Mak, siapa yang suka bingung kayak saya dalam urusan masak-memasak? Tiga tahun lalu saat menjadi pengantin baru, urusan masak ini hal yang paling buat saya pusing. Ditambah lagi saya seatap dengan mertua, mau tidak mau saya harus unjuk bakat diri kalau sebagai istri, saya pandai memasak. Berbekal ilmu dengan berselancar di internet, ilmu memasak saya makin hari makin bertambah. Kata mertua saya sih, sambal terasi buatan saya enak banget. Mulai dari situ saya punya kebiasaaan baru yaitu menyusun menu mingguan.
Saya pikir menyusun menu makanan mingguan adalah pekerjaan yang mudah, ternyata susah banget. Benar-benar harus putar otak agar menunya tidak itu-itu lagi.
Biasanya, aktivitas menyusun menu mingguan ini dimulai di hari Jumat. Malam hari, saya sudah menyusun menu untuk seminggu ke depan. Dari mulai menu sarapan, makan siang, dan makan malam. Untuk makan malam sih, menunya masih menu dari makan siang atau menu bekal suami ke kantor. Paling ada tambahan di sambal atau telur dadar.
Setelah menu mingguan tersusun, hari Sabtu saya siap berbelanja ke pasar dengan list yang sudah dibuat. Cara ini menurut saya benar-benar menghemat pengeluaran. Saya jadi tidak impulsif untuk beli sayuran segar atau buah-buahan yang stoknya masih tersedia di kulkas.
Ayam, udang, cumi biasanya saya beli di pasar tradisional. Saya biasanya membeli paha bawah ayam 1kg untuk saya ungkep. Biasanya saya menghabiskan kurang lebih Rp 200.000 untuk ayam 1kg, ayam 1 potong, udang ½ kg, cumi ½ kg, sayur, cabe, tomat, dan bawang.
Untuk daging dan ikan saya lebih memilih untuk berbelanja di supermarket karena biasanya promo yang ditawarkan cukup menggiurkan. Sekalian stok susu UHT, roti, meses, pospak, dan frozen food (menu andalan di akhir pekan karena malas masak). Untuk pengeluaran supermarket ini biasanya menghabiskan kurang lebih Rp 300.000. Jadi total pengeluaran seminggu kurang lebih Rp 500.000,- untuk makan 5 orang termasuk Arsyad (2 tahun 3bulan). Itu belum termasuk pengeluaran jajan di akhir pekan. Boros ngak sih mak?
Kalau emak mau menyusun menu mingguan seperti saya, ini dia tipsnya
- Buatlah menu mingguan sesuai budget belanja Anda. Untuk menekan pengeluaran, emak bisa menggunakan bahan yang sama untuk diulang dalam resep yang berbeda. Misalnya Senin masak cah toge, hari Rabu bisa masak cah sawi putih.
- Setelah disusun, pilih mau belanja di mana. Pasar tradisional atau supermarket, lagi-lagi balik ke poin nomor satu. Belanja sesuai kebutuhan yang terdapat dalam list belanjaan, pasang kacamata kuda dari promo yang berseliweran.
- Atur waktu memasak. Selain menyusun menu mingguan, mengatur waktu memasak lumayan bikin ngak pusing kalau pagi. Di malam hari, saya sudah merajang sayur, bumbu, dan menyiapkan ayam/ikan/udang yang akan diolah. Jam setengah lima pagi, tinggal cemplang-cemplung dan menyiapkan sarapan. Hari Sabtu saya biasanya ngungkep ayam untuk stok seminggu ke depan.
Manfaat menyusun menu mingguan menurut saya, di antaranya:
- Dengan membuat daftar menu mingguan kita bisa menghemat waktu dan tidak bolak-balik ke pasar atau supermarket. Secara otomatis menghemat pengeluaran kan mak?
- Menyusun menu mingguan membuat kita ingin mencari resep masakan baru yang belum pernah dicoba alias jadi lebih kreatif.
- Bahan makanan yang ada dalam kulkas tidak terbuang sia-sia karena sayur-sayur yang mulai layu, stok ayam yang menumpuk, tomat yang sudah mendekati busuk, dan cabai yang keriput.
Masalah hemat atau boros pengeluaran rumahtangga untuk makan sebenarnya relatif ya mak, balik lagi ke budget rumahtangga masing-masing. Ada yang punya kebiasaan yang sama dengan saya atau mau berbagi tips hemat lainnya?
***
Menyusun Menu Mingguan, Lebih Hemat atau Boros? Ditulis oleh Ayu Anggarini sebagai blogpost trigger kedua untuk #KEBBloggingCollab Kelompok Dian Sastro.
Ayu adalah seorang ibu dengan satu anak, aktif menulis di www.lolipopslife.com dan akun sosial media @ayuanggarini
Lebih hemat sebenarnya, tapi kadang suka enggak disiplin, jadi banyak skipnya.