Halo, kali ini saya mau ngobrolin topik seru yang nggak ada habisnya. Serupa dengan bubur diaduk atau nggak diaduk, topik ini juga agak sensitif diobrolin. Halah. Sebetulnya, emak masuk tim mana sih, Mak? Tim Beli Jadi atau Masak Sendiri?
Sebagai ibu rumah tangga, sudah jadi kebiasaan untuk menyediakan makanan bagi keluarga. Entah itu sarapan, bekal sekolah sampai makan malam. Apalagi kata orang tua zaman baheula, perempuan mah harus bisa nyambel. Duile, segitunya. Jadilah banyak perempuan yang rela belajar membuat sambal demi kebahagiaan suami. Padahal suami yang bahagia tidak sepenuhnya ditentukan dari sambal buatan sang istri ya, Mak.
Ada suami yang memang menuntut istrinya bisa masak, atau ada juga yang tak ambil pusing soal ini. Ada pula yang –atas kesepakatan berdua-, menyerahkan pada pihak ketiga alias warung nasi dekat rumah (lol).
Buat saya, semuanya bisa diterima kok. Setiap keluarga punya alasan sendiri sesuai dengan kondisi masing-masing. Nggak perlu membandingkan atau saling nyinyir. As long as you can eat well, you are a happy person, Mak!
Saya? Suami memang tidak mewajibkan saya masak, tapi begitu saya turun ke dapur, he just speechless. Entah saking enaknya masakan saya atau malah kurang ini itu, tapi dia diam ya, Mak. Hahaha. Yang jelas saya memang suka masak, saya senang membuat orang lain bahagia dengan masakan saya.
Nah, kalau ngobrolin di tim mana saya berada…ini agak susah juga. Lol. Inginnya sih beli jadi, kan enak tuh tinggal buka bungkus, tuang, mamam deh. Tapi apa daya ya, Mak, bisa jebol ini rekening kalau tiap hari harus beli. Belum lagi menunya itu-itu saja, bosan. Kadang mikir mau beli apa tuh lama, tahu-tahu udah nggak lapar. Pernah juga ikut katering, rasanya sih menurutku dan suami enak. Eh, anak-anak nggak cocok dan masih minta Emaknya masak.
Jadilah masak sendiri, biar tenang dan nggak kelabakan nanti siang mau makan apa. Tinggal siapin persediaan selama satu minggu (untuk protein hewani) dan sayur mayur bisa beli di warung dekat rumah. Menu pun sudah saya siapkan di awal.
Tapi 80% hati saya ada di tim #MasakSendiri, sedang sisanya akan #Beli Jadi kalau saya sedang sakit atau ada keadaan genting.
Omong-omong, di tim manapun emak berada, masing-masing tim punya kelebihan dan kekurangan. Apa saja ya, ada di bawah ini, Mak.
Tim #BeliJadi
Kelebihan:
- Menyingkat waktu.
- Menu beragam, tinggal pilih yang mana yang sesuai selera.
- Murah (buat sebagian orang).
- Porsi yang sesuai dengan jumlah anggota keluarga yang sedikit.
- Rasanya yang enak.
- Dapur selalu bersih, karena jarang dipakai masak.
- Ada beberapa menu yang tidak bisa dimasak di rumah.
Kekurangan:
- Kurang higienis.
- Emak tidak tahu bahan apa saja yang digunakan. Apakah aman, apakah terjamin kebersihannya atau apakah batas waktunya masih aman atau tidak.
- Kalau hujan, bikin mager mau keluar rumah. Sementara layanan DO tidak ada.
- Tidak sesuai selera karena penyajiannya yang kurang bersih.
- Rasanya kurang cocok untuk lidah kita.
- Porsi terlalu sedikit.
- Beberapa orang malah menganggap mahal atau tidak ekonomis (atau itu saya saja, Mak? Hihihi).
Tim #MasakSendiri
Kelebihan:
- Emak bisa memilih bahan yang digunakan untuk memasak. Mau pakai MSG atau tidak, bebas.
- Porsi bisa menyesuaikan dengan jumlah anggota keluarga.
- Masakan selalu fresh setiap kali disajikan.
- Pengalaman saya, budget satu kali beli jadi bisa untuk dua kali masak (emak irit banget ini mah).
- Bisa merencanakan menu di awal.
- Bisa mengasah kemampuan memasak.
- Bisa mengenalkan anak-anak pada ‘menu orang dewasa’ dan macam-macam palet rasa.
- Kreatif mengolah menu, atau left over food.
- Bonusnya: bahagia karena anak-anak dan suami suka masakan kita.
Kekurangan:
- Cucian piring/wadah bekas masak menggunung (-_-).
- Karena keterbatasan kemampuan memasak, bisa jadi menu yang dihasilkan kurang bervariasi.
- Menguras energi.
- Kurang praktis.
- Terkadang karena belanjanya kalap, bahan makanan justru menumpuk di kulkas dan berujung di tempat sampah (L).
- Menyisakan makanan.
Jadi semuanya kembali pada emak dan keluarga, nih. Mau masuk tim manapun, usahakan untuk selalu menyajikan makanan yang kehigienisannya terjaga ya, Mak. Meski masak sendiri, belum tentu higienis dan kesehatannya terjaga kalau kita abai pada beberapa hal dalam mengolah bahan makanan. Sebaliknya, tidak semua masakan yang beli jadi itu tidak higienis dan tidak sehat. Tinggal dicermati penjual, tempat masak dan hasil jadinya.
Pesan saya sih, sekali-sekali masuk ke dapur dan membuat kejutan untuk anak-anak dan suami tidak ada salahnya kok. Atau ajak sekalian mereka, Mak. Intinya adalah have fun in the kitchen. Konon, cinta bisa tumbuh dari perhatian paling sederhana dan akan jadi kenangan indah. Lewat masakan buatan sendiri, misalnya.
***
Beli Jadi atau Masak Sendiri? merupakan post trigger #KEBloggingCollab untuk kelompok Siti Nurbaya yang ditulis oleh Dyah Prameswarie (Dydie The Kitchen Hero).
Dydie, pengelola www.dyahprameswarie.com adalah pecinta kuliner fiksi sekaligus tukang masak dan tukang makan.
Saya kurang pandai memasak, tapi bukannya belajar masak betulan eh malah memilih untuk beli jadi hahahaaa. Masak kadang-kadang aja, kalau lagi pengin makanan yang kalo beli harganya mahal banget, yaitu telor dadar. Lol.