, bikin outline artikel itu justru bikin lebih lama.
Ada yang berpikir demikian? Sebenernya enggak gitu juga sih Mak, kita hanya perlu tahu cara efektifnya saja. Bahkan sering kali, saya bisa langsung mengembangkan outline langsung jadi artikel dalam satu file dan sekali duduk saja kok.
(Eh, ya kecuali kalau ada tukang sayur lewat, ya ditinggal dulu sih.)
1. Menentukan Judul dan Tujuan Artikel
Pertama, pastinya kita kudu tahu dulu mau bahas tentang apa, yang kemudian dituangkan dalam bentuk topik dan judul, serta apa tujuan artikel tersebut kita buat. Berikut beberapa pro tips-nya:
- Gunakan kata-kata kunci yang mencerminkan isi utama artikel untuk meningkatkan kemungkinan ditemukan dalam pencarian.
- Buat judul yang spesifik, untuk memberi pembaca gambaran jelas tentang apa yang akan mereka dapatkan nantinya dengan membaca artikel kita.
- Emak bisa menggunakan angka atau pertanyaan dalam judul untuk menarik perhatian dan memicu rasa ingin tahu pembaca.
- Buat judul yang clickable, yang menggambarkan isi sambil tetap informatif dan menarik.
Baca juga: 5 Hal untuk Membuat Judul Artikel yang Menarique dan Clickable
Lalu, coba tentukan dulu tujuan artikel dibuat. Berikut beberapa pro tips yang bisa dilakukan:
- Tentukan apa yang ingin dicapai dengan artikel tersebut, apakah untuk menginformasikan, meyakinkan, menghibur, atau mendidik pembaca.
- Pikirkan apa nilai atau manfaat yang akan diberikan artikel kepada pembaca.
- Jelas dan spesifik dalam merumuskan tujuan; ini akan membantu dalam menyusun isi artikel yang fokus dan terarah.
Pada umumnya, sebenarnya tujuan artikel ini enggak perlu setiap kali kita buat setiap kali mau menulis. Kalau di blog, umumnya tujuannya sama sih artikel-artikelnya. Biasanya tinggal dibagi saja, konten edukasi, konten keseharian (storytelling), atau konten curhat, atau yang lainnya. Ke depannya, kita tinggal putuskan saja mau masuk ke kategori apa, ketika hendak menulis.
2. Mengumpulkan dan Mengorganisir Informasi
Nah, ini sih biasanya memang yang cukup makan waktu: riset. Terutama kalau kayak saya, yang sehari bisa nulis lebih dari satu artikel informatif yang cukup panjang. Riset bisa makan waktu banget kalau harus dilakukan satu per satu.
So, saya mengambil waktu khusus untuk riset semua bahan artikel dulu dalam satu waktu. Misalnya pagi pukul 07.00, saya khusus membuat outline untuk lima artikel hari itu.
Lalu saya buka beberapa file Words sekaligus. Jadi, dalam sekali sesi, saya riset untuk semua artikel yang mau saya tulis hari itu. Biasanya sih satu sampai satu setengah jam selesai, tergantung banyak sedikitnya sumber yang bisa ditemukan.
Berikut beberapa pro tips yang bisa dilakukan:
- Lakukan riset topik yang hendak ditulis. Manfaatkan sumber daya online seperti jurnal, artikel, blog, dan video untuk mengumpulkan informasi terkini dan data pendukung.
- Riset awal ini tujuannya adalah mendapatkan struktur lebih dulu. Jadi, apa poin-poin yang akan dibahas. Karena itu, saya bisa “menyontek” beberapa artikel teratas di Google.
- Buka satu dua artikel teratas tersebut, lalu cermati, apa saja yang dibahas di artikel itu terkait topik kita. Jika sudah menemukan poin-poinnya, tuliskan poin-poin pokok pikiran itu di file Words. Nantinya ini akan menjadi subjudul.
