Penulis: Karina Amalia
Hai mak, ada sedikit sharing nih.. Beberapa bulan lalu saya dan suami mengikuti kelas parenting salah satu motivator di Indonesia, walaupun belum punya anak, tapi saya ingin menjadi orang tua yang lebih baik dari orang tua saya. Bukan karena orang tua saya tidak baik lho.. tapi tentunya saya ingin menambahkan pelajaran-pelajaran tertentu kepada anak saya kelak seiring banyaknya perubahan pada era modern ini. Tentunya yang dipelajari seputar masalah parenting termaksud ‘memarahi anak’. Nah ada salah satu cerita yang menarik..
Tentang penduduk di Kepulauan Salomon yang suka meneriaki pohon besar dengan akar yang kuat sebelum menebang pohon tersebut. Mereka menaiki pohon tersebut dan meneriaki pohon tersebut selama 40 hari. Dan apa yang terjadi? Akar pohon tersebut mati dan mengering. Bayangkan kalau kita sering meneriaki anak kita?..
Ada juga tentang salah satu ilmuwan yang sedang meneliti tata cara kerja otak dari seorang anak. Anak yang diteliti adalah seorang anak balita. Dengan berbagai kabel yang di sambungkan dikepala dengan mesin, syaraf bewarna kuning menandakan perkembangan syaraf otak, dan warna merah sebagai syaraf yang telah menetap. Di dalam lab tersebut tentunya sebagai seorang anak balita, dia suka meraih apapun didekatnya. ilmuwan itu terkejut dan tidak sengaja membentaknya ketika anak tersebut akan menarik salah satu kabel. Dan ternyata, karena bentakan itu beberapa syaraf di otaknya yang sedang berkembang seiring dengan keingin tahuan anak (yang bewarna kuning) tersebut kemudian mati dan menjadi hitam. Walaupun nantinya syaraf tersebut akan kembali terbentuk ketika anak mendapatkan jawaban dari keingin tahuannya tersebut, coba emak bayangkan berapa banyak syaraf yang mati ketika kita memarahi anak kita setiap saat? Apa cukup waktunya untuk membangun kembali syaraf tersebut jika tiap hari ada kemarahan dari sang emak? Dan marah juga ternyata mematikan 500 sel syaraf otak kita loh mak..
Dan yang paling terakhir tentang marah, mengapa marah itu, kalau bisa menjadi hal yang dihindari dari orang tua? Karena kemarahan kita akan terbawa sampai anak tersebut dewasa. buktinya, coba ingat-ingat mak, apa dulu kita pernah dimarahi orang tua? Dan masih kita ingat sampai sekarang? Mungkin ketika kita dikunci dikamar mandi/di gudang? Kita sebalnya bukan kepalang ya kan? Dan masih di ingat sampai sekarang? Nah itu jug ayang akan terjadi pada anak kita ketika kita marah dan memberikan hukuman.
Nah sekarang kurangi marah anda ya mak? Dan sharing dong, bagaimana ya cara menasehati anak? Tentunya kalau bisa dengan cara yang halus tanpa marah-marah? 😀
Marah? Tidak ada hukum apa pun yang melarang orang tua untuk marah (kepada anak), tapi harus diingat bahwa ada bermacam-macam bentuk marah itu. Sejauh marah orang tua kepada anak masih dalam batas kewajaran memang seharusnya dilakukan, demi rasa sayang kita kepada anak. Terkadang kemarahan orang tua dengan menghukum anak-anak dengan menguncinya di kamar mandi jangan diambil dari segi negatifnya. Bunda pernah ketika 2 anak bunda berumur 5 dan 7 tahun selalu bertengkar dan berebut mainan– bunda marah — masih juga berantem — bunda kurung dalam WC (gak tanggung2 lho dalam WC, walaupun bersih pake kloset duduk, yang namanya WC tetap aja WC, hehehe…..). Memang keduanya menangis, tapi beberapa saat kemudian sunyi, sepi dalam WC — ketika bunda buka ternyata mereka sedang bermain hompimpa dan main suit-suitan, sambil menahan ketawa mereka. Langsung donk keduanya bunda peluk dan bunda jelaskan langsung kenapa bunda marah dan menguncinya dikamar mandi. Jadi harus ada alasan yang bisa mereka terima apa yang menyebabkan kemarahan itu. Jangan sekali-kali memarahi anak-anak kita dengan kemarahan yang penuh kebencian dengan wajah bringas dan menyeramkan. Nah, inilah yang akan membekas dan akan meninggalkan kenangan buruk dalam benak mereka. Jadiiii………marah itu perlu lho. Itu pendapat bunda. Yang harus dihindari adalah : MEMUKUL, MENCUBIT, MENAMPAR atau MENYAKITI BAGIAN TUBUH MEREKA.