Setiap tahun, ada dua juta orang yang meninggal akibat TBC ini, Si Diam-diam Menghanyutkan. Mengapa dan Bagaimana TBC itu? Nia Hesti Aprilya menuliskannya untuk post trigger #KEBloggingCollab kelompok Mira Lesmana.
***
Sewaktu menunggu antrean obat di apotik, saya iseng-iseng mengambil brosur rumah sakit yang disusun rapi di salah satu rak di pojok ruangan. Masing-masing brosur berisi penyakit berbeda.
Saya mengambil brosur berisi penjelasan mengenai penyakit TB karena terdengar familiar namun tidak banyak yang diketahui selain bahwa penyakit tersebut menyerang organ paru-paru. Informasi yang terkandung di dalamnya adalah gejala, penanganan, fase penyakit, sampai serangkaian pengobatan yang harus dijalani penderita.
Berdasarkan informasi yang bisa saya gali, TBC (Tuberculosis) adalah penyakit menular silent killer seperti halnya jantung.
Kenapa silent killer? Karena gejalanya bisa menyaru seperti batuk dan sesak napas biasa namun tahu-tahu sudah menyerang ke bagian organ lain. Ya, betul. TBC tidak hanya menyerang paru-paru, tapi penyakit TBC rentan menyerang orang dengan daya tahan tubuh buruk.
Penyakit ini disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan memang sebagian besar kasus hanya menyerang paru-paru. Tuberkulosis menyebar melalui udara ketika seorang penderita batuk, bersin, atau berbicara hingga air liur menyebar melalui udara. Gejala penyakit mematikan ini adalah batuk kronis hingga disertai dengan bercak darah, demam, berkeringat di malam hari, dan berat badan turun drastis.
Ada dua hal yang perlu diwaspadai dari penyakit ini.
- Pertama, multidrug–resistant tuberculosis alias bakteri TB resisten terhadap obat. Penderita TB harus rutin minum obat selama 6-9 bulan (tergantung tingkat keparahan dan lamanya diputuskan oleh dokter). Jika selama rentan waktu tersebut penderita berhenti minum obat, tidak rutin, minum namun tidak lengkap obatnya, akibatnya adalah bakteri ini tidak mempan diobati dengan obat TB. Jika sampai tahap ini, pengobatan menjadi lebih mahal, di beberapa negara pengobatan langka, dan obat tidak selalu tersedia.
- Kedua, kemungkinan TB menyerang organ tubuh lain. Organ lain yang mungkin diserang penyakit ini selain paru-paru adalah otak, tulang belakang, leher, tulang, kelenjar getah bening, dan abdomen. Hal ini biasanya terjadi kalau penderita tidak segera memeriksakan kondisi tubuh ketika gejala TB muncul dan sedikit terlambat sehingga bakteri sudah menyebar menyerang organ lain.
Nggak usah takut dan parno karena seperti kebanyakan penyakit lain, penyakit TB bisa diobati dan tentunya bisa dicegah dengan vaksin BCG. Dilansir dari Alodokter.com, vaksin BCG adalah bakteri TB yang sudah dimodifikasi dan pemberiannya hanya perlu dilakukan sekali. Paling efektif diberikan pada bayi umur 0-2 bulan namun penting juga untuk orang dewasa terutama jika sering berinteraksi atau serumah dengan penderita TB.
Yang paling penting untuk terhindar dari penyakit ini dan penyakit manapun adalah menjaga kondisi tubuh dengan makan bergizi, tidur cukup, nggak stres, dan olahraga yang cukup agar imun kuat dan nggak rentan tertular penyakit ini. Selain itu, nggak usah takut sama dokter dan rumah sakit. Peka sama kondisi tubuh dan periksakan paling tidak ke puskesmas jika gejala TB muncul dan jangan menyepelekan penyakit.
Selain itu, karena pengobatan lama dan biasanya penderita mengalami efek samping dari pengobatan seperti ruam kulit, tidak napsu makan, muntah, dan pusing, dukungan dari keluarga sangat dibutuhkan agar penderita melanjutkan pengobatan sampai tuntas.
Intinya mah, selagi bisa dicegah, mari Maks, kita bawa anak-anak dan diri sendiri untuk vaksin BCG. Kalau sudah terlambat atau salah satu kerabat menderita TB, mari kita beri dukungan sambil tetap memperhatikan kesehatan diri sendiri agar tidak tertular.
***
Nia Hesti Aprilya adalah pengelola blog http://www.eclairer.id/
Pernah TB dan pengobatan hampir setahun. TB kelenjar. Secara nggak sadar tertular akibat resiko pekerjaan. Pada kasus saya, TB menyerang kelenjar getah bening. Pembengkakan KGB di leher tanpa disertai rasa nyeri jadi tidak disadari sebagai gejala TB. Pengobatan TB lama dan membosankan, tapi harus. Meski bisa lepas dari TB, pada kasus saya, efek sampingnya kerusakan pada gigi akibat konsumsi obat (dengan dosis tinggi) dalam jangka waktu panjang.
Tetap semangat para pejuang! In syaa Allah saat ini jalan untuk sembuh dari TB lebih mudah diakses