3. Susun Outlien Artikel secara Hierarkis
Misalnya—biasanya saya menyusun outline diawali dengan pengertian dulu, baru fakta-fakta atau masalah-masalah yang dihadapi, misalnya, baru kemudian ke solusi. Ini kerangka paling standar. Bisa tidak berlaku, disesuaikan dengan kebutuhan saja. Emak juga bisa memanfaatkan mindmap untuk membantu membuat hierarki ini.
Kerangka Artikel Howtos
Nah, ini adalah contoh outline artikel standar yang biasanya selalu saya bikin. Emak bisa menyesuaikannya dengan apa yang ingin ditulis. Berhubung saya kebanyakan nulis soal keuangan dan howtos.
Kerangka yang paling sering saya buat adalah sebagai berikut:
- Pembuka: Bisa disajikan data, fakta, atau hal-hal yang lagi tren sekarang sebagai hook.
- Masalah:
- Apa yang menyebabkan masalah tersebut muncul?
- Dampak seperti apa yang bisa terjadi jika masalah tersebut dibiarkan
- Solusi:
- Apa yang bisa dilakukan untuk mencegah atau mengatasi masalah tersebut?
- Adakah alat bantu yang bisa digunakan?
- Ajakan untuk menjadi lebih baik
Kerangka Listicles
Ada juga sih saya sering nulis listicles, misalnya kayak rekomendasi tempat wisata, atau sejenisnya. Kalau kayak gini, biasanya saya pakai kerangka begini:
- Pembuka: sama dengan di atas, bisa mulai dari data, fakta, atau hal-hal yang lagi tren
- Isi listicles: susun sesuai topik, dengan subjudul-subjudul rekomendasinya. Kalau listicles tempat wisata, ya langsung saja buat daftarnya, Mak. Rekomendasi lainnya juga sama. Jadi dalam outline awal ini, kita sudah harus langsung tahu bahas apa.
- Penutup: ajakan untuk melakukan sesuatu, misalnya mengunjungi tempat tersebut. Atau bisa juga pertanyaan, kayak, “Sudah mencoba yang mana nih?” dan sejenisnya.
Listicles ini memang yang paling mudah sih, Mak, buat saya. Jadi enggak perlu outline terlalu panjang biasanya. Makanya, jadi format artikel kesukaan saya. Hahaha.
Nah, sampai di sini, outline artikel kita sudah siap dikembangkan. Saya biasanya menyelesaikan semua outline dulu, baru kemudian mulai sesi menulis.
Kabar baiknya, outline standar di atas bisa dipakai berulang. Tinggal disesuaikan dengan topik. Biar enggak bosen, Emak juga bisa menyusun ulang, misalnya datanya ditaruh di bawah, masalah langsung diumbar di pembukaan. (((diumbar)))
Semua bisa disesuaikan dengan kreativitas masing-masing. Tapi standarnya bisa dipakai terus. Dengan begitu, lama-lama kita bahkan bisa membuat artikel panjang informatif, tanpa outline. Karena sudah hafal strukturnya.
Saat sudah mulai sesi menulis, minimalkan untuk riset lagi. Paling-paling ya nengok saja artikel rujukan, tapi usahakan untuk enggak usah gugling apa-apa lagi. Dengan demikian, kita akan menghemat waktu.
Pas kita riset itu, sekalian kita bisa mencermati, hal-hal apa yang belum ada dibahas oleh artikel lain. Dengan demikian, kita bisa menambahkannya di dalam artikel yang hendak ditulis, membuatnya menjadi artikel yang lebih komprehensif dan informatif—bisa meningkatkann SEO effortless.
Gimana nih dengan Emak? Proses menyusun outline artikel yang sering dilakukan selama ini apakah sama dengan yang di atas? Ada punya metode lain? Boleh share ya di kolom komen.
Saya bikin outline artikel paling kayak gini; judul, opening, H2, H3, ending, dll. Lebih enak pake outline gini sih jadi bantu agar tulisannya lebih terstruktur dan gampang dimengerti.
Tapi kalau pure tulisan curhat atau a day in my life ya gak pakai outline, ngalir aja.