ditulis oleh Ayaa – www.cahayatheprinces.com
Bulan ini, pemerintah membuka lowongan CPNS (Calon Pegawai Negeri Sipil) besar-besaran di dua instansi. Dan, di kedua instansi tersebut formasi jurusan kuliah saya banyak dibutuhkan. Di instansi satu, calon hakim membutuhkan ribuan formasi. Sedangkan di instansi satunya, formasinya lebih variatif dari mulai SMA hingga sarjana. Nggak heran kalau yang mendaftar hingga saat ini mencapai jutaan pendaftar (ini info dari teman saya).
Animo masyarakat terhadap pendaftaram CPNS masih sangat tinggi. Meski pun ada beberapa sahabat saya yang tidak tertarik mendaftar karena alasan tertentu.
Bapak saya adalah seorang PNS (Pegawai Negeri Sipil) yang berprofesi sebagai guru SMP. Beliau sangat menikmati profesinya dan menyarankan anak-anaknya untuk mendaftar CPNS. Dari keempat anaknya, yang berhasil menjadi PNS adalah kakak saya yang pertama dan ketiga, sementara kakak kedua saya tidak pernah mau mendaftar dan saya sendiri sudah ketiga kalinya mendaftar tapi gagal, hahaha.
Saya belum memahami secara pasti mengapa Bapak antusias sekali anak-anaknya jadi PNS. Pernah sewot karena di kampung kami, seakan-akan kalau berprofesi sebagai PNS sudah terjamin hidupnya. Apalagi kalau pas lebaran, biasanya kalau ada silaturahmi door to door, mereka tidak jarang melontarkan pertanyaan “Kerja di mana?” yang berujung menjadi obrolan yang tidak asyik.
Yang Terbaik untuk Anak
Bergulirnya tahun, saya pun mengerti kenapa Bapak getol banget menyarankan anak-anaknya mendaftar CPNS dan berharap lulus. Bahkan, kalau tahu besok ujian, malamnya sudah didoakan, sebelum berangkat ditelpon, setelah selesai ujian ditanyain bisa atau nggak mengerjakan soal dan ending-nya didoakan lagi semoga hasilnya bagus.
Hingga saat pembukaan CPNS tahun ini, beliau bertanya “Mau daftar, Wuk? Coba saja lagi”. Saya hanya tersenyum mengangguk. Saya belum pernah menjadi orangtua, dan saya tahu bahwa beliau menginginkan yang terbaik, makanya saya hanya mengangguk dan tersenyum saat beliau menyarankan untuk mencoba tes CPNS yang keempat kali, hehe.
Oh iya, ada salah satu teman saya yang memang benar-benar tidak mau mendaftar CPNS, tetapi orangtuanya menginginkannya menjadi seorang PNS. Hingga akhirnya mengomel dan hubungan mereka sedikit merenggang.
Saya pernah merasakan sebal karena pernah dipaksa Bapak Ibu melakukan hal yang tidak saya suka (dalam konteks berbeda), sempat menggerutu juga, tetapi semakin ke sini saya memahami bahwa orangtua itu menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya. Keinginan orangtua kepada anaknya menurut saya sah-sah saja, asal tidak sampai memaksakan.
Dulu, saya pernah punya cerita bahwa teman saya masuk CPNS di instansi tertentu dengan menggunakan uang sekian ratus juta. Tanpa merasa bersalah, ia menceritakan hal tersebut bahwa dirinya akan lulus karena sudah membayar uang. Saya yang mendengar merasa miris, meski pun saya gagal berkali-kali, tapi kalau disuruh memilih, mending saya gagal daripada lulus dengan syarat menyuap. Saya tidak bisa membayangkan kalau seumur hidup saya harus memakan gaji dengan profesi yang awalnya sudah menyerobot jatah orang lain.
Do The Best
Saya pernah ada dalam posisi down saat tidak berhasil menjadi seperti apa yang orangtua saya harapkan. Mendaftar ini itu kok nggak diterima. Tes CPNS gagal terus. Masa kayak gitu aja gak bisa sih? Apalagi masyarakat latah membanding-bandingkan.
“Masa sarjana di rumah aja?”
“Itu si A udah diterima CPNS lho, kamu ga coba daftar?”
Dan pertanyaan-pertanyaan setipe yang seakan menuntut saya harus memenuhi ekspektasi mereka.
Alhamdulillah sampai sekarang kalau flashback lagi, saya merasa bersyukur bisa berada di titik ini. Apa pun profesinya, just do the best tanpa mengharapkan ekspektasi orang lain tentang kita. Ternyata hidup sesederhana itu.
Kita tidak perlu menjelaskan kepada orang lain tentang keadaan kita, karena seringkali kalau sudah tidak satu frekuensi, akhirnya hanya akan berujung pada perdebatan yang sia-sia. Misalnya saat orang membandingkan si A yang sudah menjadi PNS dengan pekerjaan kita yang mungkin dianggap sebelah mata karena tidak memenuhi standar mereka, kata Mas Bondan Prakoso “Ya sudahlah…..”
Teman-teman pernah daftar CPNS juga? Atau profesi yang diidamkan tapi gagal sampai nangis-nangis? Sharing yuk!
Dan yang tahun ini mendaftar CPNS, semoga mendapatkan hasil terbaik ya.
Ah iya, seringkali gagal adalah jawaban yang terbaik daripada saat berhasil membuat kita melupakan rasa syukur….
***
Ketika Bapak Ingin Saya Jadi PNS adalah blogpost trigger kedua untuk kelompok Nila F. Moeloek #KEBloggingCollab
Ayaa, seorang blogger yang mondar mandir Solo – Jakarta, adalah seorang pecinta anak-anak, hujan dan kereta.
Dulu aku juga disuruh daftar jadi PNS, cuma ga mau haha. Buat aku berat kayaknya bebannya 😀 Lebih nyaman kerja di swasta aja. Tapi sekarang jd ibu rumah tangga yang bisa ngeblog dan menghasilkan juga menyenangkan banget 😀